Teknik Pengukuran Skala Psikologi

3. Menggabungkan input yang sudah difuzzyfikasi dengan aturan fuzzy untuk memperoleh rule strength 4. Mencari consequence dari aturan dengan menggabungkan rule strength dengan output fungsi keanggotaan. 5. Menggabungkan consequence dengan metode max untuk memperoleh output distribution 6. Defuzzifikasi output distribution

2.3 Teknik Pengukuran Skala Psikologi

Teknik pengukuran skala psikologi terdiri dari karakteristik skala psikologi, tingkat pengukuran skala psikologi, skala likert, serta reliabilitas dan validitas pengukuran. 2.3.1 Karakteristik Skala Psikologi Skala psikologi digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian tertentu. Skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang dapat membedakannya dari berbagai alat pengumpulan data yang lain seperti angket questionnaire , daftar isian, inventori, dan lain-lainnya. Didalam percapakan sehari-hari istilah skala sering dikaitkan dengan istilah tes . Namun dalam pengembangan instrumen ukur, umumnya istilah tes digunakan untuk penyebutan alat ukur kemampuan kognitif sedangkan istilah skala lebih banyak dipakai untuk menamakan alat ukur aspek afektif. Berikut adalah karakteristik skala sebagi alat ukur psikologi Azwar, 2010: 1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. 2. Dikarenakan atribut psikologis diungkapkan secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu berisi banyak item. Jawaban subjek terhadap satu aitem baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua aitem telah direspon. Universitas Sumatera Utara 3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar dan salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula. 2.3.2 Tingkat Pengukuran Skala Psikologi Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan dalam penelitian. Konseptualisasi skala tersebut didasarkan pada tiga karakteristik sebagai berikut: 1. Urutan bilangan, yaitu sebuah bilangan lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan bilangan lain. 2. Urutan perbedaan antara bilangan, yaitu perbedaan antara sepasang bilangan bisa lebih besar, lebih kecil atau sama besar dengan perbedaan sepasang bilangan lainnya. 3. Titik awal yang unik yang menunjukkan bilangan 0. Tabel 2.1 menjelaskan kombinasi ketiga karakteristik tersebut yang mencakup urutan, perbedaan, titik awal, membentuk 4 klasifikasi skala pengukuran: Tabel 2.1 Karakteristik Skala No Tipe Skala Karakteristik Skala Operasi Empiris Dasar 1 Nominal Tidak ada urutan, atau titik awal Penentuan kesamaan 2 Ordinal Ada urutan tetapi tidak ada perbedaan dan titik awal Penentuan lebih besar atau lebih kecil 3 Interval Ada urutan dan perbedaan tetapi tidak ada titik awal Penentuan kesamaan interval atau perbedaan 4 Rasio Ada urutan, perbedaan, dan titik awal Penentuan kesamaan rasio 2.3.3 Skala Likert Dalam ilmu sosial, alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel sering tidak tersedia sehingga harus dirancang dan dikembangkan sendiri. Alat ukur harus bisa mebedakan satuan pengamatan sesuai dengan karakteristik yang diamati menggunakan teknik penskalaan tertentu. Dalam penelitian ini akan digunakan skala likert untuk mengukur EQ anak. Universitas Sumatera Utara Skala likert adalah metode pengukuran sikap yang banyak digunakan dalam penelitian sosial karena kesederhanaanya. Skala likert sangat bermanfaat untuk mebandingkan skor sikap seseorang dengan distribusi skala dari sekelompok orang lain, serta untuk melihat perkembangan atau perubahan sikap sebelum dan sesudah eksperimen atau kegiatan. Tahap-tahap perancangan skala liker adalah sebagai berikut: 1. Menentukan secara tegas sikap terhadap topik yang diukur. 2. Menentukan secara tegas dimensi yang menyusun sikap tersebut. Dimensi pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yang menurut likert terdiri dari dimensi kognitif tahu atau tidak tahu, afektif perasaan terhadap sesuatu, dan konatif kecenderungan untuk bertingkah laku. 3. Susun pernyataan-pernyataan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi yang menyusun sikap yang akan diukur sesuai dengan indikator. Banyaknya indikator biasanya antara 30-40 item untuk sebuah sikap tertentu. Item-item yang disusun tersebut harus terdiri dari item positif dan item negatif. AItem positif adalah pernyataan yang memberikan isyarat mendukung topik yang sedang diukur, sedangkan aitem negatif melawan topik yang sedang diukur. Item positif dan item negatif harus ditempatkan secara acak. 4. Setiap aitem diberi pilihan respon yang bersifat tertutup. Banyaknya pilihan respon biasanya 3,5,7,9 dan 11. 