30 kelompok oposisinya dengan membunuh ketua militer Aliansi Utara yang menjadi
tokoh kunci, yaitu Ahmad Shah Mashood, “Singa Lembah Panshjir”. Pasukan Aliansi Utara hanya menguasai lima persen dari total wilayah
negara Afghanistan, namun pemerintahan Taliban yang keras telah membangkitkan rasa benci yang semakin berkembang, bahkan di antara rakyat
Afghanistan yang pada awalnya menyambut baik pengambil-alihan mereka atas pemerintahan Afghanistan.
31
B. Kegagalan Pemerintahan Mujahidin: Lahirnya Taliban
Sejarah Afghanistan modern memperlihatkan bahwa tidak ada satu kelompok etnis pun yang mampu memerintah Afghanistan sendirian. Maka cara
terbaik untuk membentuk pemerintahan adalah dengan melakukan koalisi tradisional yang memiliki legitimasi nasional. Untuk mencapai kesepakatan dalam
hal ini, para pemimpin kelompok-kelompok mujahidin harus membagi kekuasan antara mereka sendiri, karena terciptanya stabilitas di Afghanistan banyak
tergantung pada penyelesaian elit, di mana banyak pemimpin mujahidin tidak hanya bertindak atas nama kelompok atau faksinya, namun juga
merepresentasikan perbedaan etnolinguistik. Hasil dari pemikiran di atas adalah Peshawar Accord
pada 24 April 1992, yang melibatkan para pemimpin mujahidin yang berbasis di Pakistan serta pemerintah Pakistan yang saat itu berada di bawah
pimpinan Perdana Menteri Nawaz Syarif. Secara esensial kesepakatan ini dirancang untuk menghasilkan kerangka kerja pemerintahan sementara yang
diimplementasikan dalam dua tahap. Pertama, menobatkan Sibghatullah
31
Tony Karon, “Understanding Bin Laden’s Hosts, the Dilemma He Poses for Them,and the Politics of the Neighborhood,” Artikel ini diakses pada 24 November 2007. Dari
http:www.time.comtimenationarticle0,8599,175372,00.html .
31 Mojaddedi sebagai pemimpin pemerintahan transisi. Kedua, memberikan
kesempatan kepada pemerintahan sementara selanjutnya yang dipimpin oleh Burhanuddin Rabbani.
32
Hekmatyar, yang juga tidak sempat menandatangani Peshawar Accord tersebut, mengacaukan pelaksanaan kesepakatan ini. Dia berpendapat, sesuai
dengan kesepakatan mengenai kedudukan perdana menteri yang ada pada penandatanganan dari Hezb, ia tidak harus tunduk kepada presiden dan
kedudukan menteri pertahanan, dijabat oleh Mashood yang diangkat oleh Mojaddedi, berada di bawah kontrol perdana menteri. Hekmatyar kemudian
mengambil inisiatif untuk menempatkan tangan kanannya, Abdul Sabur Farid, untuk menempati posisi perdana menteri. Hekmatyar sendiri menolak memasuki
Kabul dan menggunakan segala alasan untuk meruntuhkan pemerintahan Rabbani. Pada awal Agustus 1992, Hekmatyar melancarkan serangan roket ke
Kabul dengan tujuan melemahkan dominasi faksi Jami’at Islami. Serangan dan konflik antara Hekmatyar dan Rabbani menjadikan Afghanistan sekali lagi
menjadi medan perang, di mana keadaan sudah tidak aman bagi rakyatnya sendiri. Oleh karena itu, pemerintahan mujahidin tidak dapat bertahan lama, dan diambil
alih oleh Taliban pada September 1996.
33
Beberapa literatur telah berupaya menjelaskan asal mula gerakan Taliban. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan untuk menjelaskan asal usul Taliban
adalah bahwa sosok Taliban relatif dapat mudah ditemui diperbatasan Barat Laut Pakistan di daerah itu bertebaran para penuntut ilmu Talib-ul-ilm mereka bukan
hanya muncul dari Afghanistan namun juga dari Pakistan, yaitu dari partai ulama
32
Amin Saikal, “Pemerintahan Rabbani 1992-1996,” dalam William Maley, Taliban dan Multi Konflik di Afghanistan
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999, h. 45.
33
Amin Saikal, “Pemerintahan Rabbani 1992-1996,” hal. 46.
32 Islam pimpinan maulana Fazlur Rahman yang menyediakan sarana pendidikan
agama konservatif bagi anak laki-laki dari kamp-kamp pengungsi Afghan, khususnya anak-anak dhuafa’. Mereka mengenyam pendidikan madrasah di
sekitar Quetta dan Peshawar yang tidak puas dengan keadaan mereka di Afghanistan. Para pejabat senior pemerintah Pakistan menyangkal dengan
mengatakan bahwa tidak ada madrasah di Pakistan yang menjadi tempat belajar para anggota Taliban, walaupun terdapat bukti kuat yang menunjukkan demikian.
