Dinamika Kehidupan Sosial dan Politik Afghanistan

23

BAB II DINAMIKA POLITIK AFGHANISTAN

A. Dinamika Kehidupan Sosial dan Politik Afghanistan

Afghanistan merupakan sebuah negara yang terletak di kawasan Asia Barat Daya. Negara ini berbatasan dengan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan di sebelah utara, dengan Pakistan di sebelah timur dan selatan, serta dengan Iran di sebelah barat. 17 Afghanistan memiliki nama nasional Dowlat-e Eslami-ye Afghanestan , atau Emirat Islam Afghanistan, dan mendapat kemerdekaannya dari Inggris pada 19 Agustus 1949. Luas area Afghanistan adalah 647.500 km2 yang dihuni oleh 28.513.677 penduduk menurut sensus tahun 2004. Pertumbuhan penduduk di Afghanistan kira-kira mencapai 4,9 per- tahun. 18 Terdapat 34 provinsi di Afghanistan, yaitu Badakhsthan, Badghis, Baghlan, Balkh, Bamian, Daykondi, Farah, Faryab, Ghazni, Ghor, Helmand, Herat, Jowzjan, Kabul, Kandahar, Kapisa, Khost, Konar, Kunduz, Laghman, Loghar, Nangarhar, Nimruz, Nurestan, Oruzgan, Pakhtia, Paktika, Panjshir, Parvan, Samangan, Sar-e Pol, Takhar, Vardak, dan Zabol. 19 Kelompok-kelompok suku utama adalah Pashtun 35-40, Tajik 25-30, Uzbek 10, Hazara 10- 15, Turkman 5 dan lain-lain 2. Bahasa resmi Afghanistan adalah Pashto 1. Verinder Grover, “Afghanistan: An Introduction,” dalam Verinder Grover ed., Government and Politics of Asian Countries 1: Afghanistan New Delhi: DeepDeep Publication PVT.LTD, 2002, h.1. 18 “Afghanistan,” diakses pada 13 November 2007 dari http:www.infoplease.comipa A0107264. html. 19 “Afghanistan,” diakses pada 16 November 2007 dari http:www.odci.gov cia publication factbook geosaf.html , 24 dan Dari. 20 Sementara itu, agama mayoritas adalah Islam, yang terdiri dari 84 Islam Sunni dan 15 Islam Syi’ah. 21 Afghanistan bukan merupakan unit etnis yang self-contained 22 dan kebudayaan nasionalnya tidaklah seragam. Hanya sedikit di antara kelompok etnis di Afghanistan yang benar-benar berasal dari negara tersebut. 23 Hal ini menjadi salah satu penyebab adanya sejarah perang yang panjang di negaranya, sehingga kehidupan sosial dan politik rakyat Afghanistan dapat dikatakan tidak pernah berjalan mulus. Oleh karena itu, menjadi penting untuk menjelaskan masalah dan pengaruh etnisitas dalam kehidupan sosial dan terutama politik Afghanistan. Seperti halnya negara-negara ataupun wilayah-wilayah lain yang dilanda konflik, salah satu akibat sosial yang paling terlihat adalah munculnya masalah pengungsian yang sangat serius. Hampir sepanjang sejarah Afghanistan, terutama dalam kurun waktu 20-30 tahun terakhir, kehidupan rakyat Afghanistan diwarnai dengan kegiatan pengungsian ke negara-negara tetangga terdekatnya, terutama Pakistan dan Iran. Pada masa perang internal misalnya, yaitu sekitar 1992 hingga 1994, jumlah pengungsi Afghanistan di Pakistan adalah sekitar 3,2 juta penduduk dan di Iran sebanyak 2,9 juta penduduk. 24 Walaupun kemudian sejak 1993 banyak pengungsi Afghanistan dibantu oleh PBB untuk pulang ke negara mereka, namun jumlah pengungsi Afghanistan masih besar. Ketika invasi militer Amerika Serikat ke Afghanistan, pengungsian rakyat Afghanistan secara besar-besaran ke negara- negara terulang kembali. 20 Dari adalah dialek Afganistan dari bahasa Persia 21 Verinder Grover, “Afghanistan: An Introduction,” hlm. 2. 22 Self-Contained adalah negara yang dapat berdiri sendiri. 23 P. Bajpai dan S. Ram eds, encyclopedia of Afghanistan Vol. 1, Afghanistan: The Land and People New Delhi: Anmol Publications PVT. LTD., 2002, h. 62. 24 Diakses pada 17 November 2007 dari http:www.encyclopedia.laborlawtalk.com Afghanistan_ timeline_1991-1995, 25 Gambaran seperti inilah yang kerap terjadi ketika Afghanistan dilanda perang besar. Para pengungsi Afghanistan telah mengalami gangguan-gangguan yang radikal dalam kebudayaan, organisasi sosial, serta kehidupan perekonomian mereka, terutama sejak mereka diharuskan mengungsi akibat perang yang berkepanjangan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kehidupan sosial budaya rakyat Afghanistan sangat kental dengan unsur agama Islam. Hal ini dikarenakan hampir seluruh rakyat Afghanistan, terutama etnis Pashtun, merupakan muslim taat bahkan cenderung fanatik. Pihak-pihak yang berusaha mempropagandakan ajaran agama selain Islam diancam oleh hukum adat dengan hukuman mati. Sekitar 40 rakyat Afghanistan mengikuti aliran sunnah wal jama’ah dari mazhab Hanafiah Maturidiyah sunni hanafi. Mazhab Hanafi dikembangkan oleh Abu Hanifah, salah seorang pelajar Islam pertama yang berupaya menginterpretasikan syari’at- syari’at Islam ke dalam kehidupan sehari-hari manusia. Interpretasinya terhadap hukum Islam sangat toleran terhadap perbedaan di dalam komunitas-komunitas umat Islam. Beliau juga membedakan antara kepercayaan dan pelaksanaan, di mana beliau menganggap bahwa kepercayaan lebih penting. 