Pelaksanaan Tata Cara Pemberian Kredit dengan Jaminan Fidusia pada

77

BAB IV TANGGUNGJAWAB KREDITUR DALAM MENGEMBALIKAN

UTANG DENGAN JAMINAN FIDUSIA STUDI PADA BPR MITRA DANA MADANI MEDAN

A. Pelaksanaan Tata Cara Pemberian Kredit dengan Jaminan Fidusia pada

BPR Mitra Dana Madani Medan Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor tersebut baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan dan kesinambungan usaha dari sebuah bank. Oleh karena itu, pemberian kredit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan besarnya kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit, samapi kepada pengendalian atas kredit yang macet. 209 Proses pemberian kredit oleh satu bank dengan bank lain tak jauh berbeda. Kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada persyaratan dan ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing dengan tetap memperhitungkan unsur persaingan atau kompetisi. 210 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan produk lain yang sejenis. Bank Perkreditan Rakyat BPR mempunyai kegiatan atau aktivitas usaha sebagai berikut: 2. Menyalurkan dana dalam bentuk kredit ke masyarakat. 209 Jonker Sihombing, Tanggungjawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah, Bandung : Alumni, 2009, hal. 47. 210 Hermansyah, Op.Cit, hal. 68. 78 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesi, deposito berjangka, sertifikat deposito dan tabungan pada bank lain. 211 Tata caraprosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif. Secara umum akan dijelaskan tata caraprosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut : pengajuan berkas-berkas, penyelidikan berkas pinjaman, wawancara, On the Spot, keputusan kredit, penandatangan akad kreditperjanjian lainnya, realisasi kredit dan penyalurpenarikan dana. 212 Pemberian kredit yang hanya terkonsentrasikan pada hanya beberapa nasabah mengandung risiko tinggi karena kehidupan bank kan tergantung pada beberapa nasabah tersebut. Batasan maksimum pemberian kredit merupakan sarana pengawas penyaluran kredit atau pembiayaan oleh bank. Batas maksimum pemberian kredit adalah batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam tertentu. 213 Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit pada dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah berpedoman kepada dua prinsip yaitu prinsip kepercayaan dan prinsip kehati-hatian prudential principle. 214 211 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank Lembaga Bukan Bank, Jakarta : Indeks, 2006, hal. 17. 212 Kasmir, Op.Cit, hal. 100. 213 Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 452. 214 Hermansyah, Op.Cit, hal. 65. pemberian kredit memang merupakan kegiatan yang mengandung risiko tinggi. Bankir harus mampu menganalisis kelayakan suatu permohonan kredit untuk dapat 79 meminimalkan risiko yang terkandung di dalam penyaluran kredit tersebut. Karena besarnya risiko yang dikandung dalam pemberian kredit, segala usaha harus ditempuh untuk dapat menilai kelayakan eligibility dari suatu proyeknasabah. 215 Pemberian kredit kea rah sector produksi dan komoditi tentunya juga akan menimbulkan risiko kredit. Untuk menghindari risiko tersebut bank perlu meminta jaminan yang mengcover semua risiko kredit. Nilai jaminan harus setara dengan nilai pinjaman. 216 1. Calon debitur harus mengisi formulir kredit yang disediakan oleh BPR Mitradana Madani Medan. Sejak berlakunya UUJF, masih banyak Bank Perkreditan Rakyat yang belum melaksanakan ketentuan yang ada dalam undang-undang tersebut, khususnya mengenai ketentuan yang mengharuskan pembebanan jaminan fidusia dengan akta notaris. Proses pemberian kredit dengan jaminan fidusia di BPR Mitradana Madani Medan cukup mudah untuk dilakukan. Dalam penyaluran kreditnya BPR Mitradana Madani Medan membuat prosedur dan tata cara pemberian kredit yaitu: 2. Ditandatangani oleh pihak yang berwenang. 3. Melampirkan jaminan, berikut persyaratan yang dibutuhkan oleh Bank dan ditujukan pada pimpinan 4. Setelah didisposisi oleh pimpinan bank, dilanjutkan kepada seksi kredit yang berkaitan untuk diperiksa kelengkapan permohonannya. 5. Dibuat surat tugas untuk melaksanakan pemeriksaan ketempat yang dilakukan oleh petugas kredit. 215 Jonker Sihombing, Op.Cit, hal. 48. 216 Ruddy Tri Santoso, Op.Cit, hal. 99. 