Tahun dan Kecenderungan Karakteristik Penderita Appendicitis 1. Sosiodemografi Umur dan Jenis Kelamin

b. Mengembangkan pusat pelayanan penunjang medik, baik untuk kebutuhan Rumah Sakit Tembakau Deli maupun untuk menunjang instalasi kesehatan lainnya. c. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. e. Melaksanakan pengembangan ilmu dan teknologi. f. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikanpelatihan tenaga kesehatan meliputi berbagai jenis tingkat sesuai kebutuhan. g. Melaksanakan manajemen rumah sakit secara profesional untuk menjadi rumah sakit mandiri. h. Meningkatkan kesejahteraan karyawan Rumah Sakit Tembakau Deli Medan.

5.2. Tahun dan Kecenderungan

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan tahun yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Tahun Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Tahun f 2005 2006 2007 2008 2009 38 26 49 34 27 21,8 15,0 28,2 19,5 15,5 Jumlah 174 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita appendicitis tertinggi pada tahun 2007 28,2 dan terendah tahun 2006 15,0. Trend penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y= 39-1,4X. Frekuensi kasus dari tahun 2005-2009 menurun sebanyak 38-27= 11 kasus dengan simple ratio penurunan 3827= 1,4 kali, dan persentase penurunan 38-2738 x 100= 28,9. 5.3. Karakteristik Penderita Appendicitis 5.3.1. Sosiodemografi Proporsi penderita appendicitis berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005- 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Umur Tahun Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan f f f 4-11 12-19 20-27 28-35 36-43 44-51 52-59 60-66 3 18 10 3 10 13 6 1 1,7 10,4 5,7 1,7 5,7 7,5 3,4 0,6 2 27 24 17 16 14 6 4 1,2 15,5 13,8 9,8 9,2 8,0 3,4 2,3 5 45 34 20 26 27 12 5 2,9 25,9 19,5 11,5 14,9 15,5 6,9 2,9 Jumlah 64 36,8 110 63,2 174 100,0 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa umur termuda 4 tahun dan tertua 66 tahun. Proporsi tertinggi pada kelompok umur 12-19 tahun 25,9 laki-laki 10,4 dan perempuan 15,5 dan terendah kelompok umur 4-11 tahun 2,9 laki-laki 1,7 dan perempuan 1,2 dan 60-66 tahun 2,9 laki-laki 0,6 dan perempuan 2,3. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 36,8 dan perempuan 63,2. Karakteristik penderita dengan umur termuda 4 tahun sebanyak 1 orang yaitu appendicitis perforasi, penatalaksanaan operasi, lama rawatan 8 hari, dan PBJ. Karakteristik penderita dengan umur tertua 66 tahun sebanyak 1 orang yaitu appendicitis abses, penatalaksanaan konservatif, lama rawatan 2 hari, dan PAPS. Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Suku, Agama, Pendidikan, dan Pekerjaan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Sosiodemografi f Suku Batak Jawa Minang Aceh Melayu 94 59 4 7 10 54,0 33,9 2,3 4,0 5,8 Jumlah 174 100,0 Agama Islam Kristen 138 36 79,3 20,7 Jumlah 174 100,0 Pendidikan Belumtidak sekolah SD SMP SMA AkademiPT 1 14 59 64 36 0,6 8,0 33,9 36,8 20,7 Jumlah 174 100,0 Pekerjaan Pegawai Swasta karyawan Pelajarmahasiswa Ibu Rumah Tangga Tidak bekerja 50 70 44 10 28,7 40,2 25,3 5,8 Jumlah 174 100,0 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi suku tertinggi adalah suku Batak 54,0 dan terendah Minang 2,3. Proporsi agama Islam 79,3. Proporsi pendidikan tertinggi adalah SMA 36,8 dan terendah belumtidak sekolah 0,6. Proporsi pekerjaan tertinggi adalah pelajarmahasiswa 40,2 dan terendah tidak bekerja balita dan pensiunan 5,8.

