37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemberian ekstrak rimpang kencur dapat mempengaruhi parameter farmakokinetika natrium diklofenak yang ditandai dengan penurunan nilai
K
m
dan K
el
secara bermakna p 0,05, dan peningkatan nilai T
12eliminasi
. Penurunan nilai K
m
, K
el
dan peningkatan nilai T
12eliminasi
menunjukkan kemampuan ekstrak kencur sebagai penghambat enzim pemetabolisme di
hati.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menguji profil farmakokinetika data urin menggunakan alat yang lebih canggih seperti
KCKT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam menentukan kadar obat dalam urin sehingga hasil yang lebih akurat.
Universitas Sumatera Utara
38
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, M. 1993, Farmasetika 2 Biofarmasi. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 7-11, 39.
Dayong, S., Ying, W., Yi-Han, Z., Yingjie, G., Juan, W., Hu,i Z., Ze-Sheng, L., and paul, F., 2008. Mechanism OF CYP2C9 Inhibition by Flavonoid.
New Zealand; Changchun, China; Institute by Theoretical Chemistry, Jilin University, ang school of Pharmacy, University of Otago.
Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 300-304, 306.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 512.
Fansworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screenning of Plants. Journal of Pharmaceutical Science. 553: 257.
Goodman, L.S., dan Gilman, A. 2012. Dasar Farmakologi Terapi. Penerjemah: Widjajakusumah, Dewi Irawati, Minarma Siagian, Dangsina Moeloek, dan
Brahm U, Edisi XXVII, Jakarta: Penerbit ECGC. Hal. 485. Gunawan, G.S. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke V. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Hal. 232. Hakim, L. 2002. Farmakokinetik. Yogyakarta: Bursa Ilmu. Hal. 21-22.
Hussar, D.A. 1995. Drug Interactions. Pennsylvania: Mack Publishing
Company Easton. Hal. 1822-1836. Insel, P.A. 1996. Analgesic-Antipiretic and Antiinflammatory Agen and of
Drugs Employed In The Treatment of Gout. Dalam: Goodman and Gilman’s The Pharmalogical Basis of Therapeutics. Edisi ke IX. Diedit
Oleh: BerryMolinoff dan Raymond Ruddon. New York: Mc Graw-Hill Company. Hal. 617-635.
Katzung, B. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi ke VIII. Penerjemah: Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hal. 36.
Lazuardi, M. 2010. Biofarmasetik dan Farmakokinetik Klinik Medis Veteriner. Cetakan I. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal. 16-17.
Mycek, J.M., Harvey, R.A., Champe, P.C., dan Fisher, B.D. 1997. Lippincott’s Illustrated Review: Pharmacology. Philadelphia: Lippincott’s- Raven
Publisher. Hal. 156.
Universitas Sumatera Utara
39 Mutscler, E. 1985. Dinamika Obat. Edisi kelima. Penerjemah: Mathilda
Widianto. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 82-89. Neal, M.J. 2006. Farmakologi Medis. Edisi Kelima, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Hal. 70-71. Ritschel, W.A 2004. Handbook of Basic Pharmacokinetic. Edisi kedua.
Hamilton: Drug Intelligence Publication. Inc : Hal. 125-241. Sandhar, K.K. 2011. A Review of pytochemistry and pharmacology of
Flavanoids. Phagwara Punjab India: University Jalandhar Deli G-T Road. Hal. 28-30.
Santoso, H. 2013. Tumpas Penyakit Dengan 40 Daun dan 10 Akar Rimpang. Yogyakarta: Cahaya Jiwa. Hal. 265-267.
Sarker, S.D., Latif, Z., dan Gray, A.I, 2006. Natural Products Isolation. Edisi 2, New Jersey: Humana Press lnc. Hal. 5.
Shargel, L., dan Yu, A.B. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 63.
Sina, M. 2013. Khasiat Super Minuman Alami Tradisional “BERAS KENCUR DAN KUNYIT ASAM” Menyehatkan dan Menyegarkan Tubuh tanpa Efek
Samping. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia. Hal. 2-7.
Tan, H.T., dan Raharja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi ke V. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo. Hal. 295, 313.
Tobyn, G., Denham, A., dan Whitelegg, M. 2011. The Western Herbal Tradition. Chicago: Elsevier Ltd. Hal 36.
USP Pharmacopiea. 2007. The National Formulary. Edisi 30. The United States Pharmacopeial Convention. Hal. 541, 1765-1766.
Utami, P. 2013. Diet Aman dan Sehat Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia. Hal. 72- 73.
Winarto, W.P. 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal.
Jakarta: Karyasari Herba Media. Hal. 157-160.