80 6. Petugas tersebut meninjau ke lokasi usaha debitur apakah benar-benar sesuai dengan yang dilampirkan atau tidak. 7. Apabila telah sesuai dengan permohonan maka oleh pimpinan bank surat permohonan tersebut ditandatangani. 8. Setelah permohonan kredit ditandatangani kemudian dilakukan pengikatan jaminan. 9. Pemberian kebutuhan penolakan atau persetujuan kepada pemohon akan diberitahukan secara tertulis disertai dengan penjelasan dengan alasan, sedangkan bagi pemohon yang disetujui, bank akan menyampaikan surat keputusan kredit berikut syarat-syarat dalam rangkap dua. Apabila pemohon menyetujui syarat-syarat kredit yang disampaikan, maka selanjutnya pemohon mengembalikan tembusan surat-surat keputusan kredit tersebut pada bank setelah ditandatangani diatas materai Rp.6000 sebagai tanda untuk menyelesaikan sesuatu yang menyangkut administrasi dari pelaksanaan pemberian kredit tersebut, sebagaimana diisyaratkan dalam syarat pemberian kredit. Jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Prosedur yang wajib ditempuh dalam pembebanan jaminan melalui fidusia menurut ketentuan UUJF, yaitu didasarkan atas perjanjian kredit yang telah dibuat utang yang telah ada atau utang yang akan timbul di kemudian hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah tertentu atau utang yang pada saat eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian pokok yan menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi. Dalam pelaksanaannya pembebanan benda dengan 81 jaminan fidusia tersebut harus dibuat dengan akta notaries dan dikenal dengan akta jaminan fidusia, yang harus memuat sekurang-kurangnya identitas pihak pemberi dan penerima fidusia, data perjanjian pokok yang dijamin fidusia, uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia, nilai penjaminan dan nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. 217 Dengan pengikatan jaminan secara fidusia, maka pemilik barang tersebut bertindak hanya sebagai peminjam belaka sampai batas waktu pinjamannya. Biasanya barang-barang yang diikat secara fidusia harus diasuransikan sampai sejumlah plafond pinjaman dan nilai jaminannya. 218 Jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia atau kepada kuasa atau wakil dari penerima fidusia tersebut. Jaminan fidusia dapat pula diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yanga diperoleh kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa UUJF merupakan peraturan yang memuat ketentuan yang menjamin fleksibilitas dalam hal berkenaan dengan objek yang dapat dibebani jaminan fidusia. Kondisi demikian terlihat bahwa apabila tidak diperjanjikan lain, jaminan fidusia meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut diasuransikan. Maksudnya apabila benda yang diasuransikan, klain asuransi tersebut merupakan hak penerima fidusia. 219 Termuat dalam akta jaminan fidusia telah diuraikan berikut ini bahwa Nyonya Nita Puspita Sari sebagai pihak pertama pemberi fidusia dan Tuan Doktorandus Harlen Simanjutak sebagai pihak kedua penerima fidusiaBPR 217 Muhamad Djumhana, Op.Cit, hal. 470 218 Ruddy Tri Santoso, Op.Cit, hal. 180. 219 Muhamad Djumhana, Op.Cit, hal. 471. 82 Mitradana Madani Medan. Antara pemberi fidusia yaitu Nyonya Nita Puspita Sari tersebut, selaku pihak yang menerima fasilitas kredit selanjutnya disebut debitur dan penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan selaku pihak yang menerima fasilitas kredit untuk selanjutnya disebut kreditur telah dibuat dan ditandatangani surat perjanjian kredit. Pembebanan jaminan fidusia atas objek jaminan fidusia tersebut berada dan telah menjadi miliknya penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan, sedang objek jaminan fidusia tersebut tetap berada pada dan dalam kekuasaan pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari selaku peminjam pakai. Objek jaminan fidusia hanya dapat dipergunakan oleh pemberi fidusia menurut sifat dan peruntukannya, dengan tidak ada kewajiban bagi pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari untuk membayar biayaganti rugi berupa apapun untuk pinjam pakai kepada penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan, namun pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari dengan sebaik-baiknya dan melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan atas objek jaminan fidusia atas biaya dan tanggungan pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari sendiri, serta membayar pajak dan beban lainnya yang ada hubungannya dengan itu. Penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan atau wakilnya yang sah setiap saat setiap waktu berhak dan dengan ini telah diberi kuasa dengan hak substitusi oleh pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari untuk memeriksa tentang adanya dan tentang keadaan objek jaminan fidusia tersebut. 