kemungkinan penyebab kanker yang ia derita adalah rasa stress dan tertekan yang selalu ia pendam. Perasaan tersebut menurutnya semakin
memperparah kondisinya. Menyadari akan semua hal itu timbul perubahan sikap dalam diri Eti. Pada saat ini ia merasa bahwa ia tidak
lagi harus berusaha mati-matian untuk dinilai baik di depan keluarga suaminya, ia memutuskan untuk berlaku sewajarnya saja dan tidak
akan melakukan hal-hal yang merugikan lagi. Eti juga tidak mau ambil pusing dengan semua tindakan keluarga suaminya terhadap dirinya
karena hal tersebut hanya akan berdampak buruk pada kondisi fisiknya.
“Waktu saya disini dek, gak taulah gimana ngebilangnya masalah trus aja menumpuk trus-trusan…keluarga suami saya yang gak
suka sama saya… saya udah berusaha mati-matian agar bisa bagus dimata keluarga suami saya tapi apa yang saya dapat gak ada
perlakuan baik pun gak ada… dijambak malah saya… jadi sejak saat itu saya gak mau lagi berusaha mati-matian, saya capek, saya
udah pasrah aja, tapi pasrah disini bukan berarti harga diri saya mau diinjak-injak, tapi pokoknya saya menghindari masalah lah,
saya gak mau berusaha mati-matian lagi karena sedih hati saya yang ada makin tambah parah penyakitnya.. jadi sekarang saya
coba menerima aja semuanya…”
b. Kepasrahan
Penerimaan diri Eti mengenai penyakit yang dideritanya didorong oleh kepasrahannya kepada Allah SWT. Ia merasa bahwa penyakit
yang ia derita merupakan ujian yang diberikan oleh Allah. Kepasrahan Eti mengenai kematian akibat penyakit yang dideritanya pertama
sekali didorong oleh peristiwa tsunami yang disaksikannya di televisi. Pada saat itu ia menyadari bahwa setiap orang pasti akan meninggal
73
Universitas Sumatera Utara
baik sakit ataupun sehat. Kepasrahan diri Eti juga terjadi karena ia menyadari bahwa hanya pada Allah, ia dapat meminta petunjuk. Hanya
pada Allah lah ia dapat bercerita mengenai keluhan penyakitnya. “Tapi jadi pelajaran ya sama saya, waktu tsunami itu saya nangis
lah kan ngeliat itu, saya mikir orang-orang itu gak kena sakit ya kan, tapi meninggal juga orang itu, memang pasti balik kesana lah
kita, jadi makanya lah saya pasrah aja kepada Allah…”
3 Tahap penemuan makna hidup
Bastaman 1996 menandai tahap ini dengan penyadaran individu akan nilai-nilai berharga yang sangat penting dalam hidupnya. Hal-hal-hal
yang dianggap berharga, dan penting itu mungkin saja berupa nilai- nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap.
a. Nilai-nilai penghayatan experiental value
Rasa sakit dan kematian yang ditimbulkan oleh kanker leher rahim membuat Eti tidak dapat membayangkan bagaimana nasib anak-
anakya apabila ia meninggal. Eti merasa bahwa sampai saat ini anak- anaknya masih sangat membutuhkannya terutama kasih sayangnya.
Perasaan cinta terhadap anaknya mendorong Eti untuk tetap bertahan hidup dan berjuang melawan penyakit agar ia bisa sembuh.
“merasa anak-anak itu masih membutuhkan saya ya anak- anaklah..jadi maksudnya apa yang membuat saya bisa bertahan
lah ya… Itu anak-anak, anak-anaklah gak ada selain anak-anak, saya gak tau gimana membayangkan mereka itu besar tanpa
saya,,…yaa….kita yang tau kita ibunya jadi support itu cuma dari anak-anaklah…”
b. Nilai-nilai bersikap attitudinal value
74
Universitas Sumatera Utara
Menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian juga merupakan salah satu jalan yang ditempuh Eti dalam menghadapi
penderitaan yang ditimbulkan oleh penyakitnya. Eti yakin bahwa jawaban akan akhir dari penyakitnya suatu saat pasti akan muncul,
sehingga ia memutuskan untuk menjalani hidup apa adanya dan menunggu dengan sabar jawaban tersebut muncul.
“Ya gak mau saya berlebihan, hidup apa adanya aja… trus yang kedua saya bertanya kapan finalnya sakit saya ini, sakit
yang saya rasakan ini pasti ada akhirnya…kayak orang tua saya, awalnya gak mau-gak mau pas dirawat di rumah sakit tiga
bulan kejang-kejang dia, berhalusinasi dia, nanti saya dekatkan muka saya dibilangnya saya orang tuanya..dipanggil mamak
sama dia, sangking rindunya mungkin dia….jadi sekarang saya mikir semua sakit saya ini pasti ada ujungnya…jadi saya
merasa pasti ada akhirnya, bakal ada jawabannya…”
Eti juga menyadari bahwa mengeluh terus mengenai kondisinya tidak akan membawa dampak positif baik padanya maupun
keluarganya karena ia merasa telah melakukan segala usaha agar ia sembuh. Dengan bersikap sabar dan menerima penyakitnya, Eti
merasa hal tersebut lebih membawa dampak positif baginya.
c. Nilai-nilai kreatif creative value