69
E. Kedudukan Kreditur Bank Penerima Fidusia dalam Hal
Mengembalikan Piutang
Perjanjian piutang sebagaimana diatur dalam KUHPerdata kewajiban kreditur tidak banyak diatur, pada pokoknya kreditur wajib menyerahkan uang
yang dipinjamkan kepada debitur setelah terjadinya perjanjian.
189
Kreditur dalam memberikan pinjaman uang kepada debitur, tentu langsung begitu saja bersedia
memenuhi permintaan debitur, sebelum memberikan kreditur pasti mempertimbangkan lebih dahulu tentang beberapa hal dapat tidaknya permintaan
itu dikabulkan. Dari segi macam-macam kreditur, yang dapat memberikan utang digolongkan menjadi dua macam, yaitu perorangan dan perusahaanbank. Utang
piutang antar perorangan sifatnya adalah urusan pribadi, karena siapa saja orangnya dapat memberikan utang kepada orang lain. Berbeda dengan bank,
sebuah lembaga yang bentuknya sebagai perusahaan yang salah satu fungsinya memberikan kredit kepada nasabahnya, yang diatur dalam Undang-undang No.7
Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998.
190
Hak-hak yang dimiliki kreditur Bank untuk memperoleh kembali haknya yang berupa pengembalian hutang dari debitur harus disalurkan melalui prosedur
hokum yang berlaku dengan meminta perlindungan hukum dari pengadilan.
191
Dalam penyebutan pihak yang berutang atau yang memberi utang dalam bidang perbankan dikenal istilah Kreditur.
192
189
Gatot Supramono, Op.Cit, hal. 30.
190
Gatot Supramono, Op.Cit, hal. 12.
191
Sutarno, Op.Cit, hal. 299.
Pada dasarnya kedudukan para
192
http:www.hukumonline.comklinikdetailcl1328debitur-kreditur-ataukah-debitor- kreditor.html, diakses tanggal 10 Mei 2015.
70 kreditur adalah sama dan karenanya mereka mempunyai hak yang sama atas hasil
eksekusi pailit sesuai besarnya tagihan mereka masing-masing pari passu pro rata parte.
193
Kreditur pemegang hak jaminan yaitu kreditur preferen, sebagai kreditur pemegang hak jaminan yang memiliki hak preferen dan kedudukannya
sebagai kreditur separatis. Perbedaan antara hak dan kedudukan kreditur yang piutangnya dijamin atas hak kebendaan, yang haknya disebut preferen karena ia
digolongkan oleh undang-undang sebagai kreditur yang diistimewakan pembayarannya, sedangkan kedudukannya adalah sebagai kreditur separatis
karena dia memiliki hak yang terpisah dari kreditur preferen lainnya, yaitu piutangnya dijamin dengan hak kebendaan.
194
Dalam hukum Perdata umum pembedaan kreditur hanya dibedakan dari kreditur preferen dan kreditur konkuren. Kreditur preferen dalam hukum perdata
umum dapat mencakup kreditur yang memiliki hak jaminan kebendaan dan kreditur yang menurut undang-undang harus didahulukan pembayaran
piutangnya. Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran. Kreditur mempunyai hak untuk menerima pembayaran piutangnya.
195
Kedudukan kreditur hanya sebagai kreditur konkuren, yang mana tidak memberikan keistimewaan bagi kedudukan seorang kreditur, sebab dalam hak
relatif berlaku atas kesamaan, maksudnya bank selaku kreditur mempunyai posisi yang sederajat dengan kreditur konkuren lainnya.
Kalau diantara para kreditur ada yang menghendaki kedudukan yang lebih, lebih dari sesama kreditur
konkuren, maka kreditur dapat memperjanjikan hak jaminan, baik hak jaminan
193
Ivida Dewi Amrih Suci dan Herowati Poesoko. Hak Kreditor Separatis dalam Mengeksekusi Benda Jaminan Debitur Pailit Yogyakarta : LaksBang PRESSindo, 2009, hal. 97.
194
Munir Fuady. Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Bandung : Citra Aditya Bakti 2010. Hal. 97.
195
Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 180.
71 perorangan, seperti pada debitur tanggung-menanggung dan adanya borg yang
memberikan kepadanya kedudukan yang lebih baik, karena adanya lebih dari seorang yang dapat ditagih, maupun memperjanjikan hak jaminan kebendaan
yang memberikan kepadanya hak untuk didahulukan di dalam mengambil pelunasan atas hasil penjualan benda tertentu atau sekelompok benda-benda
tertentu milik debitur,pemberi jaminan, dan ada kalanya disamping itu juga dipermudah dalam melaksanakan haknya.
