Kondisi sosial Masyarakat BIOGRAFI IBN QAYYIM AL-JAWZIYYAH

anak cucu Qayyim al-Jawziyyah menjadi terkenal dengan julukan “Ibn Qayyim al-Jawziyyah. 8 Adapun gelar “Ibn Jawzi” sebenarnya tidak benar disandarkan kepada Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah secara mutlak. Sebutan itu muncul dan populer dikarenakan keteledoran para penulis atau dimunculkan oleh orang-orang yang memendam rasa dengki terhadap Ibn Qayyim. Nama asli yang dimliki Ibn Jawzi adalah: ‘Abd ar-Rahmân bin ‘Alî al-Qurasyî yang wafat pada tahun 597 H. Berulang kali terjadi kesalahan dalam pencantuman nama pada kitab Daf’u Syubh al-Tasybîh yang ditulis secara sewenang-wenang dengan memakai nasab Ibn Jawzi sebagai pengarang dalam salah satu terbitan kepada Ibn Qayyim. Kesimpulan dari uraian di atas ialah bahwa penyebutan nama Ibnul-Jawzi kepada beliau adalalah fatal, dan wajib bagi kita untuk menyebut beliau dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Karena itu adalah gelar yang popular dimiliki beliau, atau kita sebut saja Ibn Qayyim untuk lebih mudah dan ringkasnya. 9

B. Kondisi sosial Masyarakat

Ibn Qayyim tumbuh dan berkembang di lingkungan intelektual dan ningrat, ia berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan semenjak ia masih usia belia. Ia tumbuh besar dalam lingkungan masyarakat intelektual yang cemerlang, sehingga sangat mempengaruhi berbagai ide dan gagasan yang muncul dalam pemikirannya. 10 8 Muhammad Al-Anwar Al-Shanhuti, Ibnu Qayim Berbicara tentang Tuhan, Jakata: Mustaqim, 2001, cet. Ke-1, h.18 9 Al-Sanhuti, Ibn Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 19-20 10 Al-Sanhuti, Ibnu Qayim Berbicara Tentang Tuhan, h.21 Ibn Qayyim memiliki akhlak yang mulia, memiliki perangai lembut dalam pergaulan, mempunyai semangat tinggi, wawasan luas, termasuk orang besar dalam sisi karakteristik, kebaikan, keilmuan, keutamaan, beribadah. Bahkan salah satu muridnya yang bernama Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Bacaan dan etikanya sangat baik, lemah lembut, tidak pernah hasat dan dengki kepada siapapun, tidak pula menyakiti dan mencela. Secara umum kepribadiannya dipenuhi oleh kebaikan dan akhlak yang mulia. 11 Beliau tipe anak yang tidak mudah puas dengan ilmu yang didapat dari orang tuanya. Ini karena ia memiliki prinsip ilmu adalah segalanya. Walaupun ia masih kanak-kanak, tanpa rasa takut dan malu ia duduk bersama beberapa orang yang usianya jauh di atasnya. Ia juga menimba ilmu dari imam-imam terkemuka pada masanya tanpa mengenal lelah ia berusaha meraih berbagai macam ilmu pengetahuan, hingga tercapailah impian dengan baik dan jadilah sebagai sosok yang sangat kompeten dengan setiap cabang ilmu agama. 12 Ibn Qayyim mempunyai potensi sebagai penggerak dengan akal yang luas dan pemikiran yang subur, serta daya hafal yang cukup menakjubkan. Sejak kecil ia memiliki obsesi yang jujur dalam menuntut ilmu. Ia sangat ulet dalam meneliti dan menganalisa serta memiliki kebebasan dalam menimba ilmu. 13 Karena begitu gemar menuntut ilmu, sehingga masa kecilnya tidak seperti anak-anak lainnya yang sedang bermain dan hal-hal lainnya yang sifatnya hiburan. Dalam segala bidang ilmu pengetahuan, beliau mempelajari secara istimewa dari para ulama di zamannya. Dan karena itu beliau menjadi tersohor karena keluhuran ilmu dan kebesaran namanya. Al Imam Ibn Qayyim banyak 11 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h. 229 12 al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara Tentang Tuhan, h. 22 13 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h.232 membaca atau menelaah kitab yang ada dan beliau sangat luas pengetahuannya disebabkan memiliki guru yang banyak. Di mana beliau belajar dari mereka akan bermacam disiplin ilmu, kemampuan dan spesialisasi yang mereka miliki. Terlebih lagi dengan guru beliau, dimana beliau banyak sekali belajar ilmu darinya. Yakni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. 