5.3.2. Keluhan Saat Datang ke Rumah Sakit

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan keluhan yang rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Keluhan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Keluhan n=174 f Sakit perut kanan bawah Anoreksia Mual Demam Muntah Konstipasi 174 5 105 71 65 9 100,0 2,9 60,3 40,8 37,4 5,2 Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi sakit perut kanan bawah 100 dan anoreksia 2,9. Universitas Sumatera Utara

5.3.3. Lama Rawatan Rata-Rata

Lama rawatan rata-rata penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.5. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Lama Rawatan Rata-rata Hari Mean Standar Deviasi SD Coefisien of Variation Minimum Maksimum 7,09 3,777 53,27 1 16 Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata adalah 7,09 hari dan standar deviasi 3,777. Coefisien of Variation 53,27 10 menunjukkan bahwa lama rawatan penderita appendicitis bervariasi, paling singkat 1 hari dan paling lama 16 hari. Karakteristik penderita yang mempunyai lama rawatan paling singkat 1 hari ada 4 orang yaitu appendicitis akut 2 orang, appendicitis infiltrat, dan appendicitis kronis. Penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah konservatif, tidak ada komplikasi, dan pulang atas permintaan sendiri. Karakteristik penderita dengan lama rawatan paling lama 16 hari ada 3 orang yaitu appendicitis kronis 1 orang, appendicitis perforasi dan peritonitis 2 orang. Penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah operasi dan penderita pulang sembuh. Universitas Sumatera Utara

5.3.4. Jenis Appendicitis

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan jenis appendicitis yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Jenis Appendicitis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Jenis appendicitis f Appendicitis akut Appendicitis infiltrat Appendicitis abses Appendicitis perforasi Appendicitis kronis 50 18 13 15 78 28,8 10,3 7,5 8,6 44,8 Jumlah 174 100,0 Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa proporsi appendicitis abses 7,5 dan perforasi 8,6.

5.3.5. Status Komplikasi

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan status komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Status Komplikasi f Ada komplikasi Tidak ada komplikasi 28 146 16,1 83,9 Jumlah 174 100,0 Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa proporsi ada komplikasi 16,1. Universitas Sumatera Utara Proporsi penderita appendicitis berdasarkan jenis komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Jenis Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Jenis Komplikasi n=28 f Abses Perforasi Peritonitis 13 15 4 46,4 53,6 14,3 Dari tabel 5.8. dapat dilihat bahwa proporsi jenis komplikasi perforasi 53,6 dan peritonitis 14,3.

5.3.6. Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan penatalaksanaan medis yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005- 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Penatalaksanaan Medis f Konservatif Operasi 19 155 10,9 89,1 Jumlah 174 100,0 Dari tabel 5.9. dapat dilihat bahwa proporsi penatalaksanaan medis konservatif 10,9. Universitas Sumatera Utara Proporsi penderita appendicitis berdasarkan penatalaksanaan konservatif yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Penatalaksanaan Konservatif yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Penatalaksanaan Konservatif f Konservatif murni Tidak konservatif murni 5 14 26,3 73,7 Jumlah 19 100,0 Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa proporsi konservatif murni 26,3. Semua penderita penatalaksanaan konservatif murni memiliki diagnosa appendicitis kronis.

5.3.7. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005- 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Keadaan Sewaktu Pulang f Sembuh PBJ PAPS 61 94 19 35,1 54,0 10,9 Jumlah 174 100,0 Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa proporsi pulang atas permintaan sendiri 10,9. Penderita yang PAPS adalah penderita yang tidak bersedia untuk dioperasi dengan diagnosa appendicitis akut 7 orang, infiltrat 2 orang, abses 1 orang, dan kronis 9 orang. Universitas Sumatera Utara 5.4. Analisa Statistik 5.4.1. Umur Berdasarkan Jenis Appendicitis Proporsi umur berdasarkan jenis appendicitis penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Jenis Appendicitis Umur Jumlah 29tahun 29 tahun f f f Appendicitis akut 66 68,8 30 31,2 96 100,0 Appendicitis kronis 21 26,9 57 73,1 78 100,0 χ 2 =30,115 df=1 p=0,000 Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p0,05, artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan jenis appendicitis. Proporsi appendicitis akut secara bermakna lebih tinggi pada umur 29 tahun sedangkan appendictis kronis secara bermakna lebih tinggi pada umur 29 tahun. Universitas Sumatera Utara

