32 Hasil penyarian 350 g serbuk simplisia rimpang dengan pelarut etanol
96 diperoleh ekstrak kental yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer
diperoleh 56,87 g ekstrak rendemen 16,24.
4.3 Analisis Parameter Farmakokinetik
Penentuan kadar natrium diklofenak dilakukan dengan menggunakan urin tikus. Hasil pengukuran kadar untuk perlakuan pemberian natrium diklofenak
tanpa EERK dan perlakuan pemberian natrium diklofenak dengan EERK dosis 20, 40, 80 mgkg bb selama 7 hari berturut-turut.
Tabel 4.3 Penentuan parameter farmakokinetika data ekskresi urin kumulatif.
Parameter Perlakuan
Kesimpulan A
B C
D K
el
jam 0,1121
± 0,0055
0,1029 ±
0,0185 0,0891
± 0,0109
0,0821 ±
0,0232 0,05
K
m
jam
-1
0,1035 ±
0,0060 0,0960
± 0,0179
0,0814 ±
0,0112 0,0696
± 0,0183
0,05
T
12
jam 6,18
± 0,3049
6,91 ±
1,2652 7,86
± 0,9338
9,1461 ±
3,2284 0,05
Keterangan: A : Tanpa pemberian ekstrak rimpang kencur
B : Dengan pemberian ekstrak rimpang kencur 20 mgkg bb C : Dengan pemberian ekstrak rimpang kencur 40 mgkg bb
D : Dengan pemberian ekstrak rimpang kencur 80 mgkg bb = Kesimpulan hasil uji statistika, beda antara empat rata-rata
P 0,05 artinya bermakna P 0,05 artinya tidak bermakna
Universitas Sumatera Utara
33 Dari tabel 4.3 dapat dilihat penurunan nilai laju eliminasi Natrium
diklofenak K
el
pada perlakuan tanpa pemberian EERK yaitu 0,1121 ± 0,0055 dan untuk perlakuan dengan pemberian EERK 20; 40; 80 mgkg bb selama 7 hari
berturut-turut yaitu nilai 0,1029 ± 0,0185; 0,0891 ± 0,0109 dan 0,0821 ± 0,0232. Penurunan nilai K
el
ini cukup bermakna p 0,05, dengan menurunnya nilai K
el
menunjukkan bahwa kecepatan eliminasi natrium diklofenak menurun sesuai dengan peningkatan dosis. Dengan kata lain EERK memperpanjang masa kerja
natrium diklofenak sehingga proses peniadaannya dalam tubuh juga berlangsung lama.
Gambar 4.2 Penurunan nilai K
el
jam
-1
terhadap rata-rata tiap perlakuan
Penurunan nilai laju eliminasi Natrium diklofenak K
el
juga diikuti dengan penurunan laju metabolisme Natrium diklofenak K
m
yaitu untuk perlakuan tanpa pemberian EERK 0,1035 ± 0,0060 dan untuk perlakuan dengan
pemberian EERK 20; 40; 80 mgkg bb selama 7 hari berturut-turut yaitu 0,0960 ± 0,0197; 0,0814 ± 0,0112 dan 0,0696 ± 0,0183. Penurunan nilai K
m
ini cukup bermakna p 0,05.
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
K
e l
j a
m
-1
Perlakuan
Tanpa EERK Dengan EERK 20 mgkgbb
Dengan EERK 40 mgkgbb Dengan EERK 80 mgkgbb
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 4.3 Penurunan nilai K
m
jam
-1
terhadap rata-rata tiap perlakuan
Penurunan nilai laju eliminasi Natrium diklofenak K
el
, diikuti dengan peningkatan Untuk waktu paruh tanpa pemberian EERK 6,18 ± 0,30 dan untuk
perlakuan dengan pemberian EERK 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut- turut yaitu 6,91 ± 1,26; 7,86 ± 0,93 dan 9,14 ± 3,22.
