5
BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Oksigenasi pada Klien TB Paru di Komunitas
1. Konsep dasar oksigenasi
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel
dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernafas. Di atmosfer gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida CO
2
, nitrogen N
2
, dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium. Pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem
pernafasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem hematologi Asmadi, 2008. Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian
oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan bagian bawah
seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier, terminal bronkiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli.Proses bernafas merupakan
proses yang kompleks dan tergantung pada perubahan volume yang terjadi pada rongga toraks dan perubahan tekanan. Adanya perbedaan tekanan yang
terjadi mengakibatkan perubahan rongga toraks menjadi lebih besar atau mengecil.Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli di bawah tekanan atmosfer.
Otot yang paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, ketika diafragma berkontraksi bentuknya menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi
abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran organ toraks dan paru-paru.Selama pernafasan biasa, ekspirasi merupakan proses
pasif, tidak ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot ekspirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi
volume paru. Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer Santa, 2009.
6
Relaksasi diafragma dan otot intcrosta eksterna mengakibatkan recoil elastis dinding dada dan paru sehingga terjadi peningkatan tekanan alveolus
dan menurunkan volume paru. Dengan demikian, udara bergerak dari paru- paru ke atmosfer.Sistem kardiovaskuler juga berperan dalam proses
oksigenasi ke jaringan tubuh, yaitu berperan dalam transfortasi oksigen. Oksigen ditransportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Aliran darah
yang adekuat dapat terjadi apabila fungsi jantung normal, dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya
fungsi jantung. Fungsi jantung yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan perubahan tekanan darah.Sel darah yang sangat
berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Setelah didifusi dari
kapiler pulmonal, oksigen dibawa ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi sistemik. Setiap 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveolus membawa
20 ml oksigen. Molekul oksigen dibawa dalam darah melalui 2 jalur yaitu melalui ikatan dengan hemoglobin sekitar 97 dan larut melalui plasma
sekitar 3.Setiap sel darah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin, sehingga kemampuan sel darah untuk membawa oksigen sangat besar.
Persentase hemoglobin yang mengandung oksigen disebut saturasi hemoglobin. Jika semua molekul Hb dapat mengikat oksigen maka
saturasinya menjadi 100. Jika rata-rata setiap Hb membawa 2 molekul oksigen, maka saturasinya menjadi 50. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen di antaranya tekanan parsial oksigen dalam darah, Ph darah, temperatur dan aktifitas metabolism
dalam sel darah merah Potter Perry, 2010. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Asmadi,
2008 :
a Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke
kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respons demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan
7
oksigen meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga
menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen b
Latihan fisik Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi
c Emosi
Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat
d Gaya hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh
darah arteri e
Status kesehatan Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun
penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
Faktor-faktor perkembangan dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi jaringan yaitu Potter Perry, 2010.
a Bayi dan anak-anak beresiko terkena infeksi saluran nafas atas karena
sering terpapar asap rokok. Infeksi saluran nafas atas biasanya tidak berbahaya dan bayi atau anak-anak, dan dapat sembuh tanpa mengalami
kesulitan. b
Anak-anak usia sekolah dan remaja usia terpapar infeksi pernafasan dan fakto-faktor risiko pernapasan seperti asap rokok dan merokok. Individu
yang mulai merokok sejak remaja dan terus merokok sampai usia pertengahan memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit
kardiopulmonal dan kanker paru. c
Dewasa muda dan dewasa pertengahan merupakan faktor risiko kardiopulmonal multiple, antara lain diet yang tidak sehat, kurang
8
olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat yang diresepkan yang tidak sesuai dan merokok.
d Lansia, sistem pernafasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang
proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi katup jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga. Oestoporosis menyebabkan perubahan
ukuran dan bentuk toraks.
2.2 Konsep TB Paru