5.4.2. Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi umur berdasarkan status komplikasi penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Status Komplikasi Umur Jumlah 29 tahun 29 tahun f f f Ada komplikasi 16 57,1 12 42,9 28 100,0 Tidak ada komplikasi 71 48,6 75 51,4 146 100,0 χ 2 =0,681 df=1 p=0,409 Dari tabel 5.13. dapat dilihat bahwa proporsi ada komplikasi tertinggi umur 29 tahun 57,1. Proporsi tidak ada komplikasi tertinggi umur 29 tahun 51,4. Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan status komplikasi. Universitas Sumatera Utara

5.4.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Appendicitis

Proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan jenis appendicitis penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Jenis Appendicitis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Jenis Appendicitis Penatalaksanaan Medis Jumlah Konservatif Operasi f f f Appendicitis akut 10 10,4 86 89,6 96 100,0 Appendicitis kronis 9 11,5 69 88,5 78 100,0 χ 2 =0,056 df=1 p=0,813 Dari tabel 5.14. dapat dilihat bahwa proporsi appendicitis akut tertinggi penatalaksanaan operasi 89,6. Proporsi appendicitis kronis tertinggi penatalaksanaan operasi 88,5. Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square didapat nilai p0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan jenis appendicitis. Universitas Sumatera Utara

5.4.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan status komplikasi penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Status Komplikasi Penatalaksanaan Medis Jumlah Konservatif Operasi f f f Ada komplikasi Tidak ada komplikasi 1 18 3,6 12,3 27 128 96,4 87,7 28 146 100,0 100,0 χ 2 =1,061 df=1 p=0,303 Dari tabel 5.15. dapat dilihat bahwa proporsi ada komplikasi tertinggi penatalaksanaan operasi 96,4. Proporsi tidak ada komplikasi tertinggi penatalaksanaan operasi 87,7. Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square dengan koreksi Yates didapat nilai p0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan status komplikasi. Universitas Sumatera Utara

5.4.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi

Lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.16. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Status Komplikasi Lama Rawatan Rata-rata Hari n Mean SD Ada komplikasi 28 8,89 4,140 Tidak ada komplikasi 146 6,75 3,618 t=2,808 df=172 p=0,006 Hasil analisa statistik menggunakan t-test didapat nilai p0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi. Penderita appendicitis yang ada komplikasi secara bermakna memiliki lama rawatan yang lebih lama dibandingkan dengan tidak ada komplikasi.

5.4.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis penderita apspendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.17. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Penatalaksanaan Medis Lama Rawatan Rata-rata Hari n Mean SD Konservatif 19 2,58 1,539 Operasi 155 7,65 3,594 t=-6,061 df=172 p=0,000 Universitas Sumatera Utara Hasil analisa statistik menggunakan t-test didapat nilai p0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis. Penderita appendicitis dengan penatalaksanaan medis operasi secara bermakna memiliki lama rawatan yang lebih lama dibandingkan dengan konservatif.