83 B. Tanggung Jawab Pemberi Kredit Apabila Debitur Mengalami WanprestasiIngkar Janji dan Benda yang Dijaminkan Debitur Mengalami Penyusutan Harga Pada BPR Mitra Dana Madani Medan Apabila dalam suatu perjanjian si debitur tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan maka dapat dikatakan ia telah melakukan wanprestasi. Dapat pula dikatakan bahwa ia telah lalai atau alpa atau ingkar janji atau bahkan melanggar perjanjian dengan melakukan sesuatu hal yang dilarangtidak boleh dilakukan.Hal ini berakibat hukum yakni pihakpara pihak yang dirugikan dapat menuntut pelaksanaan dari prestasi atau konsekwensi lain yang di atur dalam perjanjian ganti kerugian. Objek jaminan fidusia hanya dapat dipergunakan oleh penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan menurut sifat dan peruntukkannya, dengan tidak ada kewajiban bagi pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari untuk membayar biayaganti rugi berupa untuk pinjam pakai tersebut kepada penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan, namun pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari berkewajiban untuk memelihara objek jaminan fidusia tersebut dengan sebaik-baiknya dan melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan atas objek jaminan fidusia atas biaya dan tanggungan pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari serta membayar pajak dan beban lainnya yang ada hubungannya dengan itu. Pasal 1131 KUH Perdata menentukan bahwa segala harta kekayaan debitur, baik berupa benda bergerak maupun benda tetap benda tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi jaminan atau agunan bagi semua perikatan yang dibuat oleh debitur dengan para krediturnya. Dengan kata lain. Pasal 1131 KUH Perdata itu memberikan ketentuan bahwa apabila debitur cidera janji tidak melunasi utang yang 84 diperolehnya dari para krediturnya, maka hasil penjualan atas semua harta kekayaan debitur tanpa kecuali, merupakan sumber pelunasan bagi utangnya itu. Jaminan yang bersifat kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya, tetapi juga dapat diadakan antara kreditur dengan seoarang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban- kewajiban si berhutang debitur 220 Untuk lebih menjamin dan menanggung terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terutang dan harus dibayar oleh debitur sebagaimana diatur dalam perjanjian kredit tersebut pemberi fidusia diwajibkan untuk memberikan jaminan fidusia atas 1 satu Unit Sepeda Motor yang dimiliki pemberi fidusia untuk kepentingan penerima fidusia. Untuk memenuhi ketentuan tentang pemberian jaminan yang ditentukan dalam perjanjian kredit tersebut, maka pemberi dan penerima fidusia telah setuju dan semufakat dengan mengadakan perjanjian. dan selama hutang berikut bunga, denda dan biaya-biaya lainnya yang timbul sebagai akibat dari perjanjian ini belum bayar lunas oleh pihak kedua peminjam kepada pihak BPR Mitradana Madani Medan, maka BPKB Kendaraan tersebut tetap dipegang oleh BPR Mitradana Madani Medan. Hak-hak atas kepemilikan 1 satu unit sepeda motor tersebut menurut pemberi fidusia adalah benar miliknya dan telah diserahkan kepada dan untuk disimpan sementara oleh pihak kedua BPR Mitradana Madani Medan yang mana saat ini menurut para menghadap bahwa objek jaminan fidusia tersebut memiliki nilai sebesar Rp.7.000.000 untuk selanjutnya dalam akta ini cukup disebut dengan objek jaminan fidusia. 220 R. Subekti, Jaminan-jaminan untuk pemberian kredit Menurut Hukum Indanesia. Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1996, hal. 38. 