40
Gambar 2.19 : Sang Buddha Maha Parinibbana
Gambar 2.20 : Penyebaran Agama Buddha Semasa Pemerintahan Maharaja Asoka 260-218
Selama 45 tahun Sangg Buddha mengajarkan ajaran-Nya kepada umat
manusia dan para dewa. Pada usia yang ke- 80 Sang Buddha Maha Parrinibbana
meninggal dunia di Kusinara di bawah pohon sala Kembar.
B. Perkembangan Agama Buddha
- Perkembangan Agama Buddha di Dunia
Dunia Helenistik dan Baktria
Beberapa prasasti Asoka menulis tentang usaha – usaha yang telah dilaksanakan oleh Raja Asoka untuk menyebarkan Agama Buddha di
Helenistik Yunani, kala itu wilayahnya terbentang dari India sampai Yunani. Prasasti – prasasti Asoka menunjukan sistim politik negri
Helenistik dan lokasi raja raja Yunani. Kemudian menurut beberapa sumber dalam bahasa Pali, beberapa
utusan Asoka adalah Bhiksu – bhiksu Yunani, yang menunjukan eratnya pertukaran agama antara kedua budaya ini.
Mulai dari tahun 100 SM, symbol bintang di tengah mahkota atau cakra berruji delapan yang kemungkinan dipengaruhi desain
Dharmacakra Buddha. Koin yang bergambarkan cakra yang berisikan
Universitas Sumatera Utara
41
delapan ruji muncul pada masa pemerintahan Raja Alexander Yaneus 103 - 76 SM.
Di wilayah barat anak benua india, kerajaan Yunani sudah ada di Baktria sekarang Afganistan utara semenjak penaklukan oleh
Alexander yang Agung 326 SM. Raja Baktria Yunani, Demetrius I, menginvasi India pada tahun 180 SM untuk menunjukan dukungan
mereka terhadap Kekaisaran Maurya dan melindungi para penganut Buddha dari penindasan kaun Sungga 185 – 73 SM. Salah seorang
raja Yunani India yang termanyur adalah Raja Menander I. Ekspansi ke Asia.
Di daerah – daerah sebelah timur, Myanmar. Budaya India banyak mempengaruhi suku bangsa Mon. dikatakan suku Mon mulai masuk
agama Buddha sekitar tahun 200 SM berkat perintah Raja Asoka dari India, sebelum terjadi pemisahan antara aliran Theravada dan
Mahayana. Agama Buddha konon dibawa ke Sri Lanka oleh putra Asoka,
Mahinda pada abad ke-2 SM. Mereka berhasil menarik Raja Devanampiva Tissa untuk masuk agama Buddha. Bahasa Pali mulai
ditulis di Sri Lanka semasa kekuasaan Raja Vittagamani 29 - 27 SM, dan tradisi Theravada mulai berkembang di sana. Meski aliran Mahayana
kemudian mendapat pengaruh waktu itu, tetapi akhirnya aliran Theravada yang Berjaya dan Sri Lanka menjadi benteng terakhir aliran Theravada, di
mana aliran ini akan disebarkan lagi ke Asia Tenggara mulai abad ke-11.
Dinasti Sungga 185 – 73 SM didirikan kurang llebih 50 tahun setelah meninggalnya Raja Asoka. Setelah membunuh raja terakhir
dinasti Maurya, hulubalang tentara Pusyamitra Sungga naik takhta. Ia adalah seorang Brahma, dan Sungga dikenal karena kebenciannya dan
penindasannya terhadap kaum – kaum Buddha. Dicatat ia telah merusak Vihara, Stupa Buddha dan sejumlah besar Vihara diubah menjadi Kuil
Hindu.
Penindasan oleh Dinasti Sungga abad ke-2 sampai abad ke-1 SM
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 2.21 : Penyebaran aliran Mahayana antara abad pertama sampai abad ke-10 M
Berkembangnya Aliran Mahayana abad ke-1 SM sampai abad ke-2
Berkembangnya agama Buddha Mahayana dari abad ke-1 SM diiringi dengan perubahan kompleks politik di India barat laut. Kerajaan-
kerajaan Yunani-India ini secara bertahap dikalahkan dan diasimilasi oleh kaum nomad Indo-Eropa yang berasal dari Asia Tengah, yaitu kaum
Schytia India, dan lalu kaum Yuezhi, yang mendirikan Kekaisaran Kushan dari kira-kira tahun 12 SM.
Kaum Kushan menunjang agama Buddha dan konsili keempat Buddha kemudian dibuka oleh maharaja Kanishka, pada kira-kira tahun
100 Masehi di Jalandhar atau di Kashmir. Peristiwa ini seringkali diasosiasikan dengan munculnya aliran Mahayana secara resmi dan
pecahnya aliran ini dengan aliran Theravada. Mazhab Theravada tidak mengakui keabsahan konsili ini dan seringkali menyebutnya konsili
rahib bidaah. Konon Kanishka mengumpulkan 500 bhiksu di Kashmir, yang
dikepalai oleh Vasumitra, untuk menyunting Tripitaka dan memberikan komentar. Maka konon pada konsili ini telah dihasilkan 300.000 bait dan
lebih dari 9 juta dalil-dalil. Karya ini memerlukan waktu 12 tahun untuk diselesaikan.