5.4.7. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi status komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Keadaan Sewaktu Pulang Status Komplikasi Jumlah Ada Tidak ada f f f Sembuh 27 17,4 128 82,6 155 100,0 Tidak sembuh 1 5,3 18 94,7 19 100,0 χ 2 =1,061 df=1 p=0,303 Dari tabel 5.18. dapat dilihat bahwa proporsi keadaan sewaktu pulang sembuh tertinggi tidak ada komplikasi 82,6. Proporsi tidak sembuh tertinggi tidak ada komplikasi 94,7. Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square dengan koreksi Yates didapat nilai p0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Universitas Sumatera Utara

5.4.8. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.19. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Keadaan Sewaktu Pulang Penatalaksanaan Medis Jumlah Konservatif Operasi f f f Sembuh 0,0 155 100,0 58 100,0 Tidak sembuh 19 100,0 0,0 19 100,0 χ 2 =163,871 df=1 p=0,000 Hasil analisa statistik menggunakan uji Chi-square dengan koreksi Yates didapat nilai p0,05, artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Pulang sembuh semuanya dilakukan penatalaksanaan operasi. Universitas Sumatera Utara BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Tahun dan Kecenderungan Distribusi penderita appendicitis berdasarkan data tahun 2005-2009 yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 6.1. Grafik Garis Trend Penderita Appendicitis Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Berdasarkan Data Tahun 2005-2009 Dari gambar 6.1. dapat dilihat bahwa penderita appendicitis rawat inap tertinggi tahun 2007 yaitu 49 orang dan terendah tahun 2006 yaitu 26 orang. Trend penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis Y= 39-1,4X, frekuensi kasus menurun 11 kasus dengan simple ratio 1,4 kali dan persentase 28,9. Universitas Sumatera Utara 6.2. Karakteristik Penderita Appendicitis 6.2.1. Sosiodemografi Sosiodemografi terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita appendicitis berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005- 2009 dapat dilihat pada gambar berikut ini. Jenis Kelamin 10,4 5,7 5,7 7,5 1,7 1,7 3,4 0,6 1,2 15,5 13,8 9,8 9,2 8 3,4 2,3 15 10 5 5 10 15 20 Umur Tahun Proporsi Perempuan Laki-laki 60-66 tahun 52-59 tahun 44-51 tahun 36-43 tahun 28-35 tahun 20-27tahun 12-19 tahun 4-11 tahun Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Appendicitis Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan Tahun 2005-2009 Dari gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi umur tertinggi adalah 12-19 tahun 25,9 laki-laki 10,4 dan perempuan 15,5 dan terendah 4-11 tahun 2,9 laki-laki 1,7 dan perempuan 1,2 dan 60-66 tahun 2,9 laki-laki 0,6 dan perempuan 2,3. Distribusi proporsi jenis kelamin adalah laki-laki 36,8 dan perempuan 63,2 dengan sex ratio 1 :1,7. Universitas Sumatera Utara Appendicitis dapat terjadi pada semua umur, paling sering pada umur 10-30 tahun dan jarang pada anak-anak dan orang tua dengan rasio pria : wanita sebanding. Appendicitis berhubungan dengan obstruksi karena hiperplasi jaringan limfoid submukosa yang meningkat selama pubertas sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel pada usia 12-20 tahun dan menetap saat dewasa. Setelah itu, jaringan limfoid submukosa mengalami atropi dan menghilang pada usia 60 tahun. Selain itu, fekalith juga merupakan penyebab obstruksi lumen appendiks. Fekalith berhubungan dengan konsumsi diet rendah serat yang menyebabkan konstipasi. Konstipasi dapat menaikkan tekanan intracaecal sehingga terjadi sumbatan fungsional appendiks.

19, 24

Hasil penelitian Martalena 2008 dengan desain case series, proporsi tertinggi pada umur 16-30 tahun 56,3 dan terendah ≤15 tahun 7,1. 23 Penelitian Jehan 2001 dengan desain cross sectional didapat proporsi umur tertinggi 15-30 tahun 68,3 dan terendah 51-60 tahun 1,7. Proporsi jenis kelamin yaitu perempuan 51,7 dan laki-laki 48,3 dengan sex ratio 1,1 :1. 21 Universitas Sumatera Utara

b. Suku