Akar-akar Sosial dan Doktrinal Taliban

39 tanggungjawab dunia internasional untuk membantu Afghanistan membangun kembali negaranya di bawah pemerintahan Taliban. 43

C. Akar-akar Sosial dan Doktrinal Taliban

Doktrin Taliban tampaknya banyak dipengaruhi oleh Pashtunwali, hukum tradisional suku Pashtun. Pashtunwali menjadi pedoman hidup bagi anggota suku Pashtun, dan dijunjung tinggi terutama di kalangan Pashtun pedesaan di berbagai kawasan Rural di timur dan selatan Afghanistan. Nilai-nilai dalam Pashtunwali di antaranya adalah: badal, yaitu tuntutan untuk membalas dendam dengan darah, tureh , keberanian, istiqamat, kegigihan, kesabaran, budi pekerti yang mulia, dan pembelaan terhadap kehormatan perempuan. Di antara nilai-nilai utama Pashtunwali, dua nilai yang sangat dijunjung tinggi adalah malmastiya, yaitu kewajiban untuk bertingkah laku sopan terhadap tamu tanpa pamrih dan nanawati , yaitu memberikan suaka kepada yang meminta, bahkan kalau perlu membela sampai mati siapapun yang telah diberikan suaka. Meski Islam memiliki tempat yang khusus di dalam kehidupan masyarakat Afghanistan, tetapi tidak semua nilai dalam Pashtunwali sesuai dengan ajaran Islam. Badal misalnya, yaitu kewajiban untuk membalas dendam, jika perlu dengan nyawa, hal ini bertentangan dengan agama Islam yang melarang sesama muslim untuk saling membunuh. 44 43 Laili Helms, “The Taliban and Afghanistan Implications for Regional Security and Options for International Action”, diakses pada tanggal 18 Desember 2007 dari http:www.usip.orgpubsspecial reportsearlysrafghan.html 44 Wilhendra Akmam, “Kebangkitan Gerakan Taliban di Afganistan tahun 1994: Penelaahan terhadap Struktur Politik Zaman Modern Negara Afganistan,” Skripsi S1 Fakultas IIlmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2004, h. 76. 40 Doktrin Taliban banyak juga dipengaruhi oleh mazhab Deoband berasal dari Darul Ulum Deoband, sebuah institusi pendidikan yang didirikan di kota Deoband, India pada tahun 1867. Mazhab Deoband mengajarkan agama dengan cara-cara ortodoks, 45 dan madrasah-madrasah yang berada di bawah pengaruhnya, telah menghasilkan sejumlah ulama terkemuka di Afghanistan. 46 Ciri khas dari ajaran Deoband adalah mereka melihat bahwa dunia ini pada dasarnya adalah sebuah ketidakberdayaan dan melihat masa lalu dan teks keagamaan sebagai sumber kebanggaan budaya dan peta jalan yang harus ditempuh menuju kebangkitan kembali. Diperlengkapi dengan telaah Hadist, mereka kaum Deoband menyesali sejumlah upacara dan praktek-praktek adat, termasuk apa yang mereka pandang sebagai perilaku yang berlebihan di kuburan- kuburan orang suci, perayaan-perayaan siklus kehidupan yang rumit, dan praktek- praktek yang dihubungkan dengan pengaruh syi’ah. Kaum Deoband juga memberlakukan pembatasan yang ketat terhadap perempuan yang mereka lihat sebagai simbol moral masyarakat. Mereka lebih suka bergerak secara independen yang terlepas dari institusi kenegaraan dan tidak terlibat dalam politik praktis. Kelompok lain yang terpengaruh ajaran Deobandi adalah Jamaah Tabligh 47 dan Partai Ulama Islami di Pakistan. Doktrin Taliban merupakan bentuk ekstrim dari ajaran Deoband. 48 Di samping Deobandi, Doktrin Taliban memiliki beberapa kesamaan dengan aliran Wahabi yang muncul pada abad ke-18 di Arab Saudi. Gerakan yang 45 Aliran yang berpegang teguh pada ajaran murni. 46 William Maley, Taliban dan Multi Konflik di Afghanistan, h.29 47 Jamaah Tabligh adalah jamaah dakwah yang pertama kali muncul di Pakistan pada pertengahan abad ke-19, mengikuti ajaran pemimpin mereka Maulana Muhammad Ilyas. Pengikut Jamaah Tabligh memfokuskan kegiatan dakwahnya kepada sesama muslim yang dinilai telah lepas dari hakekat agama Islam. Di dalam perkembangannya Jamaah Tabligh telah membangun jaringan yang luas di seluruh dunia, bahkan sampai ke Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika Utara. 48 Akmam, “Kebangkitan Gerakan Taliban di Afganistan tahun 1994”, h. 75. 41 dipelopori oleh Abdul Wahab 1703-1792 bertujuan untuk membersihkan suku- suku Badui di Semenanjung Arab dari pengaruh sufisme. Penyebaran wahabisme menjadi bagian penting di dalam kebijakan luar negeri Arab Saudi setelah tahun 1970-an wahabisme dan deobandisme memiliki beberapa kesamaan dalam hal sikap mereka yang menyesalkan tradisi dan praktek-praktek adat yang telah bercampur dengan agama dan pelarangan terhadap representasi bentuk makhluk hidup yang merupakan dasar pelarangan segala seni lukis dan gambar, serta foto dan televisi. Beberapa kesamaan ini ikut menjelaskan tergabungnya kelompok- kelompok non-Afganistan khususnya Arab yang di dalamnya gerakan Taliban. Kaum Wahabi telah terlibat di Afganistan sejak masa perlawanan terhadap penduduk Soviet. 49

D. Sikap Amerika Serikat terhadap Taliban