Kewajiban Varna Waisya Kewajiban Masing-masing Varna

194 | Kelas X SMASMK Di Bali dan Jawa, ada istilah yang terkenal disebut Manunggaling Kawula lawan Gusti yang maknanya harus ada persatuan antara rakyat dan pemerintahan. Demikian pula ada istilah Katemuaming Bakti kelawan sweca yang maknanya rakyat harus hormat dan mendukung pemerintah dan sebaliknya pemerintah harus melindungi rakyatnya dari segala mara bahaya. Dengan demikian kiranya disimpulkan bahwa Varna Kṣatriya itu adalah golongan fungsional yang setiap orangnya memiliki kewibawaan, cinta tanah air, serta bakat kelahiran untuk memimpin dan mempertahankan kesejahteraan masyarakat, negara dan umat manusia berdasarkan dharmanya.

3. Kewajiban Varna Waisya

Sumber:www.beliefnet.com Gambar 6.4 Waisya Varna Waisya merupakan Varna yang ketiga dalam susunan Catur Varna. Kata Waisya aslinya Vaisya berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Vie” artinya bermukim di atas tanah tertentu. Dari urat kata tersebut lalu berkembang menjadi kata Waisya yang artinya golongan pekerja atau seorang yang mengusahakan pertanian. Demikianlah dijelaskan oleh A.A. Mac Donel dalam kamusnya. Dari keterangan- keterangan berikutnya memang peranan dan fungsi Varna Waisya tidak begitu jauh menyimpang dari arti katanya. Peranan dan fungsi Waisya dijumpai dalam beberapa pustaka suci Hindu. Dalam Slokantara, 37, diuraikan kewajiban Waisya sebagai berikut: Vaicyah krsivalah karyo gopah sasya bhrtwratah Wartayukto grhopatah ksetrapalo ‘tha Vaisyajah. Kalingannya, karyaning sang Waisya, masawahsawah rumaksa ring lembu, dhumaranang pari, maka sahaya wuluku, kahananya umunggah ringgrha kathanyan. Ksetrapala ngaranya rumaksa sawah. Yeka Waisya sasana, ling sang Hyang Aji. Terjemahan: Orang Waisya harus bekerja sebagai petani, pengembala, pengumpul hasil tanah, bekerja dalam lapangan perdagangan dan mempunyai hotel-hotel dan rumah penginapan. Orang yang lahir di keluarga Waisya itu lahir sebagai pelindung ladang. Pekerjaan seorang Waisya ialah peladang, memelihara ternak, mengumpulkan padi dan membajak, tempat dalam bertugas ialah pondok. Ksetrapala artinya pelindung ladang. Demikianlah kewajiban seo rang Waisya menurut kitab suci. Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 195 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | Demikian pula Bhagavadgītā XVIII, 44, menguraikan kewajiban Varna Waisya yang tidak begitu jauh dengan uraian Slokantara di atas. Uraian tersebut adalah sebagai berikut: kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijyá vaiśya-karma svabhāva-jam paricaryātmaká karma śūdrasyāpi svabhāva-jam kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijyá vaiśya-karma svabhāva-jam... Terjemahan: Bercocok tanam, beternak sapi dan berdagang adalah karma kewajiban Waisya menurut bakatnya..... Sloka ini diterjemahkan oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra sebagai berikut: “Pertanian, pemeliharaan ternak, dan perdagangan adalah kewajiban Waisya yang lahir dari alamnya.” Jadi singkatnya fungsinya di sini adalah berfungsi dalam bidang ekonomi. Dalam Manawa Dharmasastra I, 90, kewajiban Waisya adalah sebagai berikut: Paśūnām raksanam dānam Ijyā dhyanam eva ca Vanikpatham kusidam ca Vaiśyasya krsin eva ca Terjemahan: Para ditugaskan untuk memelihara ternak, memberikan hadiah, melakukan upacara korban, mempelajari Veda, berdagang, meminjamkan uang, dan bertani. Ayat sloka ini merupakan lkamusan hukum untuk menentukan apakah seseorang tergolong Waisya atau bukan. Berdasarkan ayat ini kriteria seorang Waisya secara fungsional yaitu beternak, berdana, beryadnya, berguru, berdagang, membungakan uang, bertani dan sebagainya yang kesemuanya berkisar di bidang perekonomian. Hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa Varna Waisya itu dibolehkan membungakan uang. Namun, membungakan uang terbatas untuk kepentingan yang produktif dan bukan untuk kepentingan konsumtif. Tidak pula dibenarkan meminjamkan uang dengan