Klasifikasi Preeklamsia Pencegahan Kejadian Preeklamsia
garam dalam makanan dikurangi, lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin, segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata kabur,
edema mendadak atau berat badan naik, pernapasan semakin sesak, nyeri pada epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerakan jani melemah-berkurang,
pengeluaran urine berkurang; 4 Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat. Petunjuk untuk segera memasukkan penderita kerumah sakit atau
merujuk penderita perlu memerhatikan hal berikut: Bila tekanan darah 14090 mmHg atau lebih, protein dalam urine 1 plus atau lebih, kenaikan berat badan 1,5 kg atau
lebih dalam seminggu, edema bertambah dengan mendadak, tardapat gejala dan keluhan subjektif.
Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita preeklamsia berat untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga
penderita mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya. Penderita diusahakan agar terisolasi sehingga tidak mendapat rangsanagn udara ataupun sinar, dipasang infus
glukosa 5, dilakukan pemeriksaan umum pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan perapasan, pemeriksaan kebidanan pemeriksaan leopold, denyut jantung janin,
pemeriksaan dalam evalusai pembukaan dan keadaan janin dalam rahim, pemasangan kateter, evaluasi keseimbangan cairan, pengobatan sedatif:
phenobarbita 3 x 100 mg, valium 3x 20 mg, menghindari kejang: magnesium sulfat dosis awal 8 g IM, dosis ikutan 4 g6 jam, obsevasi pernapasan tidak kurang 16
menit, refleks patela positif, urine tidak kurang dari 600 cc 24 jam, valium dosis awal 20 mg IV, dosis ikutan 20 mg drip 20 tetes menit; dosis maksimal 120 mg 24
jam, kombinasi pengobatan pethidine 50 mg IM, klorpromazin 50 mg IM, diazepam [valium] 20 mg IM, bila terjadi oligouria diberikan glukosa 40 IV untuk
menarik cairan dari jaringan, sehingga dapat merangsang diuresis.
Setelah keadaan preeklamsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan berdasarkan: kehamilan cukup bulan, mempertahankan kehamilan sampai
mendekati cukup bulan, kegagalan mengobati preeklamsia berat kehamilan diakhiri tanpa memandang umur, merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang
adekuat, mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutkan preeklamsia menjadi eklamsia. Dengan perawatan sementara dipolindes,
maka melakukan rujukan penderita merupakan sikap yang paling tepat. Manuaba, dkk, 2010.
Penanganan preeklamsia ringan dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang timbul yakni: 1 Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan,
dengan cara: ibu dianjurkan banyak istirahat berbaring tidurmiring, diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; pemberian sedativa ringan: tablet
phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg peroral selama 7 hari atas instruksi dokter; roborantia; kunjungan ulang setiap 1 minggu; pemeriksaan laboratorium:
hemoglobin, hemotokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal; 2 Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsia ringan berdasarkan
kriteria: setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsia; kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih
perminggu selama 2 kali berturut-turut 2 minggu; timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsia ringan dianggap sebagai preeklamsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sudah ada
perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan
perawatan rawat jalan.