2.3.4 Reliabilitas dan Validitas Pengukuran Hasil pengukuran yang reliable apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Relatif sama dimaksudkan tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel. Universitas Sumatera Utara Konsep reliabilitas alat ukur dan hasil ukur memiliki perbedaan didalam penggunaannya. Konsep reliabilitas sebagai alat ukur berkaitan dengan masalah error pengukuran. Error yang terjadi pada pengukuran dilihat pada sejauhmana inkonsistensi hasil pengukuran bila dilakukan pengukuran berulang-ulang pada subjek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas sebagai hasil ukur berkaitan pada kesalahan dalam pengambilan sampel dan menyebabkan inkonsistensi hasil ukur jika pengukuran dilakukan secara berulang-ulang pada kelompok individu yang berbeda. Validitas dalam pengertiannya yang paling umum adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya. Validitas memiliki kaitan yang erat dengan tujuan ukur, sehingga setiap skala hanya dapat menghasilkan data yang valid untuk satu tujuan ukur pula. Validitas merupakan karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap skala. Untuk membuat perancangan skala yang valid, maka harus diperhatikan faktor – faktor yang dapat melemahkannya Azwar, 2010, diantaranya: 1. Identifikasi kawasan ukur yang tidak cukup jelas Untuk mengukur “sesuatu” maka sesuatu itu harus dikenali terlebih dahulu dengan baik. Apabila atribut psikologi sebagai tujuan ukur tidak diidentifikasikan dengan benar maka perancangan skala hanya memiliki gambaran yang kabur mengenai apa yang sebenarnya hendak diukurnya dan pada akhirnya aitem-aitem yang dihasilkan tidak mampu mengungkapkan respon yang diinginkan. 2. Operasionalisasi konsep yang tidak tepat Kejelasan konsep mengenai atribut yang hendak diukur memungkinkan perumusan indikator-indikator perilaku yang menunjukkan ada tidaknya atribut yang bersangkutan. Rumusan indikator perilaku berangkat dari operasional konsep teoritik mengenai komponen-komponen atau dimensi-dimensi atribut yang bersangkutan menjadi rumusan yang terukur. Apabila perumusan ini tidak cukup operasional, atau masih menimbulkan penafsiran ganda mengenai bentuk perilaku yang diinginkan, atau sama sekali tidak mencerminkan konsep yang diukur, maka akan melahirkan aitem-aitem yang tidak valid. 3. Penulisan aitem yang tidak mengikuti kaidah Universitas Sumatera Utara Aitem-aitem yang maksudnya sukar dimengerti oleh pihak responden karena terlalu atau kalimatnya tidak benar secara tata bahasa, yang mendorong responden untuk memilih jawaban tertentu saja, yang memancing reaksi negatif dari responden, yang mengandung muatan social desirability tinggi, dan yang memiliki cacat semacamnya dihasilkan dari proses penulisan aitem yang mengabaikan kaidah-kaidah standar. Aitem-aitem seperti itu tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan. 4. Administrasi skala yang tidak berhati-hati Skala yang isinya telah dirancang dengan baik dan aitem-aitemnya sudah ditulis dengan cara yang benar namun disajikan atau diadministrasikan pada responden dengan sembarangan tidak dapat menghasilkan data yang tidak valid mengenai responden. 5. Pemberian skor yang tidak cermat Sekalipun disediakan kunci skoring, kadang-kadang terjadi kesalahan dari pihak pemberi skor karena cara penggunaan kunci yang keliru atau karena salah dalam penjumlahan skor. Pada beberapa skala yang menggunakan konversi skor, dapat terjadi kesalahan sewaktu mengubah skor mentah menjadi skor derivasi karena salah lihat pada tabel konversi. 6. Interpretasi yang keliru Penafsiran hasil ukur skala merupakan bagian dari proses diagnosis psikolog yang teramat penting. Bagaimana pun baiknya fungsi ukur skala apabila diinterpretasikan secara tidak benar tentu akan sia-sia. Kesimpulan mengenai individu atau kelompok individu akan tidak tepat.

2.4 Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini