Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini begitu banyak suplemen yang dijual di pasaran. Suplemen kesehatan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara, meningkatkan dan memperbaiki fungsi kesehatan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, atau bahan lain berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan yang mempunyai nilai gizi atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi BPOM, 2004. Konsumsi suplemen digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan nafsu makan anak, meningkatkan kemampuan kognitif dan pertumbuhan anak Yu et al., 1997. Suplemen dalam bentuk emulsi lebih diminati oleh anak-anak dibanding bentuk lainnya, alasannya suplemen dalam bentuk emulsi lebih mudah dikonsumsi dan rasanya bervariasi. Salah satu suplemen dalam bentuk emulsi adalah emulsi minyak ikan. Suplemen minyak ikan berbentuk emulsi karena minyak ikan bersifat tidak larut dalam air dan membutuhkan zat pengemulsi untuk menjadi sediaan yang stabil Anief, 2000. Minyak ikan telah lama dipasarkan sebagai sumber vitamin A, D, rantai panjang omega-3 asam lemak EPA Eicosapentaenoic acid dan DHA Docosahexaenoic acid Gunston, 2004. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa mengkonsumsi minyak ikan dapat menurunkan kematian akibat penyakit jantung koroner atau kanker payudara Jude et al., 2006. Penggunaan minyak ikan sehari-hari juga dikaitkan dengan penurunan risiko kematian pada pasien tumor dan kanker paru-paru Skeie et al., 2009 . Minyak ikan adalah minyak yang harganya mahal dibandingkan dengan minyak hewani lain seperti kambing, sapi, ayam dan babi. Oleh karena itu, minyak ikan dipalsukan untuk meningkatkan keuntungan ekonomi Rohman dan Cheman, 2009. Di beberapa negara, lemak babi adalah salah satu lemak yang termurah, akibatnya lemak babi sengaja ditambahkan ke dalam produk makanan untuk mengurangi biaya produksi Cheman dan Sadzili, 2010. Padahal, dari 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudut pandang agama Islam, kehadiran lemak babi dalam produk makanan tidak diperbolehkan. Allah SWT berfirman dalam surat Al- Baqarah ayat 173, “Hanya yang diharamkan atas kamu ialah bangkai, darah, daging babi dan hewan yang disembelih bukan dengan nama Allah melainkan dengan nama berhala. Tetapi barang siapa yang terpaksa memakannya mengkonumsinya, sedang ia tiada aniaya dan tiada pula melampaui batas, maka tak ada dosa terhadapnya. Sungguh Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang ”. Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk memilih makanan yang halal serta menjauhi makanan haram. Rasulullah SAW. bersabda : “Wahai Sa’ad, perbaikilah murnikanlah makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi yang jiwa Muhammad ada dalam genggamannya, sesungguhnya seorang hamba yang melontarkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama 40 hari. Siapa pun yang dagingnya tumbuh dari barang yang haram, maka api neraka lebih layak membakarnya “ HR. ATh Thabrany. Meskipun al-Qur ’an menyebutkan hanya daging, tetapi turunan babi dan produk dari babi juga dilarang. Pandangan ini didukung oleh al-Qurtubi dalam li al-Jami Ahkam al-Quran yang memasukkan lemak babi sebagai bagian dari daging Nurulhidayah et al., 2011. Dalil al- Qur’an dan hadist di atas telah dengan tegas menjelaskan status keharaman seorang muslim dalam mengkonsumsi bagian manapun dari hewan babi termasuk pula minyak babi. Saat ini kehalalan belum menjadi suatu hal yang diprioritaskan oleh industri farmasi di Indonesia, dibuktikan dengan sedikitnya sediaan farmasi yang telah mendapat sertifikat halal MUI. Direktur LPPOM MUI, Lukman Hakim mengungkapkan bahwa di antara 30 ribu produk suplemen dengan 206 perusahaan yang beredar di pasaran, hanya 13 perusahaan dengan 50 produk suplemen yang mengantongi sertifikat halal. MUI, 2013. Jumlah penduduk Indonesia mencapai 237 juta jiwa, di mana ± 207 juta di antaranya adalah pemeluk Islam BPS, 2010. Pada era mendatang, konsumen akan semakin kritis. Kesadaran terhadap kehalalan produk yang dikonsumsi menjadi hal yang utama. Sehingga analisis terhadap kandungan dari setiap yang dikonsumsi dan digunakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah hal yang dibutuhkan. Untuk itu, beberapa metode analisis berbasis fisika maupun kimia telah dikembangkan untuk mengidentifikasi lemak babi Rohman et al. , 2010. Dewasa ini kemajuan teknologi telah mengalami peningkatan di bidang analisis otentikasi lemak dan minyak. Teknologi tersebut dapat diaplikasikan dan mempermudah menganalisis kandungan lemak pada suatu sediaan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam menganalisis minyak babi dalam minyak nabati ataupun hewani menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infrared FTIR dikombinasi dengan kemometri yaitu analisis minyak zaitun dicampur dengan minyak kelapa sawit Rohman dan Man, 2010, minyak ikan kod dicampur dengan beberapa minyak nabati Rohman dan Man, 2011a, minyak wijen dari minyak sawit Rohman dan Man, 2011b dan minyak canola dari minyak kelapa Man dan Rohman, 2012. FTIR dapat menganalisis kandungan lemak babi yang sangat rendah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa FTIR sangat berpotensi untuk digunakan sebagai alat mendeteksi lemak babi secara cepat dengan hasil yang konsisten Rahman dan Man, 2010. Kemometri merupakan statistika untuk pengolahan data kimia terbaru, yang mampu mengelompokkan dan mengklasifikasi hubungan tertentu dari banyak sampel yang digunakan Rohman, 2013. Kombinasi keduanya menjadikan analisis semakin baik khususnya untuk menguji minyak dan lemak ataupun campuran keduanya Rohman Che Man, 2012. Dalam analisis minyak ikan, kombinasi FTIR dan kemometri telah dilakukan untuk melihat spektrum minyak ikan murni dengan minyak ikan yang dicampur beberapa konsentrasi dari minyak babi Rohman dan Man, 2009. Belum ada literatur yang melaporkan analisis minyak babi dalam formulasi emulsi minyak ikan menggunakan FTIR dan kemometri. Pada penelitian ini spektroskopi FTIR dan teknik kemometri PCA principal component analysis digunakan untuk menganalisis minyak babi pada simulasi emulsi minyak ikan yang dicampur dengan minyak babi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah