Konsep TB Paru PENGELOLAAN KASUS

8 olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat yang diresepkan yang tidak sesuai dan merokok. d Lansia, sistem pernafasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi katup jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga. Oestoporosis menyebabkan perubahan ukuran dan bentuk toraks.

2.2 Konsep TB Paru

TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini masuk melalui saluran nafas, saluran pencernaan dan lukaan terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman- kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. TB paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, kuman ini bersifat tahan asam dapat merupakan organisme pathogen maupun saprofit Price, 1995. Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab dari TB paru, kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru-paru. Kuman ini sejenis berbentuk batang dengan ukuran panjang 1- 4 μm dan tebal 0,3-0,6 μm , mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam BTA. Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman tertidur lama selama beberapa tahun Aditama, 2002. Faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium tuberkulosis dapat terjadi oleh faktor Umur, faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan kebiasaan merokok. Infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75 penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34 pada laki-laki dan 28,9 pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7. TB 9 paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki- laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya Achmadi, 2000. Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru. Merokok juga diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru Achmadi, 2005. Gejala klinis TB paru ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu : 1. Gejala Sistemik a Demam Gejala pertama TB paru, demam ini biasanya terjadi pada sore hari dan malam hari dengan suhu 40 C-41 C b Malaise Rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, lelah, dan siklus haid bisa terganggu. 2. Gejala respiratorik Batuk disertai sputum lebih dari 3 minggu, sesak nafas, nyeri dada dan terkadang batuk darah.Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang menderita TB paru adalah kultur sputum, ziehl nelsheen, test kulit mantoux test, foto thorax dan pemeriksaan fungsi paru.Adapun pengobatan yang harus dilakukan yaitu bisa melalui pendidikan kesehatan dan 10 terapi obat-obatan, adapun cara melalui pendidikan kesehatan dengan isolasi penderita untuk mencegah penyebaran infeksi, memakan obat dengan teratur, meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG pada anak, memperbaiki standart hidup dengan cara mengonsumsi makanan sehat, perumahan dengan ventilasi yang baik, istirahat dan tidur yang cukup Potter Perry, 2010. Awalnya pengobatan jangka panjang 1,5-2 tahun, suntikan streptomsysin INH dan etambutol. Saat ini pengobatan jangka pendek 6 bulan, dengan penggunaan OAT mengandung rifamfisin, pirazinamid, sebagai panduan terapi awal : INH. Efektivitas tergantung pada panduan obat, jalan obat dan lamanya dan kriteria keberhasilan pengobatan : konversi BTA - setelah 2 bulan pengobatan Depkes, 2005. Tabel obat TB paru Nama obat Dosis obat perhari Dosis maksimal perhari Rifamfisin 10-20 mgkg BB 450 mg INH isoniazid 10 mgkg BB 300 mg Pirazinamide 30-35 mgkg BB 1500 mg Streptomisin 20-30 mgkg BB 750 mg Etambutol 15-20 gkg BB 800 mg

2.3 Strategi DOTS