Universitas Sumatera Utara
40
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 2. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak Sertifikat analisis Natrium diklofenak PT. Dexa Medika
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 3. Gambar Hasil Makroskopik
a. Rimpang kencur segar
b. Irisan melintang rimpang kencur
Rimpang Kencur Segar
Universitas Sumatera Utara
43 Simplisia Rimpang Kencur
c. Serbuk Simplisia Rimpang Kencur
Universitas Sumatera Utara
44
Lampiran 4. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Air Serbuk Simplisia Rimpang Kencur
Persen kadar air = Volume air ml Berat sampel g
x 100
- Berat sampel I = 5,010 g Volume penjenuhan toluen = 2,0 ml
Volume air I = 2,3 ml Persen kadar air I = 2,3 – 2,0
5,011 x 100 = 5,9868
- Berat sampel II = 5,004 g Volume air I = 2,3 ml
Volume air II = 2,6 ml Persen kadar air II = 2,6 – 2,3
5,007 x 100 = 5,9916
- Berat sampel III = 5,007 g Volume air II = 2,6 ml
Volume air III = 2,9 ml Persen kadar air III = 2,9 – 2,6
5,005 x 100 = 5,9940
Persen rata-rata kadar air serbuk simplisia =
3 5,986 + 5,991 + 5,994
= 5,990
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 5. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air Serbuk Simplisia Rimpang Kencur
Berat Cawan Berat Cawan + Sari
Berat Sampel K1 = 26,592
26,751 5,014
K2 = 45,100 45,260
5,003 K3 = 43,067
43,227 5,007
Persen kadar sari larut air = berat sari g x 100
berat sampelg 20 x 100
1.Persen kadar sari larut dalam air I = 26,751 – 26,592 x 100
5,014 20 x 100
= 15,8 2.Persen kadar sari larut dalam air II = 45,260 – 45,100 x 100
5,003 20 x 100
=15,9 3.Persen kadar sari larut dalam air III = 43,227 – 43,067 x 100
5,007 20 x 100
= 15,9 Persen rata-rata kadar sari larut air = 1
3 5,8 + 15,9 + 15,9
= 15,8
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 6. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol Serbuk Simplisia Rimpang Kencur
Beratcawan g Beratcawan + sari g
Beratsampel g K1 = 47,819
47,889 5,011
K2 = 43,241 43,313
5,005 K3 = 45,137
43,209 5,004
Persen kadar sari larut etanol = berat sari g x 100
berat sampelg 20 x 100
1.Persen kadar sari larut dalam etanol = 47,889 – 47,819 x 100 5,011 20
x 100
= 6,9 2.Persen kadar sari larut dalam etanol= 43,313 -43,241 x 100
5,00520 20 x 100
= 7,1 3.Persen kadar sari larut dalam etanol= 43,209 – 43,137 x 100
5,00420 20 x 100
= 7,1 Persen rata-rata kadar sari larut etanol =
3 6,9 + 7,1 + 7,11
= 7,03
Universitas Sumatera Utara
47
Lampiran 7. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Total Serbuk Simplisia Rimpang Kencur
Persen kadar abu total = berat abu g
berat sampelg x 100
I. a.berat kurs porselin setelah dipijar 1 = 27,511 g b.berat kurs porselin setelah dipijar 2 = 24,505 g
c.berat kurs porselin setelah dipijar 3 = 27,515 g II. a.berat sampel1 = 2,005 g
b.berat sampel2 = 2,003 g c.berat sampel3 = 2,001 g
III.a.berat kurs porselin + sampel 1 setelah dipijar 1 = 27,653 b.berat kurs porselin + sampel 2 setelah dipijar 2 = 24,644
c.berat kurs porselin + sampel 3 setelah dipijar 3 = 27,661 - berat simplisia = 2,005 g
berat abu = 0,142 g persen kadar abu total I
= 0,142 2,005
x 100
= 7,082
Universitas Sumatera Utara
48 - berat simplisia
= 2,003 g berat abu
= 0,139 g persen kadar abu total II
= 0,139 2,003
x 100
= 6,939 - berat simplisia
= 2,001 g berat sampel
= 0,139 g persen kadar abu total III
= 0,139 2,001
x 100
= 6,946
Persen rata-rata kadar abu total =
3 7,082 + 6,939 + 6,946
= 6,989
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 8. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam Serbuk Simplisia Rimpang Kencur
Persen kadar abu tidak larut asam = berat sari g berat sampelg
x 100
1. a.berat kurs porselin setelah dipijar I = 27,511 g
b.berat kurs porselin setelah dipijar II = 24,505 g c.berat kurs porselin setelah dipijar III = 27,515 g
2. a.berat sampel I = 2,005 g
b.berat sampel II = 2,003 g c.berat sampel III = 2,001 g
3. a.berat kurs porselen + sampel setelah dipijar I = 27,540 g
b.berat kurs porselin + sampel setelah dipijar II = 24,532 g c.berat kurs porselin + sampel setelah dipijar III = 27,541 g
- berat abu I = 0,029 g berat sampel
= 2,005 g persen kadar abu tidak larut asam I
= 0,029 2,005
x 100
= 1.446 - berat abu II
= 0,027 gr berat sampel
= 2,003 gr persen kadar abu tidak larut asam II
= 0,027 2,003
x 100 = 1,347 - berat abu III
= 0,026 g berat sampel
= 2,001 g
Universitas Sumatera Utara
50 persen kadar abu tidak larut asam III = 0,026
2,001 x 100
= 1,299 persen rata-rata kadar abu tidak larut asam =
3 1,446 + 1,347 + 1,299
= 1,364
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 9. Tabel Konversi Dosis Hewan dengan Manusia
Konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia Laurence and Bacharach, 1964.
Mencit 20 g
Tikus 200 g
Marmut 400 g
Kelinci 1,2 kg
Kera 4 kg
Anjing 12 kg
Manusia 70 kg
Mencit 20g
1,0 7,0
12,25 27,8
64,1 124,2
387,9 Tikus
200g 0,14
1,0 1,74
3,9 9,2
17,8 56,0
Marmut 400 g
0,08 0,57
1,0 2,25
5,2 10,2
31,5 Kelinci
1,2 kg 0,04
0,25 0,44
1,0 2,4
4,5 14,2
Kera 4 kg
0,016 0,11
0,19 0,42
1,0 1,9
6,1 Anjing
12 kg 0,008
0,06 0,10
0,22 0,52
1,0 3,1
Manusia 70 kg
0,0026 0,018
0,031 0,07
0,16 0,32
1,0
Universitas Sumatera Utara
52
Lampiran 10 . Bagan Perlakuan Pada Hewan Percobaan dengan Pemberian Natrium Diklofenak Tanpa EERK
Dipuasakan minimal 8 jam sebelum percobaan Ditimbang
Diberikan natrium diklofenak dengan dosis yang telah dikonversikan terhadap dosis lazim 25 mg secara oral
Diambil urinnya dengan interval waktu 6; 12; 18; 24; 30 jam setelah pemberian
natrium diklofenak
Ditambahkan TCA 20 sebanyak 1 ml Dihomogenkan dengan vortex
Disentrifuge pada 3000 rpm selama 10 menit
Diambil supernatan dan diukur dengan alat spektrofotometri pada panjang gelo
bang 276 nm Tikus
Cuplikan urin
Hasil
Universitas Sumatera Utara
53
Lampiran 11. Bagan Perlakuan Pada Hewan Percobaan Dengan Pemberian Natrium Diklofenak Dengan EERK
Ditimbang Diberikan EERK dosis 20; 40; 80 mgkg
BB selama 7 hari berturut-turut Pada hari ke tujuh, 4 jam setelah pemberian EERK diberikan natrium diklofenak
dengan dosis yang telah dikonversikan terhadap dosis lazim 25 mg secara oral Diambil urinnya dengan interval waktu 6; 12; 18; 24; 30 jam setelah pemberian
natrium diklofenak
Ditambahkan TCA 20 sebanyak 1 ml Dihomogenkan dengan vortex
Disentrifuge pada 3000 rpm selama 10 menit
Diambil supernatan dan diukur dengan alat spektrofotometri pada panjang gelo
bang 276 nm Tikus
Cuplikan urin
Hasil
Universitas Sumatera Utara
54
Lampiran 12. Contoh Perhitungan Dosis
1. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Rimpang Kencur
• Dosis suspensi ekstrak etanol rimpang kencur: 20 mgkgbb, 40 mgkgbb,
dan 80 mgkgbb •
Cara pembuatan suspensi ekstrak rimpang kencur 1 Konsentrasi suspensi ekstrak 1
= 1 g100 ml =1000 mg100 ml = 10 mg ml
Ditimbang 250 mg ekstrak etanol rimpang kencur, dilarutkan sedikit demi sedikit suspensi CMC 1 kemudian homogenkan. Dituang kedalam labu tentukur 25 ml
ditambahkan CMC 1 sampai tanda batas. a.
