Latar Belakang Karakteristik Penderita Appendicitis Rawat Inap Di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. 1 Derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara lain ditunjukkan dengan makin menurunnya angka kematian bayi dan kematian ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita, dan meningkatnya umur harapan hidup. 2 Di sisi lain terjadi peningkatan urbanisasi, industrialisasi, dan perubahan lingkungan. 3 Perubahan tersebut telah memberi pengaruh pada transisi epidemiologi yaitu beban ganda penyakit dengan meningkatnya beberapa penyakit menular re-emerging diseases dan penyakit tidak menular atau degeneratif. 2 Salah satu jenis penyakit tidak menular adalah penyakit pada saluran pencernaan. 4 World Health Organization WHO Global Infobase tahun 2002, Cause Specific Death Rate CSDR penyakit saluran pencernaan di beberapa negara yaitu Jerman 51 per 100.000 penduduk, Inggris 47 per 100.000 penduduk, Perancis 42 per 100.000 penduduk, Finlandia 39 per 100.000 penduduk, Switzerland 34 per 100.000 penduduk, Swedia 33 per 100.000 penduduk, India 33 per 100.000 penduduk, Argentina 31 per 100.000 penduduk, Amerika Serikat 30 per 100.000 penduduk, Universitas Sumatera Utara Bangladesh 26 per 100.000 penduduk, Zimbabwe 20 per 100.000 penduduk, dan Albania 16 per 100.000 penduduk. 5 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT, Proportional Mortality Ratio PMR penyakit saluran pencernaan di Indonesia mengalami peningkatan yaitu 5,1 tahun 1992 menjadi 6,6 tahun 1995 dan 7 menurut hasil Survei Kesehatan Nasional SUKESNAS tahun 2001. 6 Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI, penyakit saluran pencernaan menempati urutan ke tiga dari 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 6.590 dari 225.212 kasus dengan Case Fatality Rate CFR 2,93 tahun 2007 dan 6.825 dari 234.536 kasus dengan CFR 2,91 tahun 2008. 7 Salah satu penyakit pada saluran pencernaan adalah infeksi pada appendiks yang disebut dengan appendicitis. 8 Appendicitis menyebabkan abdomen akut dan memerlukan tindakan bedah. 9 Penelitian Asif 2008 di RS Kharian Islamabad pada 220 penderita gejala abdomen akut didapat proporsi appendicitis akut 21,4, nyeri perut non spesifik 15,4, kolesistisis akut 12,7, obstruksi usus halus 14,5, ulkus peptikum 11,8, kolik ginjal 9, pankreas akut 4, penyakit ginekologi 4, diverticulitis meckel 1,3, gastrointestinal 1,3, tuberkulosis aleocaecal 1,3, iskemik mesentrika 0,9, kanker hati 0,9, peradangan ginjal 0,5, dan typhlitis 0,5. 10 Penelitian Hardin 1999 di Amerika Serikat terdapat 680.000 kasus appendicitis dengan Incidence Rate IR 25 per 10.000 penduduk. 11 Penelitian Langenscheidt 1999 di Madagaskar IR 51,1 per 10.000 penduduk. 12 Penelitian Ballester et al 2003 di Spanyol IR 13,2 per 10.000 penduduk dan Omran et al Universitas Sumatera Utara 2003 di Kanada IR 7,5 per 10.000 penduduk. 13, 14 Penelitian Lai 2006 di Taiwan terdapat 1.873 kasus appendicitis dengan IR 3,19 per 10.000 penduduk. 15 Penelitian Lee 2007 di Korea Selatan IR 22,71 per 10.000. 16 Penelitian Gunerhan 2008 di Turki IR 14,9 per 10.000 penduduk dan Chatbanchai et al 2008 di Thailand IR 3,7 per 10.000 penduduk. 17, 18 Appendicitis dapat terjadi pada semua umur, paling sering pada dewasa muda umur 10-30 tahun dengan rasio pria : wanita sebanding. Gejala appendicitis berupa abdomen akut memberikan gambaran klinis yang sama dengan gangguan penyakit lain sehingga sulit untuk dibedakan. 19 Hal ini mengakibatkan appendicitis sulit didiagnosa dan terlambat untuk ditangani sehingga terjadi komplikasi berupa perforasi, peritonitis, dan abses. Gejala appendicitis pada anak-anak, orang tua, dan wanita hamil tidak spesifik dan biasanya diketahui setelah terjadi komplikasi. 20 Penelitian Jehan 2001 di RSUP H. Adam Malik Medan pada 60 penderita appendicitis berusia diatas 15 tahun didapat 29 orang 48,3 laki-laki dan 31 orang 51,7 perempuan, serta kelompok umur 15-30 tahun 41 orang 68,3, 31-40 tahun 14 orang 23,3, 41-50 tahun 4 orang 6,7, dan 51-60 tahun 1 orang 1,7. 21 Penelitian Murtala 2004 di IRD Bedah RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 97 penderita appendicitis berusia diatas 14 tahun didapat 53 orang 54,6 laki-laki dan 44 orang 45,4 perempuan, serta kelompok umur 16-30 tahun 74 orang 76,3, 31-45 tahun 20 orang 20,6, dan 46-60 tahun 3 orang 3,1. 22 Penelitian Martalena 2008 di RSU Kabanjahe pada 126 penderita appendicitis didapat 74 orang 58,7 laki-laki dan 52 orang 41,3 perempuan, Universitas Sumatera Utara serta kelompok umur ≤15 tahun 9 oran g 7,1, 16-30 tahun 71 orang 56,3, 31-45 tahun 24 orang 19,1, dan ≥46 tahun 22 orang 17,5. 23 Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009 tercatat 174 penderita appendicitis yang dirawat inap dengan rincian 38 orang tahun 2005, 26 orang tahun 2006, 49 orang tahun 2007, 34 orang tahun 2008, dan 27 orang tahun 2009. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita appendicitis rawat inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2005-2009.

1.2. Perumusan Masalah