Professor Ahmad Hasan Dani mempercayai bahwa Taliban mendapatkan pendidikan madrasah di Pakistan dan juga mendapatkan dukungan dari elemen-
elemen atau pihak-pihak tertentu di Pakistan. Dani menegaskan bahwa para pelajar muda tersebut dipersiapkan untuk melakukan jihad melawan siapa pun
yang dirasa tidak mentaati syari’at Islam. Hal inilah yang menyebabkan mereka dilaporkan memiliki rasa tidak suka terhadap kelompok-kelompok Afghan, yang
mereka salahkan sebagai pihak yang mengakibatkan begitu banyak kematian dan kehancuran tanah kelahiran mereka.
34
Sementara itu, terdapat alasan langsung yang dianggap menyebabkan munculnya gerakan Taliban. Pada 1992 rata-rata penduduk Afghanistan sudah
merasa muak dan lelah akan terus berlangsungnya perang saudara di negeri mereka yang telah berkobar selama tiga tahun. Masoom Afghani menyatakan
bahwa sekitar 50.000 penduduk Afghanistan terbunuh dalam pertikaian untuk mendapatkan kekuasaan antara Hekmatyyar dan Rabbani. Rakyat Afghanistan
kemudian kehilangan kepercayaan mereka terhadap para pemimpin, yang terus beraliansi ataupun memutuskan aliansi hampir setiap hari. Rakyat juga
34
P. Bajpai dan S. Ram eds., Encyclopedia of Afghanistan Vol. 5: Taliban and Muslim Fundamentalism
New Delhi: Anmol Publications PVT.LTD., 2002, hal. 182.
33 menganggap tidak ada satupun di antara pemimpin tersebut yang dapat dipercayai
lagi karena kenyataannya tidak ada yang menepati janji. Pesimisme terhadap kepemimpinan para elit politik Afghanistan ini semakin meningkat ketika rakyat
melihat tidak ada tanda-tanda bahwa perang dan pembunuhan yang terjadi akan segera berakhir saat itu. Kondisi yang selalu nyaris kelaparan terus menambah
kemarahan rakyat Afghanistan dan menumbuhkan keinginan untuk melawan kepemiminan Afghanistan yang sangat mereka hormati pada awalnya.
35
Dengan demikian, seiring berjalannya waktu, popularitas mujahidin di Afghanistan semakin lama semakin berkurang. Mereka tidak saja gagal dalam
mewujudkan perdamaian di negara mereka yang dilanda perang, namun yang lebih buruk lagi adalah mereka mulai terlibat dalam kegiatan-kegiatan asusila.
Beberapa di antara mereka memiliki peran ganda sebagai bandit yang memeras uang dari para pemilik toko dan memajak kendaraan-kendaraan berpenumpang
yang melalui wilayah-wilayah kekuasaan mereka. Salah satu alasan mereka meminta uang dengan paksa, selain keserakahan pribadi, adalah kenyataan bahwa
para pejuang tidak lagi menerima bayaran tetap dari pemimpin yang merekrut mereka. Selain itu banyak di antara para pejuang juga terlibat dalam kasus-kasus
korupsi, penjarahan, pengedaran narkoba, dan pemerkosaan. Kondisi di atas memperlihatkan bahwa telah terjadi kesalahan fatal dalam
tata pemerintahan dan tata kehidupan di seluruh Afghanistan. Kepemimpinan mujahidin pada saat itu tidak mau dan tidak mampu meredam berkembangnya
anarkisme di Afghanistan. Kondisi kacau mewarnai seluruh Afghanistan pada saat itu, kecuali enam provinsi di bagian utara Afghanistan yang dipimpin dan dikelola
35
P. Bajpai dan S. Ram eds., Encyclopedia of Afghanistan.,h. 184.
34 oleh Jenderal Uzbek, Abdul Rashid Dostum. Kondisi yang terjadi membuat
Afghanistan masuk dalam kategori failed state, seperti halnya Somalia, Rwanda dan Burundi. Walaupun perbatasan fisik masih ada, dan negaranya masih
memiliki bendera nasional, lagu kebangsaan, pemerintahan, keanggotaan PBB, dan perwakilan di luar negeri, namun perintah tertulis bagi pemerintah sama
sekali tidak dijalankan, bahkan di ibukota sekalipun. Warlord dan kepala-kepala suku telah mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, yang terjadi ketika
keamanan Afghanistan berada dalam kondisi kacau balau akibat konflik perebutan kekuasaan antara Hekmatyar dan Rabbani.
Ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinan mujahidin Afghanistan semakin lama semakin meningkat. Kerukunan yang telah terbentuk di antara
mereka pada masa jihad Afghanistan telah pudar dan rakyat Afghanistan kembali mencari “juru selamat” yang baru. Oleh karena itu, tidaklah sulit bagi Taliban
untuk mendapatkan dukungan dari rakyat yang berharap mereka dapat menghentikan anarkisme yang telah menyebar ke seluruh Afghanistan.
Pendidikan yang didapatkan oleh para anggota Taliban menjadikan mereka orang-orang yang fanatik dalam beragama. Mereka diyakinkan bahwa
tidak ada seorang pun dari pemimpin Afghanistan saat itu yang tulus dalam niat dan upaya untuk membentuk negara Islam di Afghanistan. Mereka juga
diinformasikan bahwa perselisihan antara Rabbani dan Hekmatyar dan juga para pemimpin lain merupakan suatu proses perebutan kekuasan dan power, bukan
mengenai upaya untuk memperkenalkan praktik-praktik Islam dan perbedaan pandangan mereka mengenai Islam.
36
Hal ini mudah untuk dilakukan terhadap
36
P. Bajpai dan S. Ram eds., Encyclopedia of Afghanistan., hal. 185.
35 rakyat Afghanistan karena secara tradisional, rakyat Afghanistan selalu sangat
hormat kepada tetua suku atau tokoh agama untuk membantu mereka menyelesaiakan masalah, sehingga ketika seseorang muncul dan mampu
mengeluarkan mereka dari masalah yang melanda saat itu, mereka akan patuh tanpa banyak pertimbangan.
Mullah Mohammad Omar, seorang veteran jihad dari distrik Maiwand di sebelah barat Kandahar, yang ikut berperang melawan pasukan Uni Soviet untuk
membantu mewujudkan pemerintahan Islam di negaranya, sangat kecewa terhadap kejadian-kejadian yang menimpa negaranya setelah pembunuhan Dr.
Najibullah. Setelah memutuskan untuk kembali menuntut ilmu di Madrasah Sang i-Hisar di Maiwand, akhirnya pada September 1994 ia menghentikan studinya
untuk mengupayakan secara konkret tercapainya perdamaian dengan cara menghancurkan kelompok pro-komunis serta memperkenalkan nilai-nilai Islam di
Afghanistan. Pada 20 September 1994, sebuah keluarga di Herat, dalam perjalanan mereka menuju Kandahar, diberhentikan di sebuah post pemeriksaan
sekitar 90 kilometer sebelum Kandahar oleh sekelompok bandit mujahidin. Seluruh anggota keluarga tersebut dibunuh dan jasadnya dibakar. Ketika itu
Mullah Mohammad Omar merupakan orang pertama yang mendatangi tempat kejadian itu. Ia mengumpulkan para talib pelajar untuk membantunya
mengangkat jenazah para korban, dan sejak saat itu ia bersumpah untuk memulai kampanye serta tindakan untuk melawan para kriminal untuk melindungi rakyat
Afghanistan. Untuk mencapai tujuannya diatas, Mullah Mohammad Omar pergi dari
masjid ke masjid di desanya untuk mengumpulkan dukungan. Banyak pelajar
36 yang tidak bersedia untuk bergabung dengannya karena merasa bahwa tugas yang
ditawarkan terlalu berat bagi mereka. Pada akhirnya, Mullah Muhammad Omar berhasil mengumpulkan kurang lebih 50 pelajar yang bersedia mendukung
misinya. Ia kemudian menjelaskan tujuan-tujuan pergerakannya, dan ia tidak memiliki uang ataupun persenjataan yang dapat ia tawarkan kepada para pelajar.
Namun, Haji Bashar, anak laki-laki dari Haji Isa Khan, seorang mantan komandan mujahidin dari Hizb-i-Islami memberikan Mullah Mohammad Omar dan
pasukannya persenjataan serta kendaraan. Inilah permulaan dari gerakan Taliban, sebuah faksi politik baru dengan nama resmi Tehreek-i-Islam-i-Taliban
Afghanistan.
37
Gerakan Taliban didirikan oleh para santri militan di Kandahar, sebuah kota di seberang perbatasan Pakistan, pada Juli 1994. Organisasi itu baru secara
resmi diproklamasikan pada Oktober 1994. pada 1996, Taliban resmi berkuasa di Afghanistan dan membentuk pemerintahan Emirat Islam Afghanistan, dengan
syari’at Islam sebagai dasar negara. Para pejabat negara Emirat Islam Afghanistan dipilih di antara para ulama dan tokoh Islam yang amanah sebagaimana masa
Rasulullah SAW. Dengan misi nasional untuk menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
38
Tujuan langsung dari organisasi yang baru terbentuk ini adalah pertama, untuk melucuti senjata milisi yang menjadi musuh. Kedua, melawan pihak yang
menolak untuk menyerahkan senjata mereka. Ketiga, menerapkan hukum Islam di wilayah-wilayah yang telah dibebaskan oleh organisasi Taliban. Keempat,
mempertahankan seluruh wilayah yang telah menjadi kekuasaan Taliban.