Dosis = 20 mgkgbb
berat badan tikus = 247 g
=
20 mg 1000 g
× 247 g = 4,94 mg volume ekstrak yang di suntikkan:
=
4,94 mg 10 mg ml
= 0,5 ml
b. Dosis
= 40 mgkgbb berat badan tikus
= 227 g =
40 mg 1000 g
× 227 g = 9,108 mg Volume ekstrak yang di suntikkan:
=
9,108 mg 10 mg ml
= 0,9 ml c.
Dosis = 80 mgkgbb
Universitas Sumatera Utara
55 berat badan tikus
= 183,5 g =
80 mg 1000 g
× 183,5g = 14,680 mg volume ekstrak yang di suntikkan:
=
14,680 mg 10 mg ml
= 15 ml
2. Dosis natrium diklofenak tanpa pemberian ekstrak etanol rimpang kencur
dosis lazim = 25 mg
berat hewan = 246,6 g
konversi pada hewan tikus = 0,018
dosis konversi = 25 ×0,018 = 0,45 mg
dosis dari perkiraan berat per kg bb =
1000 �
200 �
�0,45 �� = 2,25 mgkg bb
dosis =
246,6 �
1000 �
�2,25 �� = 0,55 mg
volume dosis yang diberikan =
0,55 �
0,5 ��
� 1�� = 1,1 ml
Universitas Sumatera Utara
56
Lampiran 13. Panjang Gelombang Natrium Diklofenak
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 13 lanjutan. Kuva Baku Natrium Diklofenak
Universitas Sumatera Utara
58
Lanjutan Lampiran 13.
C μgml X
Absorbansi Y
XY X
2
Y
2
4,0000 0,145
0,58 16
0,0210 6,0000
0,240 1,44
36 0,0576
8,0000 0,300
2,4 64
0,09 12,0000
0,445 5,34
144 0,1980
14,0000 0,520
7,28 196
0,2704 16,0000
0,599 9,584
256 0,3588
18,0000 0,712
12,816 324
0,5069 ΣX = 78
ΣY = 2,961 ΣXY = 39,44
ΣX
2
= 1036 ΣY
2
=1,5027 X = 11,143
Y =0,423
a =
ΣXY− Σ�Σ��
ΣX
2
− ΣX
2
n
=
39,44 −782,9617
1036 −78
2
7
= 0,0384 Y = a X + b
b = Y – a X =
11,143 x 0,0387 + 0,423
= -0,0082 Persamaan regresi : Y = 0,0387-0,0082
Universitas Sumatera Utara
59
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Parameter Farmakokinetik Urin Kumulatif 14.1 Tanpa pemberian ekstrak kencur
Tikus 1 t
jam Cu
mcgml V
ml Ae
i
mcg Ae mcg
t
mid
jam 0-6
5,5960 0,8
4,4768 4,4768
6 6-12
7,7684 1,9
14,7599 19,2367
12 12-18
9,4060 0,6
5,6436 24,8803
18 18-24
2,5376 1
2,5376 27,4161
24 24-30
2,0109 2
4,0218 31,4379
Tikus 2 t
jam Cu
mcgml V
ml Ae
i
mcg Ae mcg
t
mid
jam 0-6
15,1488 0,6
9,0892 9,0892
6 6-12
8,3490 2,5
20,8725 29,9617
12 12-18
7,1640 0,5
3,582 33,5437
18 18-24
10,8886 0,5
5,4443 38,988
24 24-30
8,8041 0,4
3,5216 42,5096
Tikus 3 t
jam Cu
mcgml V
ml Ae
i
mcg Ae mcg
t
mid
jam
0-6
7,5085 0,9
6,7576 6,7576
6
6-12
9,1729 1,7
15,5939 22,3515
12
12-18
11,4022 0,6
6,8413 29,1928
18
18-24
4,8088 1
4,8088 34,0016
24
24-30
4,0129 1
4,0129 38,0145
Tikus 4 t
jam Cu
mcgml V
ml Ae
i
mcg Ae mcg
t
mid
jam 0-6
6,4858 1,5
9,7287 9,7287
6 6-12
4,2623 1,7
7,2459 16,9746
12 12-14
10,6015 1,7
18,0225 34,9971
18 14-24
5,6563 0,8
4,5250 39,5221
24 24-30
5,2330 0,9
4,7097 44,2318
Tikus 5
Universitas Sumatera Utara
60 t
jam Cu
mcgml V
ml Ae
i
mcg Ae mcg
t
mid
jam
0-6
6,5940 0,
5,2752 5,2752
6
6-12
8,1679 1,9
15,5190 20,7942
12
12-14
10,3023 0,6
6,1813 26,9755
18
14-24
3,8992 1
3,8992 30,8747
24
24-30
3,0568 1
3,0568 33,9315
14.2 Dengan pemberian ekstrak kencur dosis 20 mgkgbb