85 Selanjutnya para penghadap dengan senantiasa bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan untuk menjamin terbayarnya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur, baik berupa hutang pokok, bunga, provinsi dan biaya-biaya lainnya yang bertalian dengan perjanjian kredit tersebut, dengan jumlah hutang pokok sebesar Rp.10.000.000, atau sejumlah uang yang ditentukan dikemudian hari berdasarkan perjanjian kredit, maka para penghadap pihak pertama dengan bertindak selaku pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari menerangkan dengan memberikan jaminan fidusia kepada penerima fidusia untuk dan atas nama siapa dan penghadap pihak kedua dengan bertindak selaku penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan. Menerima jaminan dari pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari, sampai dengan nilai penjamin sebesar Rp.7.000.000. Dalam ketentuan pasal 5 akta jaminan fidusia bahwa bilamana pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari tidak memenuhi dengan seksama kewajibannya menurut yang telah ditentukan dalam akta ini atau debitur tidak memenuhi kewajiban berdasarkan perjanjian kredit, maka lewat waktu yang ditentukan untuk memenuhi kewajiban tersebut saja sudah cukup membuktikan tentang adanya pelanggaran atau kelalaian pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari atau debitur dalam memenuhi kewajiban tersebut, dalam hal mana hak pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari untuk meminjam pakai objek jaminan fidusia tersebut menjadi berakhir dan objek jaminan fidusia harus diserahkan dengan segera oleh pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari kepada penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan setelah diberitahukan secara tertulis oleh penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan. 86 Pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari berjanji dan karenanya mengikat diri untuk mengasuransikan objek jaminan fidusia tersebut pada perusahaan asuransi yang ditunjuk atau disetujui oleh penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan terhadap bahaya kebakaran serta bahaya lainnya dan untuk suatu jumlah pertanggungan serta dengan persyaratan yang dipandang tepat oleh penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan. Diatas polis asuransi tersebut harus mencantumkan klausula bahwa dalam hal terjadi kerugian, maka uang ganti kerugiannya harus dibayar oleh debitur kepada kreditur berdasarkan perjanjian kredit, sedang sisanya jika masih ada harus dikembalikan oleh kreditur kepada debitur dengaan tidak ada kewajiban bagi kreditur untuk membayar bunga atau ganti kerugian berupa apapun bagi pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari. Apabila ternyata uang pengganti kerugian dari perusahaan asuransi tersebut tidak mencukupi, maka debitur berkewajiban untuk membayar lunas sisa yang mamsih harus dibayar oleh debitur kepada penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan. Semua uang premi asuransi harus ditanggug dan dibayar oleh pemberi fidusia atau debitur. Apabila pemberi Nyonya Nita Puspita Sari atau debitur lalai danatau tidak mengasuransikan objek jaminan fidusia tersebut, maka penerima fiidusia BPR Mitradana Madani Medan berhak dan seberapa perlu dengan ini kepadanya oleh pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari diberi kuasa untuk mengasuransikan sendiri objek jaminan fidusia tersebut, dengan ketentuan bahwa premi asuransinya tetap harus dibayar oleh pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari atau debitur. Untuk menjual objek jaminan fidusia atas dasar title eksekutorial atau melalui pelelangan dimuka umum atau melalui penjualan dibawah tangan yang 87 dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari dan penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan. Untuk keperluan penjualan tersebut, penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan berhak menghadap dimana perlu, membuat atau suruh membuat serta menandatangani semua surat, akta serta dokumen lain yang diperlukan, menerima uang harga penjualan dan memberikan tanda penerimaan untuk itu menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembelinya. Memperhitungkan atau mengkompensir uang harga penjualan yang diterimanya dengan semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepda kreditur, akan tetapi dengan kewajiban bagi penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan untuk menyerahkan sisa uang penjualannya jika masih ada kepada pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari, dengan tidak ada kewajiban bagi penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan untuk membayar