121 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |
9 Phala buah perbuatan 10 Dụka penderitaan
11 Apavarga bebas dari penderitaan
Sumber: www.kamat.com
Gambar 4.3 Rsi Kaṇāda.
Di samping oleh Rṣi Vāstsyāna yang mengomentari Nyāya Sūtra dengan karyanya yang berjudul Nyāya
Bhāsya, Śrikaṇ̣ha menulis Nyāya-laṇkara, Jayanta menulis Nyāya-mañjari, Govardhana menulis
Nyāya-Bhodhini dan Vācaspati Miśra menulis Nyāya-Vaṛ̣ika-Tatparya-Tīkā. Selain itu Udayana
juga menulis sebuah buku yang disebut Nyāya- Kusumāñjali.
Seperti yang telah diketahui bahwa ilsafat Nyāya merupakan dasar dari semua pengantaran ajaran
ilsafat Sanskṛta. Nyāya juga merupakan rangkaian pendahuluan bagi seorang pelajar ilsafat, karena
tanpa pengetahuan tentang ilsafat Nyāya, kita tidak akan dapat memahami Brahma Sūtra dari Śri VyāṢaḍeva, karena ilsafat Nyāya
membantu untuk mengembangkan daya penalaran ataupun pembantahan, yang membuat kecerdasan bertambah tajam dan lembut guṇa pencarian ilsafat Vedāntik.
2. Vaiśeṣika Darśana
a. Pendiri dan Sumber Ajarannya
Vaiśeṣika yang merupakan salah satu aliran ilsafat India yang tergolong ke dalam Ṣaḍ Darśana agaknya lebih tua dibandingkan dengan ilsafat Nyāya. Vaiśeṣika
dan Nyāya Darśana bersesuaian dalam prinsip pokok mereka, seperti sifat-sifat dan hakikat Sang Diri dan teori atom alam semesta, dan dikatakan pula Vaiśeṣika
merupakan tambahan dari ilsafat Nyāya, yang memiliki analisis pengalaman sebagai objektif utamanya. Diawali dengan susunan pengamatan atas kategori-kategori
padārtha, yaitu perhitungan atau perumusan tentang sifat-sifat umum yang dapat dikenakan pada benda-benda yang ada di alam semesta ini, serta merumuskan
konsep-konsep umum yang berlaku pada benda-benda yang dikenal, baik melalui indra maupun melalui penyimpulan, perbandingan, dan otoritas tertinggi.
Sistem ilsafat Vaiśeṣika mengambil nama dari kata Viśesa yang artinya kekhususan, yang merupakan ciri-ciri pembeda dari benda-benda. Jadi ciri pokok permasalahan
yang diuraikan didalamnya adalah kekhususan padārtha atau kategori-kategori yang nantinya akan disebutkan secara lebih terperinci. Vaiśeṣika muncul pada abad ke-4
SM, dengan tokohnya Rṣi Kaṇāda, yang juga dikenal sebagai Rṣi Ūluka, sehingga sistem ini juga dikenal sebagai Aūlukya Darśana dan juga dengan nama Kaśyapa dan
dianggap seorang Deva-ṛṣi. Kata Ūluka artinya burung hantu. Dalam buku karyanya Vaiśeṣika-Sūtra yang terdiri atas 10 bab, Rṣi Kaṇāda
menguraikan berbagai permasalahan pada setiap bab sebagai berikut:
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
122 |
Kelas X SMASMK
1 Pada bab I berisi keseluruhan kelompok padārtha atau kategori-kategori yang dapat dinyatakan.
2 Pada bab II berisi penetapan tentang benda-benda 3 Pada bab III berisi uraian tentang Jīva dan indra dalam
4 Pada bab IV berisi uraian tentang badan dan bahan penyusunnya 5 Pada bab V berisi tentang Karma atau kegiatan
6 Pada bab VI berisi uaraian tentang Dharma atau kebajikan menurut kitab suci. 7 Pada bab VII berisi uraian tentang sifat-sifat dan Samavāya keterpaduan atau
saling berhubungan 8 Pada bab VIII berisi tentang wujud pengetahuan, sumbernya dan sebagainya
9 Pada bab IX berisi tentang pemahaman tertentu atau yang konkrit, dan 10 Pada bab X berisi uraian tentang perbedaan sifat dari Jīva.
Sistem ilsafat ini terutama dimaksudkan untuk menetapkan tentang Padārtha, tetapi Rsi Kanada membuka pokok permasalahan dengan sebuah pengamatan tentang
intisari dari Dharma, yang merupakan sumber dari pengetahuan inti dari Padārtha. Sūtra pertama berbunyi: ”Ytao bhyudayanihsreyasa siddhị sa dharmạ” artinya,
Dharma adalah yang memuliakan dan memberikan kebaikan tertinggi atau Moksa penghentian dari penderitaan.
b. Pokok-Pokok Ajaran