22 proses penelitian berlangsung. Model analisa data dalam studi ini
menggunakan metode perbandingan tetap constant comperative method dengan cara membandingkan satu datum dengan datum yang lain dan
kemudian secara tetap membandingkan satu kategori dengan kategori yang lain.
51
G. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini dibagi dalam 5 Lima bab sebagai berikut: Bab pertama, menguraikan latar belakang masalah, permasalahan
yang terdiri dari identifikasi dan batasan serta rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan,
metodologi penelitian, metode analisis data dan sistematika penulisan.
Bab kedua, menguraikan tentang wawasan keilmuan yang berkaitan dengan diskursus konsep komunikasi serta konsep politik yang
kemudian melahirkan ilmu komunikasi politik yang menjadi bagian tersendiri dalam ilmu komunikasi. Praktik pemasaran dalam politik serta
pentingnya komunikasi dalam pemasaran politik. Bab ini juga membahas kekuatan media massa khususnya televisi dalam kaitannya sebagai alat
promosi dalam marketing politik.
Bab ketiga, membahas manuver politik PKS
dengan mendeklarasikan diri sebagai partai terbuka. Disamping slogan ”Bersih
Peduli Profesional” yang dicanangkan PKS dalam kampanye pemilu legislatif 2009 dan kiprahnya sebagai partai koalisi pemerintah serta
efektifitas kegiatan politik PKS sebagai partai Dakwah.
Bab keempat, membahas implementasi pemasaran politik PKS dalam meyambut pemilu legislatif
2009 yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan pemasaran politik diantaranya adalah iklan politik
sebagai agenda serangan udara, delapan agenda serangan darat, kepedulian
sosial, penguatan
pemberdayaan masyarakat
dan pengembangan jaringan tarbiyah melalui kaderisasi sebagai komponen
yang vital dalam perkembangan PKS. Bab kelima, merupakan kesimpulan dari bahasan sebelumnya
sebagai jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan, disertai saran dan rekomendasi yang dianggap penting.
51
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005, 287-288.
23
BAB II KOMUNIKASI POLITIK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMASARAN POLITIK
Berkomunikasi
1
yang baik akan memungkinkan individu maupun kelompok membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya
sebagai panduan untuk situasi apapun yang dihadapi. Komunikasi pula yang memungkinkan individu maupun kelompok mempelajari dan
menerapkan strategi-strategi yang adaptip untuk mengatasi situasi-situasi problematik yang dimasuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara
berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain.
2
1
Komunikasi berasal dari bahasa Latin, yakni Communico yang artinya membagi, dan Communis yang berarti membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih atau communicare yang berarti “membuat sama” to make common. Sebagai ilmu yang multidisiplin, definisi komunikasi telah banyak dibuat oleh para pakar dari
berbagai disiplin ilmu. Lihat William I. gorden, Communication: Personal and Public Sherman Oaks, CA: Alfred, 1978, 28. Lihat Collin Cherry, World Communication:
Threat or Promise?
New York: John Wiley 7 Sons, 1978, 2. Lihat Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: teori dan Praktek Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, 4.
Menurut catatan Dance dan Larson sampai tahun 1976 sudah ada 126 definisi komunikasi. Ada definisi yang dibuat menurut perspektif sosiologi, budaya,
engineering, ekonomi, dan ada pula dari perspektif ilmu politik. Meski definisi yang
dibuat para pakar memiliki perspektif yang berbeda satu sama lainnya menurut latar belakang disiplin ilmu yang membuat definisi itu, pada dasarnya definisi-definisi
tersebut tidak terlepas dari substansi komunikasi itu sendiri. Lihat Don Fabun, Communications; The Transfer of Meaning
Gilencoe Press, Beverly Hills, Cal., 1968, 15. Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep Teori dan Strategi Jakarta: Rajawali
Pers, 2009, 18. Lihat Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, 18.
2
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 5-6. Aristoteles yang hidup empat abad sebelum Masehi 385-322
SM dalam bukunya Rethoric membuat definisi komunikasi dengan menekankan “siapa mengatakan apa kepada siapa.” Definisi yang dibuat Aristoteles ini sangat sederhana,
tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik bernama Harold D. Lasswell pada 1948, dengan mencoba membuat definisi komunikasi yang lebih sempurna dengan
menanyakan SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa, KEPADA siapa, dan apa AKIBATNYA. Harold Lasswell, The Structure and Function of Communication in
Society
, dalam The Communication of Ideas ed. Harper and Row New York: Lyman Bryson, 1948, 37. Lihat G. Gerbner, On Defining Communication Still Another View