bunga atau ganti kerugian berupa apapun juga kepada pemberi fidusia Nyonya Nita Puspita Sari atau debitur mengenai sisa uang harga penjualan itu dan selanjutnya penerima fidusia BPR Mitradana Madani Medan juga berhak untuk melakukan segala sesuai yang dipandang perlu dan berguna dalam rangka penjualan objek jaminan fidusia tersebut dengan tidak ada satupun yang dikecualikan. Dari hasil penjualan dari objek jaminan fidusia tersebut tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepada kreditur, maka debitur tetap terikat membayar lunas sisa uang yang masih harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Ketentuan di dalam Pasal 6 dan 7 UUJF usia di dalam perjanjian hutang piutang di atas menjelaskan tentang Wanprestasi, apabila dalam waktu yang telah di tetapkan di dalam perjanjian, peminjam mengalami keterlambatan danatau 88 tidak melunasi pinjamanya, maka akan di kenakan denda atas sejumlah pinjaman pokok danatau bunga yang tertungak sebesar 1 satu presen perbulan. Dan Bank secara sepihak berhak untuk mengalihkan piutang atau sisa kredit ini kepada pihak lain sesuai kepentingan Bank, tanpa harus memberitahukan terlebih dahulu kepada peminjam. Memang harus diakui bahwa kalau mendengar kata “ingkar jani” atau cidera janji, sudah dengan sendirinya terbayang adanya sikap yang tidak benar tidak baik pada orang yang tidak memenuhi janjinya itu. Karenanya, dalam “cidera janji” atau “ingkar janji” sudah tersimpul adanya unsure salah, suatu unsur yang merupakan unsur terpenting dalam peristiwa “wanprestasi” sehingga antara wanprestasi dan cidera janjiingkar janji memang ada juga persamaannya. 221 Walaupun demikian bahwa ketiadalaksanaan debitur terhadap kewajiban yang harus dilakukan olehnya dapat terwujud karena kesengajaan maupun karena kelalaian debitur sehingga tidak selayaknya jika demi hukum, seorang debitur yang telah wanprestasi atau cidera janji tidak dimungkinkan untuk memenuhi kembali perikatannya yang tidak dilaksanakannya atau yang telah dilaksanakan, tetapi tidak sesuai dengan yang telah ditentukan, atau telah lalai untuk melaksanakan sesuatu yang tidak diperbolehkan. 222 Pada dasarnya kontrak dibuat untuk saling menguntungkan dan bukan untuk saling merugikan atau untuk merugikan pihak lain. Oleh karena itu, walaupun undang-undang memungkinkan pihak yang dirugikan untuk membatalkan kontrak, selayaknya wanprestasi kecil atau tidak esensial tidak 221 J. Satrio, Wanprestasi menurut KUHPerdata, Doktrin dan Yurisprudensi, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2012, hal. 2. 222 Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 358. 89 dijadikan alasan untuk pembatalan kontrak, melainkan hanya pemenuhan kontrak baik yang disertai ganti rugi maupun tidak. 223 Wanprestasi adalah suatu peristiwa atau keadaan, dimana debitur tidak telah memenuhi kewajiban prestasi perikatannya dengan baik dan debitur punya unsure salah atasnya. Maksud unsur salah diatasnya adalah adanya unsur salah pada debitur atas tidak dipenuhi kewajiban itu sebagaimana mestinya. 224 Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena sengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak melakukan prestasi tersebut. 225 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya Wanprestasi timbul apabila salah satu pihak debitur tidak melakukan apa yang diperjanjikan, atau alpa atau lalai atau ingkar janji. Adapun bentuk daripada wanprestasi dapat berupa empat macam yaitu: 2. Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan 3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat, dan 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 226 Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan kontrak, peralihan risiko maupun membayar biaya perkara. Sebagai contoh seorang debitur si berutang dituduh melakukan perbuatan hokum, lalai atau secara sengaja tidak melaksanakan sesuai bunyi yang telah disepakati dalam kontrak, jika terbukti, maka debitur harus mengganti kerugian, 223 Ahmadi Miru, Hukum Kotrak Perancangan Kontrak, Jakarta : Rajawali Pers, 2011, hal. 74. 224 J. Satrio, Op.Cit, hal. 3. 225 Ahmadi Miru, Op.Cit, hal. 74. 226 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Op.Cit, hal. 29. 90 meskipun demikian debitur bisa saja membela diri dengan alasan keadaan memaksa overmachtforce majeure, kelalaian kreditur sendiri dan kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi. 227 Ganti rugi merupakan upaya untuk memulihkan kerugian yang prestasinya bersifat subsidair. Artinya, apabila pemenuhan prestasi tidak lagi dimungkinkan atau sudah tidak diharapkan lagi maka ganti rugi merupakan alternatif yang dapat dipilih oleh kreditur. 228 Dalam hal debitur masih juga tidak melakukan kewajiban yang seharusnya dilaksanakan olehnya, maka dengan ini sesungguhnya dapat dikatakan bahwa debitur tidak bermaksdu untuk melaksanakannya sehingga layaknya jika debitur dikenakan sanksi berupa kewajiban tambahan berupa penggantian biaya, kerugian dan bunga. Selain itu, dimungkinkan juga perikatan yang lahir cidera janji atau wanprestasi berupa kewajiban penggantian biaya, kerugian dan bunga adalah perikatan yang menggantikan perikatan pokokasal. 229 Dalam memberikan kredit kepada Nyonya Nita Puspita Sari mempunyai pendapatan yang berasal dari bunga kredit, sehingga dalam memberikan kredit pihak Nyonya Nita Puspita Sari mensyaratkan adanya jaminan sebagai pengaman apabila debitur melakukan wanprestasi. Prestasi merupakan isi dari perikatan. Apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian, maka ia dikatakan wanprestasi kelalaian. 230 227 Abdul R. Salim, Op.Cit, hal. 41. 228 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian : Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Jakarta : Kencana, 2011, hal. 261. 229 Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal. 359. 230 H.Riduan Syahrani, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Cet III, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013, hal. 68. Wanprestasi dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1243 KUHPerdata dapat terjadi karena, tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang 91 dijanjikannya tetapi tidak dilakukan dengan semestinya, menjalankan hal yang dijanjikan akan tetapi terlambat melaksanakannya, atau melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Sehingga dapat dikatakan wanprestasi seorang debitur dapat berupa, samasekali tidak memenuhi prestasi, tidak tunai memenuhi prestasi. terlambat memenuhi prestasi, keliru memenuhi prestasi. Apabila pemberi fidusia debitur cidera janji wanprestasi maka terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dapat dilakukan eksekusi. Penjualan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dapat dilaksanakan di bawah tangan atau melalui lelang umum. 231 Apabila debitur tersebut wanprestasi biasanya pihak Nyonya Nita Puspita Sari melakukan penjualan melalui bawah tangan, sebab jika melalui kantor lelang maka harus melalui pengadilan sehingga prosesnya rumit dan biayanya mahal, Dalam pemberian kredit dengan jaminan fidusia tentunya pihak Nyonya Nita Puspita Sari pernah mengalami permasalahan kredit macet. Apabila kredit macet dengan jaminan fidusia terjadi maka pihak Nyonya Nita Puspita Sari dapat melakukan eksekusi terhadap obyek jaminan fidusia tersebut. Eksekusi tersebut dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu: 1. Penjualan di bawah tangan oleh Nyonya Nita Puspita Sari. Penjualan di bawah tangan dapat dilakukan dengan syarat: a Penjualan tersebut berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima fidusia; b Dari penjualan tersebut dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan kedua belah pihak. 231 Heru Soepraptoma, Masalah Eksekusi Jaminan Fidusia dalam Praktik Perbankan, Jakarta : Jurnal Hukum Bisnis, 2007, hal. 48. 92 meskipun dalam praktiknya untuk melakukan penjualan bawah tangan harus mendapat Surat Keputusan dari pengadilan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, permasalahan yang timbul dalam pemberian kredit dengan jaminan fidusia muncul bukan hanya dari pihak debitur dan kreditur saja, namun juga muncul dari objek jaminan fidusia itu sendiri. Untuk permasalahan yang timbul dari debitur dan kreditur dapat diatasi oleh pihak bank, namun untuk permasalahan yang timbul dari objek jaminan itu sendiri agak sulit sebab objek dari jaminan fidusia adalah barang bergerak. Namun sejauh ini pihak Nyonya Nita Puspita Sari dapat mengatasi masalah tersebut. Untuk menentukan debitur melakukan wansprestasi, karena dalam jangka waktu yang telah ditentukan debitur tidak dapat melunasi utangnya, sehingga debitur dinyatakan lalai. Wanprestasi tersebut dapat disebabkan karena: 1. Debitur menyalahgunakan kredit yang diberikan oleh kreditur 2. Kondisi ekonomi debitur 3. Debitur meninggal dunia dan tidak ada barang jaminan 4. Debitur mempunyai tujuan dan niat yang tidak baik sejak awal Untuk menanggulangi terjadinya wansprestasi tersebut pihak BPR Mitradana Madani Medan mengambil langkah-langkah pengamanan. Pengamanan yang dilakukan BPR Mitradana Madani Medan setelah melihat adanya tanda- tanda bahwa debitur akan wanprestasi, petugas melakukan pendekatan- pendekatan kepada debitur. Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk tentang resiko yang harus ditanggung jika sampai terjadi keterlambatan pembayaran angsuran. Dengan usaha pendekatan tersebut diharapkan debitur berusaha agar dapat 93 membayar angsuran kredit tepat pada waktunya sehinga kedua belah pihak sama- sama tidak di rugikan. Menurut Pasal 1267 KUHPerdata, maka pihak yang ingkar janji atau wanprestasi dapat dibebani untuk memenuhi perjanjian atau dibatalkannya perjanjian disertai dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga. Ini juga dapat diartikan bahwa pihak yang ingkar janji dapat hanya di bebani kewajiban ganti kerugian saja atau pemenuhan perjanjian dengan ganti rugi saja. Tanggung jawab debitur terhadap musnahnya barang jaminan dalam perjanjian kredit adalah sebuah konsekuensi dari peristiwa yang terjadi. Tanggung jawab debitur terhadap jaminan benda bergerak yang hilang adalah tetap mengembalikan pinjaman kredit kepada kreditur. Konsekuensi hukum jika timbul masalah atau gugatan karena kesalahan kesengajaan atau kekuranghati-hatian dari pemberi fidusia sehubungan dengan penggunaan atau pengalihan benda jaminan fidusia, maka pihak penerima fidusia dibebaskan dari tanggung jawab. Dengan kata lain pihak pemberi fidusia yang bertanggung jawab penuh. Dasar hukum, setiap tuntutan tanggungjawab harus mempunyai dasar, yaitu hal yang hal yang menyebabkan seseorang harus wajib bertangungjawab. Dasar tanggungjawab itu menurut hukum perdata adalah kesalahan dan risiko yang ada dalam setiap peristiwa hukum. Keduanya menimbulkan akibat dan konsekuensi hukum yang jauh berbeda di dalam pemenuhan tanggungjawab berikut hal-hal yang berkaitan dengan prosedur penuntutannya. 232 Hal ini ditegaskan oleh Pasal 24 UUJF, yang menyatakan bahwa : “Penerima Fidusia tidak menanggung kewajiban atas akibat tindakan atau 232 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2010, hal. 101. 94 kesalahan kesengajaan atau kelalaian dari pihak pemberi fidusia, baik yang timbul karena hubungan kontraktual atau timbul dari perbuatan melanggar hukum, sehubungan dengan penggunaan dan pengalihan benda yang menjadi objek jaminan fidusia.” Tanggung jawab debitur terhadap pemberi kredit apabila debitur mengalami wanprestasiingkar janji adalah sebuah konsekuensi dari peristiwa yang terjadi. Di sini akan muncul perbedaan antara tanggung jawab dan kewajiban. Terkait dengan penelitian ini, maka dapatlah dijelaskan bahwa istilah ”tanggung jawab” diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan hal tersebut bertanggungjawab atau sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan. Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Benda-benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus ditentukan berapa nilainya atau harganya. Apabila debitur cedera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual henda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri Pasal 15 ayat 3 UUJF artinya bila pemberi fidusia cedera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara mengasingkan benda jaminan, bisa berupa menjual ataupun menyewakan. Dalam Pasal 29 ayat 1b UUJF disebutkan bahwa penjualan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dan hasil penjualan, eksekusi juga bisa dilakukan dengan penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. 95 Apabila debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Hal demikian mengandung maksu bahwa pengeksekusian dapat langsung dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Adanya kemudahan tersebut salah satu ciri jaminan fidusia, yaitu berupa lembaga parate eksekusi, dimana eksekusi dapat dilakukan apabila pihak pemberi fidusia cidera janji. 233 Apabila kredit macet tersebut terjadi karena debitur tidak melaksanakan prestasinya sebagaimana terdapat dalam perjanjian kredit, maka sebelum