14 Beliau adalah seorang budayawan yang berwawasan luas banyak berkembangn di saentero Mesir dan Syria Syâm kala itu. Dapat disimpulkan bahwa beliau telah mempelajari seluruh cabang ilmu Syari’as seperti: ilmu tauhid, ilmu kalam, tafsir, hadits, fiqh, fara’id, bahasa arab dan nahwu, serta masih banyak lagi ilmu-ilmu utama lainnya yang beliau pelajari dari para imam semasanya. Sehingga beliau pun menjadi pakar seperti mereka, bahkan sering kali melebihi kapasitas keilmuan mereka. Sehingga pamornya menjadi naik secara perlahan. 15 Adapun guru-guru Ibn Qayyim lainnya adalah sebagai berikut: 1. Abu ‘Abbas Ahmad bin ‘Abdurrahaman bin ‘Abdul Mun’im bin Na’mah An N bilisi al Hanbali, yang lebih dikenal dengan nama Asy Syih b Al ‘ biri, wafat pada tahun 697 H. 2. Isma’il Majiduddin bin Muhammad Al-Farr Al-Harr ni, wafat pada tahun 729 H. Beliau belajar ilmu Al-Fara’idh dan fiqh darinya. 3. Muhammad Syamsuddin Abu ‘Abdullah bin Abi Al-Fath Al- Ba’labaki Al-Hanbali, wafat pada tahun 709 H. Guru beliau inilah yang mengajarkan bahasa arab dan membacakan kepada beliau kitab Al Mulakhhash karya Abi Al- Baq . 14 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Shalawat Nabi Saw, Jakarta: Pustaka Azzam, 2000, cet.ke-1, h. 31 15 Al-Jamal,Biografi 10 Imam Besar, h. 233 4. Muhammad Shafiyuddin bin ‘Abdurrahim bin Muhammad Al arwami Asy Sy fi’i, wafat pada tahun 715 H. Beliau belajar dua ilmu ushuldarinya yaitu ilmu ushul fiqh dan tauhid. 16 5. Beliau pun belajar hadits pada al-Qadh Taqiy al-Dīn bin Sulaim n, Abu Bakr bin ‘Abd al-D īn, F thimah binti Jauh r dan lain-lain. 17 Ibn Qayyim al-Jawziyyah lebih banyak mengabdikan dirinya dalam hal- hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan karena memiliki tetap di madrasah al- Jawziyyah sekaligus sebagai pengajar. Di samping itu ia juga pengajar di madrasah As-Sadriyyah yang didirikan oleh Sadr ad-Din As’ad Ibn Usman Ibn Qaimaz Az-Zahabi al-Tukmani Asy-Syafi’i w.748 H yang merupakan seorang muhadits terkenal yang mengarang buku di bidang hadits dan yang lainnya, Ibn Abd al-Hadi Ibn Qudamah Al-Maqdisy al-Sahili Al-Hanbali w. 744 H, al-Fairuz al-Abadi w. 817 H serta beberapa ulama termashur lainnya. 18 Di antara sekian banyak gurunya yang paling banyak berpengaruh adalah guru besarnya Syaikhul Islam Ibn Taimiyah. Ia mengikuti metode sang guru untuk memerangi orang-orang yang menyimpang dari agama, dan sebagaimana gurunya iapun sangat gencar menyeranga kaum filsuf, Kristen dan Yahudi. Beliau beserta gurunya Ibn Taimiyah berpendirian bahwa pintu ijtihad tetap terbuka sejauh yang bersangkutan memiliki kesanggupan untuk melakukannya. 19 Awal mulanya ibn Qayyim menjadi pengikut Ibnu Taimiyah adalah di saat kedatangan 16 Al-Jauziyyah, Shalawat Nabi Saw, h.34 17 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h.22 18 Ica Purba Nur Hendra, Konsep Elastisitas Fatwa Menurut Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Tesis, S2 Fakultas Syari’ah, UIN Jakarta, 2007, h. 23 19 Van Houve, Ensiklopedi Islam 2, Jakarta: PT Ikhtiar Baru,1999, cet.ke-5, h. 168 Ibn Taimiyah ke Damaskus pada sekitar tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H. 20 Beliau pernah ditahan bersama Syaikhul Ibn Taymiyah di al-Q l’ah. Dan pada masa-masa akhirnya beliau dipisahkan dari Syaikhul Ibn Taymiyah. Beliau baru dikeluarkan dari tahanan setelah Syaikhul Ibn Taymiyah wafat. Selama ditahan, beliau menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’ n dengan tabadur dan tafakur. Dan Allah membuka banyak kebaikkan untuknya; beliau memeperoleh insting dan perasaan yang lurus. Dari situ beliau kemudian menguasai ilmu orang- orang ahli ma’rifat. 