25 Aliran ini memiliki ciri-ciri pemahaman agama yang sangat tekstual, sesuai dengan apa yang tersurat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Dengan sikap hidup keagaman seperti itu kaum muslimin Afghanistan dengan cepat dapat memutuskan apa yang halal diperbolehkan dalam Islam dan apa yang haram dilarang oleh Islam, tanpa melalui banyak prosedur yang membutuhkan interpretasi yang tinggi dari para ulama mereka. Kepercayaan tersebut juga sebenarnya membuat rakyat 25 Diakses pada 17 November 2007 dari http:countrystudies.usafghanistan65.htm ,. 26 Afghanistan menjadi toleran terhadap perbedaan, dengan syarat ada kepercayaan antara satu kelompok dengan yang lainnya. Rakyat Afghanistan hidup dengan berpedoman pada prinsip-prinsip ajaran agama Islam yang disesuaikan dengan norma-norma suku Pashtun dan adat- istiadat lokal lainnya. Meski demikian, terdapat perbedaan pandangan terhadap implementasai syari’ah Islam di antara mereka. Ada yang liberal, konservatif, maupun ortodoks. Walaupun beberapa pemimpin Afghanistan pernah mencoba untuk melakukan reformasi yang radikal terhadap nilai-nilai yang dianut oleh rakyat Afghanistan, misalnya penghapusan kewajiban menggunakan cadar bagi perempuan Afghanistan yang digantikan dengan pakaian bergaya internasional, nilai-nilai Islam telah tertanam dengan mendalam di kehidupan sehari-hari rakyat Afghanistan. Selain itu, tradisi-tradisi kesukuan juga tidak memperbolehkan perubahan yang diusulkan tersebut. Dengan demikian, dari sisi norma-norma sosial yang berlaku, kehidupan masyarakat Afghanistan secara sosial diatur berdasarkan syari’ah Islam, yang oleh pihak asing disebut hukum adat. Kewibawaan para ulama yang lebih dikenal dengan gelar mullah sangat kuat. Untuk memenuhi kebutuhan menghadapi tantangan dunia modern, pemerintah Afghanistan mendirikan sekolah-sekolah agama untuk mempersiapkan para ulama yang diharapkan akan lebih handal. 26 Berkaitan dengan syari’at Islam di atas, ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada September 1996, kehidupan di Afghanistan bagi kaum wanita seolah-olah berhenti. Perlu diingat bahwa organisasi Taliban sendiri sebagian besar beranggotakan rakyat Afghanistan dari kelompok etnis Pashtun. Di bawah 26 Z.A. Maulani, Perang Afghanistan: Perang Menegakkan Hegemoni Amerika di Asia Tengah Jakarta: Dalancang Seta, 2002, h. 4-5. 27 pemerintahan Taliban, wanita direnggut dari hak asasinya sebagai manusia, antara lain hak untuk menyatakan pendapat, hak untuk memberikan dan mendapatkan pelayanan kesehatan, hak untuk bekerja, dan hak untuk dapat secara bebas berjalan di rumah. 27 Padahal, sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan, kaum perempuan Afghanistan menikmati kebebasan dalam menjalani hidup. Pada saat itu, sebagian besar perempuan Afghanistan bukan saja berpendidikan tinggi, tetapi juga merupakan 70 dari seluruh guru sekolah Afghanistan, setengah dari pejabat pemerintah, dan 40 dari seluruh dokter di Kabul. 28 Dari sisi kehidupan sehari-hari, perjalanan kehidupan rakyat Afghanistan sangat memprihatinkan. Perang yang berkepanjangan menyebabkan banyak terjadinya masalah sosial seperti: pengungsian, kelaparan, angka kematian yang tinggi terutama balita, banyaknya perempuan yang menjadi janda perang, serta pendidikan rakyat yang semakin tidak terurus. Anak-anak terbuka terhadap risiko trauma, terpisah dari keluarga, mengalami gangguan perekonomian, tidak memiliki negara, marjinalisasi sosial, serta tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal. Kenyataan ini didukung oleh data yang dikumpulkan oleh CIA, yaitu bahwa tingkat kematian bayi di Afghanistan adalah 163,07 kematian per 1.000 jiwa, usia harapan hidup rata-rata adalah 42,9 tahun, penyakit menular utama yang berisiko tinggi berupa diare, hepatitis A, typhus, malaria, rabies, dan tingkat buta huruf hanya 36 dari seluruh populasi. 