Dari sekian macam-macam zuhud tersebut Ibn Qayyim membaginya menjadi tiga tingkatan:
1. Zuhud Orang Awam
Zuhud ini di awali dengan meninggalkan segala yang haram. Ini merupakan tingkatan awal atau pemula. Zuhud ini disebut juga dengan zuhud
dalam syubhat, artinya meninggalkan hal-hal yang meragukan apakah halal ataukah haram.
Adapun zuhud terhadap hal-hal yang syubhat adalah meninggalkan sesuatu yang tidak jelas bagi seorang hamba. Seperti yang dijelaskan dalam
haditsnya Nu’man bin Basyir r.a. dari Nabi Saw: “Yang halal itu jelas, dan yang harampun juga jelas, dan diantara keduanya terdapat perkara yang masih belum
jelas. Sebagian besar manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang siapa menjauhi hal-hal yang syubhat, maka ia akan terhindar dari hal yang haram. Dan
barang siapa yang terjatuh dalam hal-hal yang syubhat, maka ia akan terjerumus dalam hal yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembala di sekitar
garis larangan, maka ia akan cepat mengembala dalam larangan tersebut. Ingatlah dalam setiap harta milik terdapat garis larangan, dan ingatlah garis
larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkannya. Ingatlah di dalam jasad terdapat segumpal dagig, apabila segumpal daging iut baik, maka baik pulalah
seluruh jasad. Dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Segumpal daging itu adalah hati.”
Syubhat ini merupakan sekat antara yang halal dan yang haram. Setelah
meninggalkan yang haram, karena tidak menyukai celaan di mata Allah, tidak menyukai kekurangan dan tidak suka bergabung dengan orang-orang fasik. Tidak
menyukai celaan dan kekurangan hanya berlaku di mata Allah dan bukan di mata manusia, sekalipun sebenarnya tidak suka celaan dan kekurangan di mata
manusia. Ini bukan termasuk sifat yang tercela. Yang tercela dalam hal ini ialah jika sikapnya itu semata di mata manusia dan tidak merasa malu dimata Allah.
96
96
Al-Jawziyyah, Tahdzib Madarijus Salikin, h. 260
Seorang zahid harus berpantang dari kesenangan yang diharamkan dan barang-barang Syubhat, serta selalu menghindari kemewahan dunia, kemudian
mempertangguh kehadirannya untuk terus menerus berdekatan dengan Allah.
2. Zuhud Orang Khusus