Gizi pada Ibu Hamil

Tomy : Studi Banding Kadar Hemoglobin Dan Tinggi Fundus Uteri Maternal Terhadap Luaran Berat Badan..., 2008 USU e-Repository © 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gizi pada Ibu Hamil

Status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Bila status gizi ibu baik pada masa sebelum dan selama hamil maka akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan yang normal. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat bergantung pada keadaan gizi ibu. Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Hasil survey Depkes RI pada tahun 1996 menunjukkan bahwa 41 ibu hamil di Indonesia menderita gizi buruk, dengan 51 menderita anemia. Keadaan ini membuat kecenderungan ibu melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi, sehingga kebutuhan energi dan zat gizi lainnya akan meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi ini diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Ibu hamil pada dasarnya memerlukan tambahan pada semua zat gizi, namun yang sering kali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi. Tomy : Studi Banding Kadar Hemoglobin Dan Tinggi Fundus Uteri Maternal Terhadap Luaran Berat Badan..., 2008 USU e-Repository © 2008 Seorang ibu hamil memerlukan tambahan energi kira-kira 80.000 Kkal selama kehamilannya. Untuk memperoleh besaran energi per hari, seorang ibu hamil harus mendapatkan energi sekitar 300 Kkal sehari. WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III. Di negara maju seperti Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Patokan ini berlaku bagi ibu hamil yang tidak merubah kegiatan fisik selama kehamilan. Kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat, bahkan mencapai 68 dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gram yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan protein 12 gramhari selama kehamilan. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan akan zat besi. Selama kehamilan, seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998, seorang ibu hamil memerlukan tambahan zat besi rata-rata 20 mg perhari. Seorang ibu hamil yang menderita kekurangan gizi, secara umum asupan makro dan mikro nutriennya juga berkurang. Dalam proses hematopoesis, selain zat besi, juga diperlukan sejumlah Tomy : Studi Banding Kadar Hemoglobin Dan Tinggi Fundus Uteri Maternal Terhadap Luaran Berat Badan..., 2008 USU e-Repository © 2008 makro nutrien seperti protein dan sejumlah mikro nutrien lainnya, sehingga seorang yang menderita gizi kurang dapat dipastikan menderita anemia defisiensi gizi. Status gizi ibu hamil dapat diukur secara antropometripengukuran komposisi tubuh, antara lain dengan mengukur lingkar lengan atas, pengukuran pertambahan berat badan dengan pengukuran pertambahan tinggi fundus uteri ibu. Secara laboratorium status gizi ibu hamil dapat dinilai dengan pemeriksaan sederhana berupa hemoglobin darah. Bila kadar hemoglobin kurang dari 11 grdl maka ibu hamil tersebut menderita anemia. 1,2

2.2. Anemia dalam Kehamilan