196
Pada asasnya kedudukan para kreditur atas tagihan mereka terhadap seorang debitur adalah sama tinggi, oleh karenanya mereka disebut kreditur
konkuren. Hal itu berarti, bahwa pada asasnya mereka mempunyai hak yang sama atas jaminan umum, yang diberikan oleh Pasal 1131, yaitu atas seluruh
harta debitur, kesempatan para kreditur untuk mendapat pelunasan atas tagihan mereka, pada asasnya adalah sama, sebab kalau kekayaan debitur tidak cukup
menjamin seluruh hutangnya. Maka atas hasil penjualan harta debitur, para kreditur berbagi pond’s, dalam arti seimbang dengan besar kecilnya tagihan
mereka Pasal 1132 KUHPerdata.
197
Pelunasan hutang dengan jaminan umum didasarkan pada Pasal 1131KUH Perdata dan Pasal 1132 KUH Perdata. Dalam Pasal 1131 KUH Perdata
dinyatakan bahwa segala kebendaan debitur baik yang ada maupun yang akan ada baik bergerak maupun yang tidak bergerak merupakan jaminan terhadap
pelunasan hutang yang dibuatnya. Pelunasan hutang dengan jaminan khusus
196
J. Satrio, Op.Cit, hal. 68-69.
197
Ibid
72 merupakan hak khusus pada jaminan tertentu bagi pemegang gadai, hipotik, hak
tanggungan, dan fidusia.
198
Subjek jaminan fidusia adalah pihka-pihak yang terlibat dalam perbuatan perjanjianakta jaminan fidusia yaitu pemberi fidusia dan penerima fidusia.
Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. Sedangkan penerima fidusia adalah orang
perseorangan atau korporasi sebagai pihak yang mempunyai hutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia. Yang dimaksud korporasi
adalah badan usaha yang berbadan hokum yang memiliki usaha dibidang pinjaman-meminjam uang seperti Perbankan. Jadi penerima fidusia adalah
kreditur pemberi pinjaman, bisa Bank sebagai pemberi kredit atau orang- perorangan atau badan hokum yang pemberi pinjaman. Penerima fidusia
memiliki hak untuk mendapatkan pelunasan utang yang diambil dari nilai obyek fidusia dengan cara menjual oleh kreditur sendiri atau melalui pelelangan
umum.
199
a Dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai penjamin, penerima fidusia wajib
mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia. Sehubungan dengan itu, ketentuan UUJF menyatakan bahwa:
b Apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitur
tetap bertanggungjawab atas utang yang belum dibayar.
200
198
Acmeiraa, “Hukum Jaminan Kebendaan”, http:skullcmeira.blogspot.com201110
hukum-jaminan-kebendaan.html, diakses tanggal 9 Mei 2015.
199
Sutarno, Op.Cit, hal. 212.
200
Pasal 34 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
73 Ketentuan dalam Pasal 34 UUJF ini, secara tegas mewajibkan kepada
penerima fidusia untuk mengembalikan kelebihan dari hasil penjualan benda menjadi objek jaminan fidusia bila melebihi nilai hutangnya kepada pemberi
fidusia. Sisa hasil penjualan eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia tetap menjadi hak pemberi fidusia. Sebaliknya, seandainya hasil penjualan
eksekusi benda yang menjadi objek fidusia jaminan fidusia ternyata tidak mencukupi untuk pelunasan utang, dalam artian besar utang debitur lebih besar
dari hasil penjualan eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia, maka debitur tetap bertanggungjawab atas sisa utang yang belum terbayar tersebut.
201
Kreditur yang tidak dapat mengembalikan utang sama sekali, sering disebut sebagai kreditur nakal, karena dianggap sudah tidak mempunyai iktikad
baik dalam pelaksanaan perjanjian. Tidak dibayarnya utang, memang perlu dicari penyebabnya, jika karena usahanya bangkrut lantaran ada bencana alam dan tidak
mempunyai harta benda, maka yang demikian ini kreditur tidak dapat dimintai pertanggungjawaban, berhubungan di luar kesalahannya. Sebaliknya, apabila
tidak dibayarnya utang tersebut karena kesengajaan, perbuatan kreditur sudah dapat digolongkan sebagai tindak kejahatan.