Gambar 4.4 Peningkatan nilai T
12eliminasi
jam terhadap rata-rata tiap perlakuan
Penurunan nilai laju metabolism K
m
, laju eliminasi K
el
dan peningkatan nilai waktu paruh T
12eliminasi
menggambarkan tentang penghambatan enzim pemetabolisme yang terjadi di hati. Penurunan yang cukup nyata terlihat pada
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
K
m
j a
m
-1
Perlakuan
Tanpa EERK Dengan EERK 20 mgkgbb
Dengan EERK 40 mgkgbb Dengan EERK 80 mgkgbb
2 4
6 8
10
T
1 2
e li
m in
a si
j a
m
Perlakuan
Tanpa EERK Dengan EERK 20 mgkgbb
Dengan EERK 40 mgkgbb Dengan eerk 80 mgkgbb
Universitas Sumatera Utara
35 penurunan nilai laju metabolisme K
m
perlakuan tanpa pemberian EERK 0,1035 ± 0,0060 dan untuk perlakuan dengan pemberian EERK 20; 40; 80 mgkg bb
selama 7 hari berturut-turut yaitu 0,0960 ± 0,0197; 0,0814 ± 0,0112 dan 0,0696 ± 0,0183. Penurunan nilai K
m
ini cukup bermakna p 0,05. menurunnya nilai
K
m
menunjukkan kemampuan memetabolisme nya menurun, hal ini menggambarkan tentang penghambatan enzim pemetabolisme dihati, sehingga
obat bebas akan berada lebih lama di dalam tubuh dan dalam jumlah yang tinggi Shargel, 1988. Untuk nilai laju eliminasi natrium diklofenak K
el
juga mengalami penurunan yaitu pada pada perlakuan tanpa pemberian EERK yaitu
0,1121 ± 0,0055 dan untuk perlakuan dengan pemberian EERK 20; 40; 80 mgkg bb selama 7 hari berturut-turut yaitu nilai 0,1029 ± 0,0185; 0,0891 ± 0,0109 dan
0,0821 ± 0,0232. Penurunan nilai K
el
ini cukup bermakna p 0,05. Dengan penurunan nilai laju eliminasi K
el
tentunya nilai waktu paruh T
12eliminasi
mengalami peningkatan yaitu dengan tanpa pemberian EERK 6,18 ± 0,30 dan untuk perlakuan dengan pemberian EERK 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari
berturut-turut yaitu 6,91 ± 1,26; 7,86 ± 0,93 dan 9,14 ± 3,22. Dengan meningkat nilai waktu paruh T
12eliminasi
maka obat dalam tubuh bertahan lama sehingga jumlah obat dalam tubuh makin banyak.
Penelitian lain menunjukkan bahwa flavonoid terbukti dapat menghambat metabolisme obat lain Dayong, et al., 2008. Flavonoid berperan dalam
penghambat enzyme CYP 450 dimana enzyme CYP 450 adalah salah satu enzyme pemetabolisme utama yang mempengaruhi penghambatan obat Jiawang, et al.,
2013, enzym CYP 450 tersebut teroksidasi dengan adanya flavonoid yang
Universitas Sumatera Utara
36 terkandung dalam ekstrak rimpang kencur yang dapat membuat laju metabolisme
menjadi menurun. Senyawa CYP 450 memberikan kontribusi paling luas untuk biotranformasi menjadi metabolit yang lebih polar dan mudah untuk dieksresikan
Jiawang, et al., 2013. Secara teoritis hasil dari penelitian parameter farmokinetika dengan
menggunakan data urin harus sesuai dengan data darah, karena pada akhirnya obat yang berada di dalam darah akan terkumpul ke dalam ginjal dan obat serta
metabolitnya dikeluarkan melalui organ ini di dalam urin. Oleh sebab itu, data urin merupakan representasi data farmakokinetik obat dalam darah Hakim,
2002.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN