Seorang zahid harus berpantang dari kesenangan yang diharamkan dan barang-barang Syubhat, serta selalu menghindari kemewahan dunia, kemudian
mempertangguh kehadirannya untuk terus menerus berdekatan dengan Allah.
2. Zuhud Orang Khusus
Pada tingkatan zuhud ini, meninggalkan segala sesuatu yang berlebih- lebihan dalam hal yang halal. Tingkatan zuhud ini lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkatan zuhud yang pertama. Zuhud ini disebut juga dengan zuhud mustahab atau sunnah, yang
tergantung pada tingkatan-tingkatannya dalam hukum sunnahnya, dengan menilik sesuatu yang dihindari, yaitu zuhud dalam hal yang mubah, makruh, hal yang
berlebih dan melakukan keanekaragaman syahwat yang mubah.
97
Dalam tingkatan zuhud ini seorang hamba menyibukkan dirinya dalam seluruh rentang waktu dengan sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah, atau menentukan waktu makan, minum, tidur, maupun waktu istirahat. Yaitu kapan menempatkannya dengan niat yang kuat terhadap apa yang dicintai
Allah, dan menjauhkan diri dari apa yang dibenci Allah. Itu semua merupakn pengisian waktu, dan bila dalam pengisian waktu tersebut terdapat unsur
kesenangan yang paling sempurna, maka jangan menganggap bahwa pengisian waktu adalah meninggalkan kesenangan-kesenangan dan kebaikan-kebaikan.
98
Dengan kata lain bahwa dalam tingkatan ini mendekatkan diri kepada Allah, bukan hanya dengan beri’tikaf saja. Tetapi dengan kita selalu mengingat
kepada-Nya entah disaat makan, tidur atau pun beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Kita niatkan ini semua semata-mata karena Allah, sehingga dalam
97
Ibn Hanbal, Zuhud, h.xvii
98
Al-Jawziyyah, Tahdzib Madarijus Salikin, h. 261
jiwa menambah kekuatan dan melakukan apa-apa yang dicintai Allah dan menjauhi segala hal yang dimurkai-Nya atau dilarang.
Seorang zahid apabila telah berada pada tingkatan ini, melakukan semuanya dari dalam hati secara seimbang, sehingga ia dapat melepaskan segala
rasa kegundahan dalam hal yang berkaitan dengan sebab-sebab keduniaan.
99
Jiwanya akan semakin tentram, damai dan selalu merasa senang. Karena dengan tingkatan zuhud ini seorang zahid telah menyerahkan secara ikhlas
kehidupannya semata-mata hanya karena Allah. Tidak ada rasa ketergantungan dalam keduniaan. Sehingga segala hal yang berlebihan pun tak tampak dalam
kepribadiannya. Ia tidak merasa gembira jika sesuatu yang diinginkannya itu tercapai dan tidak juga merasa bersedih hati manakala tidak tercapai atau hilang.
Kezuhudan yang dimiliki oleh seorang zahid memang amatlah sulit. Dan ini merupakan suatu perkara yang amat rumit. Karena letaknya ialah di dalam
jiwa yang amat abstrak.
3. Zuhud Orang Ma’rifat