37
P. Bajpai dan S. Ram eds., Encyclopedia of Afghanistan., hal.186.
38
Z.A. Maulani, Perang Afganistan, h. 9-10.
37 Pemimpin terkemuka yang bergabung dengan Mullah Mohammad Omar antara
lain: Mullah Mohammad Rabbani, Mullah Mohammad Shahod, Mullah Mohammad Hassan, Mullah Borjan, dan Haji Amir Mohammad Agha. Semua
tokoh ini tadinya merupakan anggota faksi Younus Khalis dari Hizb-e-Islami. Tokoh-tokoh lain yang ikut bergabung dengan Taliban adalah Syeikh Nuruddin
Turabi, Ustad Sayyaf, Mullah Abbas, Mullah Muhammad Sadiq, dan Syeikh Abdus Salam Rocketi.
39
Dalam praktik pemerintahannya, setelah berhasil menguasai kota Kabul hanya dalam hitungan hari, para pemimpin Taliban mengeluarkan sederet aturan
sosial yang melumpuhkan aktivitas kota Kabul. Kaum wanita yang selama empat dekade leluasa melakukan aktivitas sosialnya dan mendominasi Universitas
Kabul, sekarang tiba-tiba dilarang keluar rumah, kecuali memakai Burqah pakaian yang menutupi muka dan seluruh badan. Kaum pria diharuskan
memanjangkan jenggot.
40
Namun lama-kelamaan, karena keinginannya untuk mewujudkan hukum Islam yang ketat, maka rakyat Afghanistan, terutama
kelompok-kelompok oposisi lantas menganggap Taliban menjadi terlalu keras dan ekstrem dalam pemberlakuan hukum Islam tersebut.
Sebenarnya terdapat beberapa tindakan positif yang dilakukan oleh pemerintahan Taliban, salah satu yang terpenting adalah pelanggaran pengedaran
obat-obatan terlarang. Para pecandu ditahan dan dilakukan investigasi terhadap bandarnya, yang diberi hukuman berat. Walaupun tidak terlalu berhasil karena
Afghanistan hampir tidak memiliki sumber penghasilan lain, namun langkah ini patut dipuji. Selain itu, pada dasarnya Taliban meyakini wajib sekolah bagi anak
39
P. Bajpai dan S. Ram eds., Encyclopedia of Afghanistan, hal. 187.
40
Iwan Hadi Broto dkk, Perang Afghanistan: di Balik Perseteruan AS vs Taliban Jakarta: Gramedia, 2002, h.85.
38 laki-laki dan perempuan. Namun, keikutsertaan perempuan dalam pendidikan dan
sekolah diberhentikan dengan alasan keamanan dan keadaan finansial negara yang tidak memungkinkan untuk menyokong biaya pendidikan bagi banyak anak
Afghanistan.
41
Taliban juga dituduh menyulitkan pihak asing untuk memberikan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Afghanistan. Namun, terdapat beberapa kasus yang
menunjukkan bahwa pihak Taliban bersedia bekerjasama demi kesejahteraan dan kebaikan rakyatnya. Sebagai contoh, vaksinasi polio berhasil dilaksanakan pada
September 2001 sebelum pemboman dimulai dan kemudian dilanjutkan kembali pada November, walaupun beberapa bahkan banyak daerah yang tidak dapat
dicapai pada saat perang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa faktor yang mengganggu proses vaksinasi atau proses pemberian bantuan kemanusiaan
lainnya-bukanlah Taliban, melainkan konflik dan perang yang terus menerus terjadi di Afghanistan.
42
Berdasarkan realitas yang ada, di mata Taliban, masalah yang terjadi di Afghanistan tidak terlalu serius pada masa pemerintahannya. Satu-satunya
tindakan terpenting yang dianggap Taliban harus segera dilakukan justru bagi negara-negara di dunia untuk mengakui Taliban sebagai pemerintahan yang sah
di Afghanistan. Mereka menyatakan bahwa merupakan bagian dari
41
P. Bajpai dan S, Ram eds, Vol 5, hal.199-200.
42
Stephen R. Shalom dan Michael Albert, “45 Questions and Answers: 9-11 and Afghanistan One Year Later,” Diakses pada 18 Desember 2007 dari
http:www.globalissues.org geopoliticsWarOnTerror 45qaAfghan.asp
39 tanggungjawab dunia internasional untuk membantu Afghanistan membangun
kembali negaranya di bawah pemerintahan Taliban.
43
C. Akar-akar Sosial dan Doktrinal Taliban