202
Pengembalian utang dalam hal ini dapat berupa, pengembalian sebagian kecil atau sebagai besar, yang jelas masih ada sisa utang. Juga dapat berupa, yang
dikembalikan hanya utang pokoknya yang baru dibayar bunganya saja sedangkan utang pokoknya belum dibayar. Utang yang baru sebagian dibayar, terlebih hanya
sebagian kecil yang dibayar, kemudian selebihnya atau sisa utangnya sulit diharapkan, biasanya menjadi masalah bagi kreditur. Dikalangan perbankan
201
Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 241.
202
Gatot Supramono, Op.Cit, hal. 30.
74 dikenal apa yang disebut sebagai kredit macet. Biasanya pula sebuah kredit yang
menjurus macet, bank masih mempertimbangkan adanya credit injection atau suntikan kredit agar dengan maksud tambahan dana pinjaman tersebut pihak
debitur dapat memperbaiki dan meningkatkan usahanya, sehingga masih diharapkan debitur dapat mengembalikan seluruh utangnya.
203
Mengembalikan utang tetapi terlambat waktunya ada dua macam yaitu waktunya sebentar misalnya dalam hitungan hari, atau bulan dan waktu yang
tahunan, biasanya memberatkan debitur, karena beban bunga makin menumpuk, bahkan nilainya dapat melebihi utang pokoknya. Apabila prestasi itu berupa
pembayaran sejumlah uang, maka kerugian yang diderita oleh kreditur kalau pembayaran itu terlambat yaitu berupa interest, rente atau bunga. Jika ada
Pembayaran yang terlambat pada dasarnya debitur masih mempunyai niat baik, akan tetapi karena sesuatu hal seperti usahanya sedang sepi, mempunyai uang
namun ada keperluan lain yang sangat mendesak, sehingga debitur perlu sekali menunda pembayaran utangnya dan sebenarnya tidak ada niat untuk merugikan
kreditur.Meskipun memang terdapat niat baik untuk pengembalian utang dari debitur, jika pengembaliannya itu terlambat walaupun hanya sehari saja,
namanya tetap wanprestasi, karena debitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan. Biasanya dalam praktik, kalau hanya terlambat sehari atau dua
hari, apalagi keterlambatan itu diberitahukan lebih dahulu, pihak kreditur cukup dapat memaklumi, karena ada kepastian hukum yang sudah dapat dipegang oleh
kreditur.
204
203
Ibid, hal. 32.
204
Ibid, hal. 34-35.
75 Kreditur sebagai penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan
preferent terhadap kreditur lainnya artinya jika debitur cidera janji atau lalai membayar hutangnya maka kreditur penerima fidusia mempunyai hak untuk
menjual atau mengeksekusi benda jaminan fidusia dan kreditur mendapat hak didahulukan untuk mendapatkan pelunasan hutang dari hasil eksekusi benda
jaminan fidusia tersebut.
205
Jaminan fidusia dapat diuraikan kepada lebih dari satu penerima fidusia atau kepada kuasa atau wakil dari penerima fidusia
tersebut.
206
Kreditur sebagai penerima fidusia mempunyai hak untuk mengeksekusi benda jaminan bila debitur cidera janji.
207
1. Identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia yang meliputi nama
lengkap; agama; tempat tinggal; tempat kedudukan; tempat dan tanggal lahir; jenis kelamin; status perkawinan, pekerjaan.
Penerima fidusia sendiri atau kuasanya atau wakilnya mengajukan permohonan ke Kantor Pendaftaran Fidusia yang memuat :
2. Tanggal dan nomor akta. jaminan fidusia, nama dan tempat kedudukan notaris
yang membuat akta jaminan fidusia. a.
Data perjanjian pokok. b.
Uraian mengenai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. c.
Nilai penjaminan. d.
Nilai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. Kedudukan penerima fidusia tersebut berubah menjadi kreditur konkuren,
sehingga bersaing secara bersama-sama dengan kreditur konkuren hanya untuk
205
Sutarno, Op.Cit, hal. 208.
206
Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Pasal 8.
207
Sutarno, Op.Cit, hal. 210.
76 mendapatkan pelunasan piutangnya, sesuai dengan besar kecilnya jumlah
piutangnya masing-masing.
208
208
Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 241.
77
BAB IV TANGGUNGJAWAB KREDITUR DALAM MENGEMBALIKAN