Pendahuluan Fachruddin Daulay Staf Pengajar Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU

Artikel HISTORISME Edisi Khusus Lustrum J. Fachruddin Daulay Edisi No. 21Tahun XAgustus 2005 Bandar Barus dalam Catatan Sejarah

J. Fachruddin Daulay Staf Pengajar Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU

BARUS, kota kecil di pantai barat Sumatera Utara ini, pernah mashur ke seluruh dunia, sebagai bandar dagang yang mengekspor hasil kapur barus dan kemenyan berkualitas tinggi, yang sangat diminati pasar dunia. Barus ramai dikunjungi pedagang-pedagang berbagai bangsa, bahkan orang-orang Tamil dari India Selatan sampai menetap untuk berdagang. Tapi sekarang, Barus hampir terlupakan, nyaris seperti punahnya pohon kapur itu.

1. Pendahuluan

Gerakan-gerakan kedatangan orang-orang India ke kawasan Asia Tenggara membawa serta agama dan kebudayaan Hindu, bermula sekitar awal tarikh Masehi. Yakni saat kekuatan kebudayaan Hindu merambat dan mempengaruhi hampir semua bangsa di dunia. Ketika itu India dan Cina adalah dua kekuatan besar di Asia yang telah memiliki peradaban yang kokoh dan sudah berkembang sejak ribuan tahun sebelumnya. Kebudayaan intelektual agama Hindu mempengaruhi kawasan Asia Tenggara yang sangat jauh tertinggal. Sedemikian kuatnya dominasi politik dan kebudayaan itu, Hall menegaskan barulah dengan kedatangan pengaruh kedua bangsa besar ini, India dan Cina, negeri-negeri di Asia Tenggara mulai berkembang dan mampu mencapai tingkat yang lebih tinggi 1987: 5. Di Indonesia, setelah perhubungan dagang dengan orang-orang India berlangsung selama beberapa abad masuklah pengaruh unsur-unsur budaya Hindu itu ke tengah-tengah budaya masyarakat Indonesia. Dengan masuknya pengaruh Hindu telah menimbulkan perubahan-perubahan besar dan sangat mendasar terhadap perkembangan budaya Indonesia. Terutama tampak dalam mengantarkan Indonesia memasuki jaman sejarah, yakni dengan ditemukannya keterangan-keterangan tertulis di Kutai pedalaman Kalimantan Timur dan juga di Jawa Barat kerajaan Tarumanegara. Semua keterangan-keterangan tertulis itu dengan angka tahun 400-500 Masehi. Pada permulaan kegiatan perdagangan India dengan Asia Tenggara tak segera berhubungan langsung dengan Indonesia, tetapi tumbuh secara bertahap hingga permintaan barang-barang dari Asia Tenggara Indonesia termasuk bagian dari kesatuan wilayah perdagangan Asia Tenggara diminati pasar internasional. Perdagangan Asia Tenggara adalah bagian dari kegiatan perdagangan internasional India dengan Asia Barat yang telah berlangsung selama beberapa abad sebelumnya. Meskipun kontak luar negeri pertama Indonesia adalah dengan India, akan tetapi keterangan mengenai perdagangan Indonesia pada umumnya berasal dari Cina. Berita Cina paling awal tentang Jawa sudah ada pada abad ke-5, sedangkan tentang Sumatera dan kepulauan Maluku baru ditemukan pada abad ke-7. Kapur barus dan kemenyan sudah termasuk barang yang diperdagangkan Cina dengan Sumatera sekurang-kurangnya mulai abad ke-7, dan pada waktu- waktu tertentu juga dicari oleh pedagang dari India dan Timur Tengah Drakard, 2003: 17. Dalam abad itu, pedagang-pedagang Cina melalui Filipina, juga sudah sampai ke tempat penghasil rempah-rempah di kepulauan Maluku Putuhena, 1980: 266. Oleh karena perdagangan adalah untuk memperoleh keuntungan, maka frekuensi kunjungan para pedagang pun ke Indonesia sangat tergantung perkembangan perdagangan itu sendiri di tempat-tempat tujuan perdagangan. Barus, kota kecil di pantai barat Sumatera Utara ini, punya catatan sejarah yang panjang. Pada jaman purba sudah termashur ke seluruh dunia sebagai tempat asal kapur barus dan kemenyan yang mutunya sangat tinggi, sehingga sangat dibutuhkan kalangan elite di Eropa dan Timur Tengah. Ptolomeus telah memasukkan Barus dalam buku ilmu buminya 160 Masehi. Lama sebelum bangsa-bangsa Eropa tiba, pedagang-pedagang Cina, India, dan Arab mencari kapur barus tersebut di pusat-pusat perdagangan Asia Tenggara, sebelum mereka berhasil mengunjungi langsung Barus. Dewasa ini Barus hampir terlupakan, sebab getah pohon yang wangi itu yang pernah membawa harum nama Barus, sudah lama punah. Dengan letak geografisnya di pesisir pantai, Barus bukan lagi sebuah pelabuhan, bahkan hasil tangkapan ikannya tak mampu membuat kehidupan ekonomi penduduknya lebih baik. Hasil pertanian dari Manduamas pun tak cukup untuk dipasarkan ke luar daerah. Objek wisata yang ada skalanya kecil, berupa kuburan-kuburan tua dan batu-batu nisan peninggalan Islam pertama dan Hindu di Makam Mahligai dan Lobu Tua. Di samping kuburan kuno Papan Tinggi, yang dipugar almarhum Adam Malik mantan Wakil Presiden RI semasa hayatnya, dengan membangun hampir 500 buah anak tangga untuk mencapai puncak di mana kuburan itu berada. Kemudian ada bekas kolam pemandian istana Sultan Putri Andam Dewi di Lobu Tua. Didorong untuk meraih ke-untungan dari hasil perdagangan kapur barus dan kemenyan menyebabkan orang-orang Tamil dari India Selatan telah datang dan bermukim di Barus. Berdasarkan batu bertulis Lobu Tua menunjukkan di Barus-lah ditemukan bukti tertulis paling tua tentang pengaruh Artikel HISTORISME Edisi Khusus Lustrum J. Fachruddin Daulay Edisi No. 21Tahun XAgustus 2005 Hindu di Sumatera Utara. Melalui Barus, juga kerajaan Panei di Padang Lawas, masuk anasir-anasir budaya Hindu ke tengah-tengah budaya masyarakat tanah Batak. Terkadang Tapanuli disebut pula Tanah Batak, yang ditegaskan Castles untuk menunjukkan identitas etnisnya sebagai tempat tinggal sebagian besar orang Batak. Istilah tanah Batak Battalanden berasal dari Belanda dengan maksud untuk memberi batasan unit pemerintahan baru yang dibentuknya 2001: 2-3.

2. Barus Sebagai Bandar Perdagangan