Perasaan tidak ada harapan hidup Kepasrahan dan kedekatan kepada Tuhan

1 Tahap derita

a. Perasaan tidak ada harapan hidup

Bastaman 1996 menyatakan tahap derita sebagai tahap dimana seseorang mengalami pengalaman tragis dan penghayatan hidup tanpa makna. Ia mengatakan bahwa suatu peristiwa tragis dalam hidup seseorang dapat menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna yang ditandai dengan perasaan hampa, gersang, apatis, dan merasa tidak lagi memiliki tujuan hidup serba bosan dan apatis. Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat, sedangkan apatis adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengambil prakarsa. Tahap ini terjadi pada Lukinar ketika pertama kali ia mendengar bahwa dirinya menderita kanker. Ancaman kematian dan penderitaan lain yang ditimbulkan oleh kanker leher rahim sempat membuat Lukinar merasa hampa dan berpikir tidak ada lagi harapan hidup untuk dirinya. Pada saat ia mendengar bahwa dirinya menderita Lukinar yakin bahwa dirinya akan meninggal dan tidak ada lagi yang dapat dilakukan selain pasrah kepada Tuhan Y.M.E. Ia melupakan tujuan hidupnya karena yang ada dalam pikirannya dia tidak akan selamat. “Perasaan aku memang gak hidup lagi lah… trus anak-anakku udah kukasitau, udah kunasehati, udah kubilang rumah yang ini sama yang ini, rumah yang ini sama yang ini, udah pasrahlah aku, gak ada lagi kurasa harapan hidup udah gitu tempo hari aku” 2 Tahap penerimaan diri Bastaman 1996 mengungkapkan tahap penerimaan diri terjadi ketika individu mulai menerima apa yang terjadi pada hidupnya, pemahaman diri, dan 99 Universitas Sumatera Utara terjadinya perubahan sikap. Biasanya, munculnya kesadaran ini di dorong oleh anekaragam sebab. Misalnya, karena perenungan diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil do’a dan ibadah, belajar dari orang lain, dan lain-lain. Pada Lukinar tahap penerimaan diri ini terjadi karena beberapa dorongan diantaranya

a. Kepasrahan dan kedekatan kepada Tuhan

Kepasrahan dan kedekatan diri Lukinar mendorong dirinya dalam hal menerima penyakit kanker leher rahim yang dideritanya. Ia menyadari bahwa hidup mati seseorang ditentukan oleh Tuhan Y.M.E. Ia juga menyadari bahwa kematian itu akan terjadi pada siapapun baik orang tersebut sehat atau sakit. Penyadaran ini sangat dirasakannya akibat pengalaman koma ketika dirinya dioperasi. Dengan situasi seperti itu Lukinar berfikirr bahwa bisa saja dirinya meninggal pada saat itu, tetapi karena Tuhan belum mengizinkannya untuk meninggal maka ia tidak akan meninggal. Penyadaran ini membuat diri Lukinar semakin dekat ke Tuhan. Pada saat ini ia sangat yakin bahwa hanya Tuhan lah yang dapat memberikan pertolongan dan ia yakin bahwa penyakit kanker leher rahim yang di deritanya merupakan suatu cobaan yang membuat ia harus semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Y.M.E. “Aku bisa menerima keadaan itu, akh aku mikirnya kalo memang Tuhan mengijinkan aku sembuh, ya sembuhlah aku..namanya penyakit” “iyala, saya sadar kali itu apalagi saya sempat koma kan gara-gara keleleran orang itu tapi karena pertolongannya memang belum dikasihnya lewatlah aku.. disitu aku sangat menyadarinya, berarti memang kasian Tuhan sama aku… disitulah” 100 Universitas Sumatera Utara

b. Beribadah dan Keluarga