Aitem-aitem yang maksudnya sukar dimengerti oleh pihak responden karena terlalu atau kalimatnya tidak benar secara tata bahasa, yang mendorong responden
untuk memilih jawaban tertentu saja, yang memancing reaksi negatif dari responden, yang mengandung muatan
social desirability
tinggi, dan yang memiliki cacat semacamnya dihasilkan dari proses penulisan aitem yang mengabaikan
kaidah-kaidah standar. Aitem-aitem seperti itu tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan.
4. Administrasi skala yang tidak berhati-hati
Skala yang isinya telah dirancang dengan baik dan aitem-aitemnya sudah ditulis dengan cara yang benar namun disajikan atau diadministrasikan pada responden
dengan sembarangan tidak dapat menghasilkan data yang tidak valid mengenai responden.
5. Pemberian skor yang tidak cermat
Sekalipun disediakan kunci skoring, kadang-kadang terjadi kesalahan dari pihak pemberi skor karena cara penggunaan kunci yang keliru atau karena salah dalam
penjumlahan skor. Pada beberapa skala yang menggunakan konversi skor, dapat terjadi kesalahan sewaktu mengubah skor mentah menjadi skor derivasi karena
salah lihat pada tabel konversi.
6. Interpretasi yang keliru
Penafsiran hasil ukur skala merupakan bagian dari proses diagnosis psikolog yang teramat penting. Bagaimana pun baiknya fungsi ukur skala apabila
diinterpretasikan secara tidak benar tentu akan sia-sia. Kesimpulan mengenai individu atau kelompok individu akan tidak tepat.
2.4 Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini
2.4.1 Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar anak merespons secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya
emosi-emosi ini Mashar, 2011
Universitas Sumatera Utara
Anak yang tidak diberi ruang untuk berkembang secara emosi dapat tumbuh menjadi pribadi yang sulit. Hal tersebut dapat terbawa terus hingga memasuki masa
dewasanya. Pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan fisik yang harmonis menjadi cikal bakal pribadi anak yang sehat. Sehingga saat mereka dewasa nanti mereka
menjadi pribadi yang dibutuhkan dalam masyarakat. Orang tua sangat berperan penting dalam mengontrol emosi anak mereka. Orang
tua dapat mengajari anak cara mengolah emosi dan membina hubungan sosial dengan orang lain, agar anak menjadi lebih mampu untuk mengatasi berbagai masalah yang
timbul selama proses perkembangannya menuju manusia dewasa. Dan dengan bekal ini pula, anak nantinya dapat mengatasi berbagai tantangan emosional dalam
kehidupan modern. Dalam bidang psikologi anak, para peneliti telah membuktikan bahwa
kesuksesan anak disekolah bergantung pada tingkat kecerdasan emosi yang dimilikinya. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi, mereka akan
terlihat bahagia, percaya diri, populer, dan lebih sukses di sekolahnya. Karena mereka mampu menguasai gejolak
emosi, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dapat mengelola stress, dan memiliki kesehatan mental yang baik.
Ciri – ciri anak yang memiliki kecerdasan emosi sebagai berikut Goleman,
1995: 1.
Mampu memotivasi diri sendiri. 2.
Mampu bertahan menghadapi frustasi. 3.
Lebih cakap untuk menjalankan jaringan informalnonverbal memiliki tiga variasi yaitu jaringan komunikasi, jaringan keahlian, dan jaringan kepercayaan.
4. Mampu mengendalikan dorongan lain.
5. Cukup luwes untuk menemukan caraalternatif agar sasaran tetap tercapai atau
untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit dijangkau. 6.
Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatu akan beres ketika menghadapi tahap sulit.
7. Memiliki empati yang tinggi.
8. Mempunyai keberanian untuk memecahkan tugas yang berat menjadi tugas kecil
yang mudah ditangani. 9.
Merasa cukup banyak akal untuk menemukan cara dalam meraih tujuan.
Universitas Sumatera Utara
Syamsu Yusuf dalam Nugraha dan Rachmawati, 2004 menjabarkan kelima aspek emosi ini dalam pemetaan yang sistematis berdasarkan aspekunsur dan ciri
– ciri kecerdasan emosi, yang ditunjukkan dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2 Aspek emosi dan karakteristik perilakunya Aspek
Karakteristik Perilaku 1. Kesadaran diri
a. Mengenal dan merasakan emosi diri sendiri
b. Memahami penyebab perasaan yang timbul
c. Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
2. Mengelola emosi
a. Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola
amanah secara baik b.
Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat c.
Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain
d. Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri,
sekolah dan keluarga e.
Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa stres
f. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam
pergaulan
3. Memanfaatkan emosi secara
produktif a.
Memiliki rasa tanggung jawab b.
Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan
c. Mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat implusif
4. Empati a.
Mampu menerima sudut pandang orang lain b.
Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain c.
Mampu mendengarkan orang lain
5. Membina hubungan
a. Memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
menganalisis hubungan dengan orang lain b.
Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain c.
Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain d.
Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan teman sebaya
e. Memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian terhadap
orang lain f.
Memerhatikan kepentingan sosial senang menolong orang lain dan dapat hidup selaras dengan kelompok
g. Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama
Universitas Sumatera Utara
h. Bersikap demokratis dalam bergaul dengan orang lain
Menurut W.T. Grant Consortium dalam Goleman, 1995, kecerdasan emosional meliputi mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan, mengungkapkan
perasaan, menilai intensitas perasaan, mengelola perasaan, menunda pemuasan, mengendalikan dorongan hati, mengurangi stress, dan mengetahui perbedaan antara
perasaan dan tindakan. Berdasarkan berbagai uraian tentang kecerdasan emosi, dapat dirangkum aspek
emosi yang mengacu pada pendapat Goleman dan Salovey-Mayer, dalam 5 ciri yaitu: 1.