motif pemerasan atau yang dikenal dengan istilah riba. Selanjutnya pustaka suci Sarasamuccaya, 59, juga menguraikan tentang kewajiban Varna Waisya sebagai berikut: Waiśyo’ ‘dhitya brāhmanāt ksatriyādwā dhanaih kāle Sambiwhajyāśritamśca tretāpūrwan dhūmāmaghrāya punyam pretya swarge dewasukha bhinukte. Nihan ulaha Sang waiśya, mangajya sira ri sang Brāhmaṇa, ri sang Kṣatriya kuneng, mwang maweha dāna ri tekaning dānakāla, ring śubhadiwasa,dumdumana nira ta sakwehning mamaracraya ri sira mangelema Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 196 | Kelas X SMASMK amūjā ring sang hyang tryagni sang hyang apuy tiga, pratyekenira, ahawaniya,garhaspatya, citāgni. āhawanidha ngaranira apuy ning asuruhan, rumateng pinangan, Garhaspatya ngaranira apuy ri winarang, apan agni saksika kramaning-winarang i kālaning wiwāha,citāgni ngaranira apuy ning manunu cawa, nahan ta sanghyang tryagni ngaranira, sira ta pujan de sang waicya, ulah nira ika mangkana, ya tumekaken sira ring swarga dlaha. Terjemahan: Yang patut dilakukan oleh Sang Waisya ialah ia harus belajar pada Sang Brāhmaṇa maupun pada Sang Kṣatriya, dan hendaknya ia memberi kan sedekah pada saatnyawaktu persedekahan tiba, pada hari yang baik, hendaklah ia membagi-bagikan sedekah kepada semua orang yang meminta bantuan kepadanya dan taat mengadakan pemujaan terhadap tiga api suci yang disebut Tri Agni. Yaitu tiga api suci yang perinciannya adalah: Ahawania, Grehaspatya dan Citagni. Ahawania artinya api tukang masak untuk memasak makanan, Grehaspatya artinya api untuk upacara perkawinan, inilah api yang dipakai pada waktu perkawinan sebagai api yang berfungsi sebagai saksi dalam perkawinan, Citagni artinya api untuk membakar mayat itulah api yang disebut tri agni, ketiga api inilah yang harus dihormati dan dipuja oleh Sang Waisya, perbuatannya itu akan mengantarkan ia kelak ke surga. Keterangan Sarasamuccaya ini seperti berbeda dengan keterangan pustaka- pustaka suci Hindu di atas, namun kalau direnungkan lebih mendalam tidak ada perbedaan yang bersifat prinsip. Cuma keterangan Sarasamuccaya ini sedikit menambahkan bahwa seorang Waisya dalam fungsinya sebagai pengatur ekonomi tidak boleh lepas dengan prinsip agama dan prinsip spiritual. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa sistem ekonomi Hindu, adalah ekonomi yang menyejajarkan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Dari seluruh keterangan di depan, maka seluruh kewajiban Varna Waisya cukup jelas yaitu berperan dalam mewujudkan kemakmuran ekonomi. Keterangan ini sangat erat hubungannya dengan keter angan Chandra Prakash Bhambhri bahwa salah satu tugas atau lapangan Dkamuniti adalah mewujudkan kemakmuran yang disebut dengan istilah Vartta. Vartta ini meliputi tiga unsur pokok yaitu: pertanian agricultural, peternakan cattle breading, dan perdagangan trade. Resi Kautilya menyebutkan istilah Krsi, Raksya, dan Wanijyam. Jadi, jika disimpulkan, tugas Varna Waisya adalah untuk kemakmu ran negara. Tugas-tugas mereka terutama mengusahakan pertanian, peternakan, dan perdagangan. Waisya harus mengetahui dan mengatur harga barang-barang terutama barang-barang yang merupakan kebutu han pokok. Mereka harus mahir bercocok tanam, harus tahu soal-soal keadaan tanah di seluruh daerah, apakah tanah itu subur atau tidak, tanaman apa yang cocok untuk ditanam di masing-masing daerah. Mereka harus mahir dalam seluk beluk timbangan dan barang-barang yang paling banyak mendatangkan keuntungan. Waisya harus mahir dalam bidang peternakan. Mereka harus selalu Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 197 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | berdana punia pada golongan Brāhmaṇa dan membiyayai pendirian tempat-tempat ibadah. Jadi Varna Waisya adalah golongan fungsional yang setiap orang memiliki watak tekun, terampil, hemat, cermat dan keahlian serta bakat kelahirannya untuk menyelenggarakan kemakmuran masyarakat, negara, dan kemanusiaan.

4. Kewajiban Varna Śudra