C. Penyelesaian Utang Debitur dengan Jaminan Fidusia pada BPR Mitra

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)

5 101 136

AKTA JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN OLEH KREDITUR BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI KABUPATEN BADUNG.

0 0 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR DALAM HAL PEMBAYARAN HUTANG DENGAN JAMINAN FIDUSIA MACET (Studi di Bank Perkreditan Rakyat Trihasta Prasodjo Karanganyar).

0 1 8

PERLINDUNGAN HUKUM PENERIMA FIDUSIA DALAM PELAKSANAAN JAMINAN FIDUSIA PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT KECAMATAN GROGOL.

0 0 18

Tanggungjawab Kreditur (Bank) Dalam Mengembalikan Piutang Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Mitra Dana Madani Medan)

0 0 9

Tanggungjawab Kreditur (Bank) Dalam Mengembalikan Piutang Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Mitra Dana Madani Medan)

0 0 1

Tanggungjawab Kreditur (Bank) Dalam Mengembalikan Piutang Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Mitra Dana Madani Medan)

0 0 11

Tanggungjawab Kreditur (Bank) Dalam Mengembalikan Piutang Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Mitra Dana Madani Medan)

0 0 31

Tanggungjawab Kreditur (Bank) Dalam Mengembalikan Piutang Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Mitra Dana Madani Medan)

0 1 4

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA PADA BANK A. Jaminan Fidusia - Analisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)

0 0 30