Kemampuan mengenali emosi diri. 2.
Kemampuan mengelola dan mengekspresikan emosi. 3.
Kemampuan memotivasi diri. 4.
Kemampuan mengenali emosi orang lainempati. 5.
Kemampuan membina hubungan dengan orang lain.
Pemahaman mengenai karakteristik emosi anak akan sangat membatu orang tua dan pendidik dalam memberikan stimulasi atau rangsangan emosi yang tepat bagi
anak. Keterbatasan pemahaman emosi anak sering kali menimbulkan ketidaktepatan orang dewasa dalam merespons emosi anak. Kondisi ini dapat mengakibatkan
munculnya permasalahan baru dalam aspek emosi. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
aspek-aspek kecerdasan emosi anak meliputi kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati, membina hubungan. Untuk selanjutnya
di dalam penelitian ini kelima aspek tersebut dijadikan alat ukur untuk kecerdasan emosi anak.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Faktor
–
faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak
Kecerdasan emosional dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Goleman, 1995:
1. Faktor otak
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan walaupun individu mempunyai kecenderungan emosi ketika lahir,
tetapi rangkaian otak mereka tidak akan kaku pada tingkat tertentu, sehingga mereka dapat mempelajari keterampilan emosional dan sosial baru yang akan
menciptakan jalur – jalur baru seta pola biokimia yang lebih adaptif. Arsitektur
otak memberi tempat istimewa bagi
amigdala
sebagai penjaga emosi, penjaga yang mampu membajak otak.
Amigdala
berfungsi sebagai semacam gedung ingatan emosional. Demikian makna emosional itu sendiri hidup tanpa
amigdala
merupakan kehidupan tanpa makna pribadi sama sekali. 2.
Lingkungan keluarga Khusunya orang tua memegang peranan penting terhadap perkembangan
kecerdasan emosional anak. Lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak untuk mempelajari emosi. Dari keluargalah seorang anak mengenal emosi dan
yang paling utama adalah bagaimana cara orang tua mengasuh dan memperlakukan anak dan itu merupakan tahap awal yang diterima oleh anak dalam mengenal
kehidupan ini. 3.
Lingkungan sekolah Guru memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi anak melalui
teknik, gaya kepemimpinan dan metode mengajarnya sehingga kecerdasan emosi berkembang secara maksimal. Lingkungan sekolah mengajarkan anak sebagai
individu untuk mengembangkan keintelektual dan besosial dengan sebayanya, sehingga anak dapat berekspresi secara bebas tanpa terlalu banyak diatur dan
diawasi secara ketat. 4.
Lingkungan dan dukungan sosial Dukungan dapat berupa perhatian, penghargaan, pujian, nasihat atau penerimaan
masyarakat yang semua itu memberikan dukungan prakits bagi individu. Dukungan sosial diartikan sebagai hubungan interpersonal yang didalamnya satu atau lebih
bantuan dalam bentuk fisik atau instrumental, informasi dan pujian.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Stimulasi Kecerdasan Emosi
Pada umumnya perkembangan fisik dan kemampuan kognitif anak menjadi perhatian yang sangat besar bagi orang tua dan pendidik, sehingga perhatian terhadap
kecerdasan emosi anak menjadi kurang diperhatikan. Diperlukan keseriusan dalam mengasah kecerdasan emosi anak dan menempatkannya sebagai prioritas utama dalam
tugas pengasuhan. Dengan pola asuh yang tepat akan tercapai tujuan orang tua dan pendidik dalam membentuk kecerdasan emosi anak yang tinggi.
Pemberian rangsangan-rangsangan yang sesuai dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak, sehingga anak dapat mempelajari keterampilan-keterampilan emosi dan
sosial yang baru. Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua Mashar,2011, diantaranya:
1. Orang tua perlu memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini dilakukan,
jika perlu besedia bertindak dengan cara – cara yang berlawanan dengan kebiasaan
cara pengasuhan selama ini, seperti : a.
Tidak terlalu melindungi. b. Membiarkan anak mengalami kekecawaan.
c. Tidak terlalu cepat membantu.
d. Mendukung anak untuk mengatasi masalah. e.
Menunjukkan empati. f.
Menetapkan aturan-aturan tegas dan konsisten.
2. Memberi perhatian pada tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi.
3. Melatih anak untuk mengenali emosi dan mengelolanya dengan baik.
Kecerdasan emosi perlu diasah sejak dini, karena kecerdasan emosi merupakan salah satu poros keberhasilan individu dalam berbagai aspek kehidupan. Kemampuan
yang dimiliki anak dalam mengembangkan kecerdasan emosinya, mempunyai korelasi positif dengan keberhasilan akademis, sosial, dan kesehatan mentalnya. Anak yang
memiliki kecerdasan emosi tinggi identik dengan anak yang bahagia, bermotivasi tinggi, dan mampu bertahan dalam menjalani berbagai kondisi stres yang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga pemberian stimulasi kecerdasan emosi kepada anak merupakan peran penting yang harus dilakukan orang tua.
2.5 Teori Prakiraan