Konsili ini tidak berdasarkan kanon Pali yang asli Tipitaka. Sebaliknya, sekelompok teks-teks suci diabsahkan dan juga prinsip-
prinsip dasar doktrin Mahayana disusun. Teks-teks suci yang baru ini, biasanya dalam bahasa Gandhari dan aksara Kharosthi kemudian ditulis
ulang dalam bahasa Sansekerta yang sudah menjadi bahasa klasik. Bagi
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 2.22 : Peta penyebaran aliran Theravada ke Asia
banyak pakar hal ini merupakan titik balik penting dalam penyebaran pemikiran Buddha.
Wujud baru Buddhisme ini ditandai dengan pelakuan Buddha yang mirip dilakukan bagaikan Dewa atau bahkan Tuhan. Gagasan yang berada
di belakangnya ialah bahwa semua makhluk hidup memiliki alam dasar Buddha dan seyogyanya bercita-cita meraih Kebuddhaan. Ada pula
sinkretisme keagamaan terjadi karena pengaruh banyak kebudayaan yang berada di India bagian barat laut dan Kekaisaran Kushan.
Kelahiran Kembali Theravada ke-11 sampai sekarang.
Mulai abad ke-11, hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh Serbuan Islam dan menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia
Tenggara. Rute daratan lewat anak benua India menjadi bahaya, maka arah perjalanan laut langsung di antara Timur Tengah lewat Sri Lanka
dan ke China terjadi, menyebabkan dipeluknya kembali aliran Theravada. Pali kanon lalu diperkenalkan ke daerah sekitarnya sekitar abah ke-11.
Raja Anawrahta 1044 -1077, pendiri sejarah kekaisaran Birma, mempersatukan Negara dan memeluk aliran Theravada. Ini memulai
membangun ribuan candi Buddha Pangan antara abad 11 - 13 M dan sekitar 2.000 candi di antaranya masih berdiri, kekuasaan orang Birma
surut dengan kenaikan orang Thai, dan dengan ditaklukannya ibu kota Pangan oleh orang Mongolia pada 1287, tetapi aliran Buddha Theravada
masih merupakan kepercayaan utama rakyat Myanmar sampai sekarang.
Universitas Sumatera Utara
44
Di daratan Asia Tenggara, Theravada harus menyebar ke Laos dan Kamboja pada abad ke-13. Tetapi, mulai abad ke-14, di daerah – daerah
ujung pesisir dan kepulauan Asia Tenggara, pengaruh Islam ternyata lebih kuat, mengembang ke Malaysia, Indonesia, hingga ke selatan Filipina.
Kerajaan Khmer abad 9 – 13 M Dari abad ke-9 sampai abad ke-13, aliran Mahayana dan kerajaan
Khemer Hindu menguasai bagian terbesar semenanjung Asia Tenggara. Di bawah Khmer, lebih dari 900 candi dibangun di Kamboja dan di
Negara tetangga Thailand. Angkor dengan komplek candid an pengaturan perkotaan dapat menyangga sekitar satu juta orang penduduk perkotaan.
Raja Khmer yang istimewa, Jayavarman VII 1181 – 1219, membangun bangunan terbesar Buddha di Bayon dan Angkor Thom. Mengikuti
hancurnya Buddhisme di India daratan selama abad ke-11, Mahayana ditolak di Asia Tenggara, diganti dengan Theravada dari Sri Lanka.
-
Perkembangan Agama Buddha dI Indonesia Awal Mula Agama Buddha Masuk ke Indonesia
Cerita rakyat Aji Saka melawan Dewata Cengkar, menceritakan bahwa perang dasyat Dharma melawan kejahatan. Dalam bahasa Kawi,
Aji Sakya berarti ilmu kitab suci Sakya dan Dewata Cengkar berarti Dewa Jahat. Cerita rakyat ini telah merakyat di Jawa Tengah.
Penanggalan tahun Saka tahun Jawa dimulai tanggal 0001 Nir Wuk Tanpa Jalu : kosong-tidak jadi-tanpa-1 di mana penaggalan ini
sama dengan tanggal 14 Maret 78 masehi. Sehingga banyak yang mengatakan bahwa kedatangan Aji Saka merupakan awal masuknya
Agama Buddha di Indonesia yaitu abad I jauh sebelum candi Borobudur didirikan.
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar 2.23 : Peta pengaruh Sriwijaya di abad ke-10
Gambar 2.24. : peta jejak – jejak kerajaan Mataram
Zaman Sriwijaya
Sriwijaya berada di pulau Sumatera dan didirikan sekitar
abad ke-7 dan dapat bertahan lama hingga tahun 1377.