21 Ajaran gururnya yang terpenting adalah berpegang teguh pada Al-Qur’ân dan al-Sunnah serta memahaminya seperti pemahaman para Salafus Shaleh, membuang ajaran yang bertentangan dengan al-Kitab dan al-Sunnah, memperbaharui kajian ilmu agama yang benar, membersihkannya dari ajaran bid’ah yang diciptakan dari kaum muslimin sendiri terutama dalam hal manhaj palsu yang mereka temukan sendiri sekitar di abad-abad lampau, yakni abad kemunduran, kejumudan dan taklid buta. 22 Sebagai ulama besar, beliau sering dijadikan sebagai sorotan dan menganggap bahwa beliau sangat fanatik dengan mazhab Hanbali dan taklid dalam segala hal, sesungguhnya itu tidak benar, karena bermazhabnya beliau pada mazhab Hanbali merupakan ittiba’ mengikuti pendapat-pendapat yang dikuatkan 20 Al-Jauziyyah, Shalawat Nabi Saw,h. 31 21 Al-Jauziyyah, Melumpuhkan Senjata Syetan, terj. Ainul H ris Umar ArifinThayyib, Lc, Jakarta: Darul Falah, 1998, Cet. Ke-1, h.6 22 Al-Jauziyyah, Pesona Keindahan, h. 172 oleh dalil dan menolak taklid yang tercela. Sebab bagaimana mungkin beliau fanatik penuh terhadap mazhab Hanbali, sedangkan beliau menentang taklid. 23 Beliau tidak berpedoman atau condong pada suatu mazhab saja, akan tetapi dalam memandang dan mempelajari suatu masalah beliau akan berpedoman pada jalan yang ditempuh ulama salaf yang dibarengi dengan tunduk pada dalil yang menolak taklid buta. Demikianlah cara yang digunakan para ahli hadis dan sunah yang sampai pada derajat Imamah dan ijtihad. Ibn Qayyim hidup pada masa kejumudan berpikir dan merajalelanya taklid buta terhadap suatu mazhab. Taklid telah melampaui batas dan fanatik mazhab telah melumpuhkan pemikiran seta membunuh kreativitas masyarakat, dan ini membuat Ibn Qayyim merasa khawatir dan ketakutan. Namun ironisnya, para ulama di zamannya tanpa mereka sadari, tergolong orang yang fanatik padasuatu mazhab. 24 Beliau pun tampil di depan orang-orang yang bertaklid untuk menyeru pada kebebasan berpikir dan berpegang pada al-Qur’ n dan al-Sunnah, atu dengan jalan ijtihad jika tidak ditemukan pada al-Qur’ n dan al-Sunnah. Salah satu masalah dimana beliau tidak sepaham dengan mazhab Hamb li adalah pada masalah menggauli budak perempuan yang menjadi tawananan. Beliau sependapat dengan Imam Sy fi’ ī bahwa menggauli tawanan budak perempuan setelah pembebasannya adalah boleh, walaupun budak tersebut memiliki suami. Sedangkan pengikut Imam Ahmad berpendapat bahwa sesungguhnya 23 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 39 24 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 39 diperbolehkan menggauli budak perempuan yang ditawan jika ia sendiri tidak bersuami. 25 Ibn Qayyim telah banyak mengupas habis berbagai masalah ijtihad dan taklid. Menurutnya ijtihad harus dikembalikan kepada Allah Swt maupun Rasul- Nya Saw, dan taklid hukumnya haram. Orang yang bertaklid buta telah keluar dari golongan ’ulama. 26 Sedangkan dalam masalah fiqih, ia mengikuti jalan yang ditempuh oleh para ’ulama salaf, yaitu pengambilan istinbath hukum dari nash tanpa rasa fanatik pada suatu mazhab. Beliau beristinbath dengan menyandarkan kepada nash-nash dan penjelasan dalilnya di dalam menjelaskan hokum-hukum syari’at yang diambilnya. 27 Dari sini tampak jelas, Ibn Qayyim sangat konsisten dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, sehingga sasaran dan metodenya berjalan selaras dengan mantap menuju satu tujuan. Dan tujuan itu adalah menyerukan ijtihad dan menolak taklid. Karena itu beliau mengedepankan dalil-dali aqli dan naqli, mengemukakan pendapat para ’ulama, meniskusikannya, dan bersikap netral. 