Artikel
HISTORISME Edisi Khusus Lustrum J. Fachruddin Daulay
Edisi No. 21Tahun XAgustus 2005 Hindu di Sumatera Utara. Melalui Barus, juga
kerajaan Panei di Padang Lawas, masuk anasir-anasir budaya Hindu ke tengah-tengah budaya masyarakat
tanah Batak. Terkadang Tapanuli disebut pula Tanah Batak, yang ditegaskan Castles untuk menunjukkan
identitas etnisnya sebagai tempat tinggal sebagian besar orang Batak. Istilah tanah Batak Battalanden
berasal dari Belanda dengan maksud untuk memberi batasan unit pemerintahan baru yang dibentuknya
2001: 2-3.
2. Barus Sebagai Bandar Perdagangan
Untuk mengungkapkan sejarah Barus, terutama fungsinya sebagai kota pelabuhan dan
perdagangan, bentuk dan sifat perdagangannya, hubungan per-dagangan luar negerinya, dan
merupakan bandar tertua di Nusantara, diperlukan sumber-sumber tertulis, padahal sumber-sumbernya
sangat langka. Drakard mengakui hal itu, bahwa keterangan tentang Barus barulah agak lengkap
ditemukan setelah bangsa-bangsa Barat sampai di sana. Hingga abad ke-13, 14, dan 15, sumber sejarah
termasuk mengenai kegiatan perdagangan di Barus masih langka 2003: 18.
2. 1 Penulisan Sejarah
Akibat sumber-sumber sejarah yang langka, maka hampir tak ada penelitian tentang sejarah Barus,
sehingga kita tak dapat mengetahui bagaimana unsur- unsur dinamika masyarakatnya, sebab sejarah adalah
menggambarkan proses perkembangan dan menjelaskan peristiwa bagaimana kita sampai kepada
keadaan sekarang. Mengenai kurangnya perhatian terhadap penelitian sejarah kita, khususnya sejarah
Barus, walaupun sangat tak memuaskan, tetapi sebenarnya tidak perlu terlalu dirisaukan, sebab
keadaannya seolah-olah sudah terpola demikian, secara umum sama dengan yang terjadi di Asia
Tenggara. Onghokham dalam Kata Pengantar buku Anthony Reid 1992: xiii mengungkapkan dari
seluruh sejarah Asia bahwa sejarah Asia Tenggara-lah yang paling tidak mendapat perhatian, bahkan boleh
dibilang yang paling miskin penelitian sejarahnya dibandingkan dengan Asia Timur dan Asia Selatan. Di
antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia masih lebih beruntung, karena agak kaya dengan karya-karya
sejarahnya.
Lebih jauh Onghokham mengakui ketakberdayaan sejarawan karena dianaktirikan di
Indonesia termasuk di beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Oleh karena negarawan, politisi, dan juga
cendekiawan, sejarah dianggap tidak relevan dan tidak dirasakan sebagai kebutuhan untuk mengenal dirinya,
dan bahkan lebih aneh lagi mereka menolak untuk mengenal dirinya sendiri. Selama kaum pembuat
kebijakan atau pembenar kekuasaan berpendapat sejarah hanya untuk melegitimasi dan membenarkan
ke-pentingan politik, maka para sejarawan akan tetap dianaktirikan di negaranya sendiri, sehingga suara
mereka terpendam selamanya dan penelitian sejarahnya pun akan terus terbengkalai, jika tidak
dilakukan oleh sejarawan sendiri.
Keterangan paling tua mengenai Barus berasal dari abad ke-2 Masehi. Yaitu kitab ilmu bumi
Geographike Hyphegesis karangan Ptolomeus 160 Masehi sudah mencantumkan Barus, kemudian
Pansur dan Lubuktua = Lobu Tua. Ptolomeus tercatat sebagai pengarang Barat yang pertama
menulis tentang Indonesia.
Barus muncul dalam kitab yang ditulis Ptolomeus, sama sekali bukan dari hasil kunjungan
langsung ke Indonesia, melainkan berdasarkan keterangan-keterangan mengenai hubungan dagang
antara Mesir dan India, yang secara tidak langsung melibatkan Indonesia. Sarjana Yunani ini tinggal di
Alexandria.
Adapun Ptolomeus bukanlah satu-satunya pengarang Yunani atau Romawi yang pertama yang
mempunyai sedikit pengetahuan mengenai Asia Tenggara. Pliny pun mempunyai catatan mengenai
Timur Jauh dalam bukunya Natural Historiae, walupun keterangannya banyak salah lihat Vlekke,
1967: 18-19. Pengarang Periplous di Lautan Hindia jelas telah melawat ke sebagian daerah Asia Selatan
dan banyak mempelajari negeri-negeri yang terletak jauh di timur Ceylon, melalui saudagar-saudagar
India. Laporan-nya digunakan oleh Ptolomeus yang mendapat keterangan lebih lanjut dari seorang awak
kapal bernama Alexander, yang telah mengembara ke kawasan-kawasan sebelah timur Tanah Melayu.
Ptolomeus menjelaskan perbedaan antara “Negeri Emas” dan “Negeri Perak”. Dalam kitab
Ramayana disebutkan Yawadwipa dihiasi oleh tujuh buah negeri, Pulau Emas dan Perak, yang merupakan
tempat-tempat paling jauh di dunia. Ptolomeus menyatakan, Negeri Emas dan Perak kedua-duanya
terletak di benua Asia bagian tenggara. Tempat-tempat yang berdekatan dinamakan “Semenanjung Emas” di
mana terdapat lima buah pulau Barousai, tiga buah pulau Sabadeibai, yang didiami oleh orang-orang yang
memakan daging manusia, dan pulau Iabadiu yang berarti “Pulau Sekoi” Yawadwipa dalam kitab
Ramayana, menurut bahasa Sansekerta berarti “Pulau Sekoi”. Di pulau Iabadui terdapat sebuah kota
bernama “Kota Perak”.
Vlekke menegaskan bahwa Semenanjung Emas yang dimaksudkan adalah Semenanjung Tanah
Melayu, sedangkan pulau-pulau yang disebutkan ialah gugusan kepulauan Indonesia. Berdasarkan keterangan
yang diberikan Alexander kepada Ptolomeus, tanpa ragu-ragu menjelaskan bahwa pada kurun waktu abad
pertama Masehi telah ada hubungan perdagangan antara India dan Indonesia.
Artikel
HISTORISME Edisi Khusus Lustrum J. Fachruddin Daulay
Edisi No. 21Tahun XAgustus 2005
2. 2 Perdagangan Kapur Barus