Sriwijaya bukan saja termansyur karena kekuatan angkatan
perangnya, melainkan juga karena merupakan pusat ilmu dan
kebudayaan Buddha. Di sana terdapat banyak vihara yang
dihuni oleh ribuan bhikkhu. Pada perguruan tinggi agama Buddha di Sriwijaya orang dapat mengikuti kuliah selain Agama Buddha, juga
kuliah tentang bahasa Sansekerta dan bahasa Indonesia kuno. Pada waktu itu Sriwijaya merupakan mercusuar Agama Buddha di Asia Tenggara.
Tentang Agama Buddha di Sriwijaya juga banyak diceritakan oleh I- Tsing, seorang sarjana asal tiongkok. Tahun 672 ia bertolak untuk
berziarah ke tempat – tempat suci Agama Buddha di India. Waktu pulang dalam tahun 685 ia singgah di Sriwijaya dan tinggal di sana sampai 10
tahun lamanya untuk mempelajari dan menyalin buku – buku suci Agama Buddha dalam bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghoa.
Zaman Mataram
Pada tahun 775 hingga tahun 850 di Yogyakarta berkuasa raja – raja
dari Wangsa Syailendra yang
memeluk Agama Buddha. Zaman ini adalah zaman ilmu pengetahuan dan
kesenian Agama Buddha mencapai taraf mutu yang sangat tinggi terutama
seni pahat. Ini terbukti dari catatan – catatan Fa – Hien asal Tiongkok yang dating ke pulau Jawa. Pada waktu itu seniman – seniman bangsa
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 2.25. : Peta kekuasaan Kerajaan Majapahit
Indonesia menghasilkan karya – karya yang mengagumkan. Hingga sekarang pun masih dapat kita saksikan bertapa indahnya candi – candi
yang mereka bangun sebagai persembahan kepada Buddha, misalnya : candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Pawon, dan Candi
Mendut .
Zaman Majapahit
Di dalam masa pemerintahan raja – raja Majapahit tahun 1292 – 1476. Agama Buddha berkembang dengan baik bersama – sama dengan
Agama Hindu. Toleransi saling menghargai di bidang keagamaan dijaga dengan baik, sehingga pertentangan agama tidak pernah terjadi. Di waktu
pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Seorang pujangga terkenal, Mpu Tantular menulis sebuah buku yang berjudul Sutasoma, dimana di
dalamnya terdapat kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang kini dijadikan slogan Negara Repubrik Indonesia yang mengartikan meskipun berbeda –
beda tetapi tetap satu kesatuan. Setelah majapahit runtuh pada tahun 1478, maka berangsur – angsur Agama Buddha dan Agama Hindu
digeser kedudukannya oleh Agama Islam.
Universitas Sumatera Utara
47
Kebangkitan Kembali Agama Buddha di Indonesia
Agama Buddha mulai bangkit kembali di pulau Jawa dengan datangnya Bhikkhu Narada Thera dari Sri Lanka Ceylon pada tahun
1934. Selama berada di pulau Jawa, Bhikkhu Narada Thera memberikan khotbah – khotbah dan Dharma di beberapa tempat yang ditandai
pemberkatan penanaman pohon Bodhi di perkarangan candi Borobudur sekaligus membantu pendirian Java Buddhist Association Perhimpunan
Agama Buddha yang pertama di Bogor dan Jakarta dengan menjalin kerjasama erat dengan bhikshu – bhikshundari kelenteng – kelenteng dan
perkumpulan Theosofi Indonesia di Jakarta, Bogor, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Beliau kemudian melantik upasaka- upasaka dan upasika –
upasika di tempat – tempat yang beliau kunjungi. Salah satunya adalah Maha Upasaka S. Mangunkowotjo di Yogyakarta, seorang tokoh Buddhis
dan anggota MPR di Jawa Tengah. Pada tanggal 22 Mei 1953 Waisak 2497, umat Buddha bersama
Perkumpulan Theosofi Indonesia merayakan upacara waisak yang dipimpin oleh Anagarika Tee Boan An di Candi Borobudur. Dengan
demikian, api Buddha Dharma menyala kembali di Indonesia. Hingga sekarang, Agama Buddha telah menyebar hampir di seluruh Indonesia.
dengan peringkat ketiga penganut agama di Indonesia setelah Agama Islam dan Agama Kristen.
II.1.3. Interpretasi Judul
Proyek Museum Buddhis ini merupakan sebuah bangunan dengan tipologi museum dan memiliki beberapa area pendukung. Dimana fungsi area pendukung
masih sejalan dengan fungsi utama sebagai edukatif dan rekreatif. Untuk fungsi utama sebagai museum dimana berfungsi untuk memperoleh, menyimpan, mengoleksi,
merawat , memamerkan dan mengkomunikasikan barang – barang bersejarah Agama Buddha dan perkembangan Agama Buddha kepada masyarakat umum sebagai objek
studi dan juga objek rekreasi. Sedangkan untuk area pendukungnya berfungsi menunjang fungsi utama bangunan sebagai daerah edukatif, dimana di dalamnya
direncanakan untuk ditambah fungsi perpustakaan Buddhis, area pertokoan barang
Universitas Sumatera Utara