28 Konon, Ibn Qayyim memilki banyak kesamaan dengan sang guru, Ibnu Taimiyah. Semenjak Ibn Qayyim berguru kepadanya, mereka selalu bersama- sama dalam kurun waktu yang sangat lama, yakni sejak tahun 712 H, tahun dimana Ibnu Taimiyah kembali dari mesir ke Damaskus sampai wafatnya tahun 728 H, dan selama enam belastahun itu Ibn Qayyim kerap menyerap beerbagai 25 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Bebicara tentang Tuhan, h. 40-41 26 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 41 27 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 42 28 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 42 macam ilmu pengetahuan, dan keterampilan sehingga beliau menjadi murid terpandai dan unggul. 29 Karena Ibn Taymiyyah melihat bahwa di dalam muridnya terdapat kesungguhan dan kejujuran yang luar biasa dalam mengabdi kepada ilmunya, maka beliau selalu memberikan nasehat serta pengarahan yang berharga. Ini semua membantu dalam mengembangkan potensi serta menambah kekokohan dan ketegarannya. Untuk memenuhi hak-hak gurunya Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim selalu berbakti kepadanya baik di saat senang maupun disaat susah. Ini merupakan bagian dari balas budi atas kebaikan gurunya serta penghargaan bagi jasanya yang besar buat dirinya. Beliau pernah merasakan cobaan seperti yang dialami gurunya. Beliau dipenjara bersama gurunya, dalam satu benteng setelah sebelumnya disiksa dan diarak di atas pungung onta serta di pukuli dengan cemeti. Siksaan itu mereka terima karena mengingkari ziarah ke makam orang-orang pilihan wali. 30 Sebagaimana Ibn Qayyim sangat berbakti kepada gurunya di masa hidupnya serta mencintainya dengan penuh ketulusan, ia pun menjadi penerusyang baik setelah wafatnya. Ia segera mengambil estafet pembaruan serta tetap konsisten dalam jalan yang lurus; melalui penebaran ilmu, mengembalikan manusia kepada akidah yang benar, kepada prinsip-prinsip agama yang lurus, serta mematikan bias racun yang ditebarkan oleh musuh-musuh Islam dalam akidah umatnya. 31 29 Ibid, h. 49 30 Ibid, h. 45 31 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besa, h. 237 Beliaupun menutup lembaran hidupnya pada malam kamis, tanggal 13 Rajab tahun 751 H 1352 M, di usia 60 tahun. Kemudian beliau disholatkan keesokan harinya padahari kamis di Masjid Agung Damaskus, dan ba’da zhuhur disholatkan lagi di Masjid J mi al-Jirrah dekat pemakaman al-B b al-Sh gir. Dan sampai sekarang makamnya dikenal dengan al-B b al-Jad īd. 32 Ibn Qayyim telah mendapatkan rahmat dari Allah Swt dengan limpahan rahmat yang luas. Dan semoga Allah Swt menempatkan beliau bersama orang- orang yang mendapat nikmat. Amin. Sebagai ulama besar, bukan berarti sumbangan pemikirannya berhenti sampai disini, sebab beliau mempunyai sumbangan pemikiran yang tidak sedikit. Bahkan di antara mereka ada yang menjadi ulama kenamaan, seperti Ibnu Kats īr w. 774 H dan Ibnu Rajab w. 795 H. Selain kedua ulama tersebut masih ada lagi kedua putranya yang bernama Ibr h īm w. 767 H dan Syarīf al- Dīn ‘Abd Allah. 33 Selain terkenal sebagai seorang guru, pengarang dan pengajar, terkenal juga sebagai seorang mufti dan ahli dalam berdialog yang selalu mengangkat bendera kemenangan bagi kitab suci al-Qur’an dan Sunnah. Maka sering kali beliau memberikan fatwa, berdialog serta berdebat dengan cara yang baik untuk menumbangkan argumentasi-argumentasi kebatilan. Walaupun di penjara maupun disiksa ,semua itu beliau lakukan dengan penuh kesabaran serta penyerahan diri kepada Allah dengan melalui tulisan pena dan perkataan. 34 32 Al-Jauziyyah, Pesona Keindahan, h.178 33 Ibid, h. 174-175 34 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h.239 Walaupun beliau telah menemui Sang Khalik, namun karya-karyanya masih banyak dibaca dan dibicarakan bahkan ditulis oleh beberapa ilmuan yang mengaguminya.

C. Karya-Karyanya