29 27 Diakses pada 23 November 2007 dari http:www.Thesustainablevillage. compartnerswapha. html. 28 P. Bajpai dan S. Ram eds, encyclopedia of Afghanistan Vol. 6: US War on Terror in Afghanistan and Aftermath New Delhi: Anmol Publications PVT.LTD, 2002, h.127. 29 Diakses pada 23 November 2007 dari http:www.dur.ac.ukanthropologyprojects Afghan refugeesproject.html. 28 Sementara, dalam kehidupan politik, pergolakan selalu terjadi di Afghanistan. Kudeta pemerintahan telah terjadi sejak sejarah politik kontemporer Afghanistan dimulai pada 1919, hingga Afghanistan mengalami invasi eksternal oleh Uni Soviet. Pada 1979 pun perebutan kekuasaan politik terus berlangsung. Pada Desember 1979, pasukan Uni Soviet menginvasi Afghanistan berkaitan dengan perjanjian persahabatan 1978. Dewan Revolusi kemudian memilih Dr. Sayid Mohammed Najibullah sebagai Presiden Afghanistan pada September 1987. Setelah melakukan perundingan pada November 1991 dengan gerakan oposisi Afghanistan Mujahidin, pemerintah Uni Soviet setuju untuk mentransfer dukungannya dari rezim Najibullah ke rezim Islamic Interim Government atau pemeritahan Islam Interim. Ketika pasukan mujahidin mulai menguasai Kabul, Presiden Najibullah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden pada 16 April 1992. Setelah kepergian Presiden Najibullah, power di Afghanistan dipegang dan dikuasai penuh oleh dewan pemimpin yang beranggotakan 10 orang, dipimpin oleh Burhanuddin Rabbani yang dinobatkan menjadi presiden Interim Afghanistan pada 28 Juni 1992. Pada Desember 1992, pertemuan dewan yang terdiri dari 1.335 delegasi nasional mengikuti konvensi dan memilih kembali Burhanuddin Rabbani sebagai presiden Afghanistan. Mandat Presiden Rabbani seharusnya berakhir pada Juni 1994, namun ia tetap memegang jabatannya, sehingga kembali terpilih menjadi presiden Afghanistan secara resmi pada 30 Januari 1995. 29 Setahun berikutnya, Taliban telah berhasil mengendalikan dua pertiga Afghanistan, termasuk Kabul. Sejak saat itu, Afghanistan terpecah antara wilayah selatan yang dikuasai oleh kelompok fundamentalis Taliban dan wilayah utara yang dikuasai faksi yang lebih liberal. 30 Hanya tiga negara, yaitu Pakistan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab yang mengakui Taliban sebagai pemerintah sah Afghanistan. Pengakuan internasional sebagai pemerintahan yang sah merupakan salah satu agenda kebijakan luar negeri yang menjadi prioritas Taliban pada saat mereka berkuasa. Perlu dicatat bahwa kursi Afghanistan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB masih didelegasikan kepada perwakilan pemerintahan yang dijatuhkan oleh Taliban pada 1996, yang masih juga diakui dan dilayani oleh faksi United Islamic Front for the Salvation of Afghanistan UIFSA. UIFSA merupakan cikal bakal kelompok Aliansi Utara yang didirikan oleh Ahmad Shah Mashood. UIFSA merupakan koalisi anti-Taliban yang melibatkan pihak-pihak yang merupakan bagian dari rezim pemerintahan yang didukung oleh Uni Soviet, serta beberapa kelompok yang berbasis suku minoritas yang sangat menentang pemerintahan Taliban yang keras serta menentang prinsip untuk dipimpin oleh pemerintahan yang sangat didominasi oleh tokoh-tokoh dari kelompok etnis Pashtun, seperti Abdul Rashid Doshtum dari kelompok milisi Uzbek dan Ahmad Shah Mashood yang mendapatkan dukungan dari Tajikistan. Komponen kunci dari kekuatan ini adalah kelompok etnis Tajik yang mengendalikan lembah Panshjir yang sangat penting secara strategis. Taliban gagal mengusir mereka dari wilayahnya meskipun telah melakukan serangan- serangan hebat. Namun mereka telah berhasil memberikan pukulan hebat terhadap 30 Diakses pada 24 November 2007 dari http:www.tiscali.co.ukreferenceencyclopedia country facts afghanistan.html . 30 kelompok oposisinya dengan membunuh ketua militer Aliansi Utara yang menjadi tokoh kunci, yaitu Ahmad Shah Mashood, “Singa Lembah Panshjir”. Pasukan Aliansi Utara hanya menguasai lima persen dari total wilayah negara Afghanistan, namun pemerintahan Taliban yang keras telah membangkitkan rasa benci yang semakin berkembang, bahkan di antara rakyat Afghanistan yang pada awalnya menyambut baik pengambil-alihan mereka atas pemerintahan Afghanistan. 31

B. Kegagalan Pemerintahan Mujahidin: Lahirnya Taliban