Sistem Filsafat Hindu Kelas10_pendidikan_agama_hindu_dan_budi_pekerti_buku_siswa_1715

113 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | Pemikiran tentang kematian selalu menjadi daya penggerak yang paling kuat dari ajaran agama dan kehidupan keagamaan. Manusia takut akan kematian dan tidak menginginkan untuk mati. Inilah yang merupakan titik awal dari ilsafat, karena ilsafat berusaha mencari dan menyelidikinya. Pemahaman yang jelas dari manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, merupakan masalah yang sangat penting bagi para pelajar ilsafat dan bagi para calon spiritual sādhaka sehingga berbagai aliran ilsafat dan bermacam-macam aliran kepercayaan keagamaan yang berbeda telah muncul dan berkembang dalam kehidupan umat manusia. Filsafat Hindu bukan hanya merupakan spekulasi atau dugaan belaka, namun ia memiliki nilai yang sangat luhur, mulia, khas, dan sistematis yang didasarkan atas pengalaman spiritual mistis yang dikenal sebagai Aparokṣa Anubhūti. Para pengamat spiritual, para orang bijak, dan para Ṛṣi yang telah mengarahkan persepsi intuitif dari kebenaran adalah para pendiri dari berbagai sistem ilsafat yang berbeda-beda, yang secara langsung maupun tidak langsung mendasarkan semuanya pada Veda. Mereka yang telah mempelajari kitab-kitab Upaniṣad secara tekun dan hati-hati akan menemukan keselarasan antara wahyu-wahyu Śruti dengan kesimpulan ilsafat. Ṣaḍ Darśana yang merupakan enam sistem ilsafat Hindu merupakan enam sarana pengajaran yang benar atau enam cara pembuktian kebenaran. Masing-masing kelompok Darśana telah mengembangkan, mensistematisir serta menghubungkan berbagai bagian dari Veda, dengan caranya masing-masing, sehingga masing-masing kelompok tersebut memiliki seorang atau beberapa orang Sūtrakāra, yaitu penyusun doktrin-doktrin dalam ungkapan-ungkapan pendek aphorisma yang disebut Sūtra. Uji Kompetensi 1. Apa yang dimaksud dengan Darśana? 2. Sebutkan dan jelaskanlah istilah lain dari Darśana 3. Filsafat merupakan pencarian rasional ke dalam sifat kebenaran atau realitas. Jelaskanlah maksud dari kalimat tersebut

B. Sistem Filsafat Hindu

Renungan Ilmu pengetahuan adalah satu nilai yang sudah konprehensif, sistematis, dan koheren bahkan sampai terkesan teoritis. Jika kita ingin menganalisis lebih dalam, ilmu pengetahuan sudah menjadi satu kebutuhan bagi manusia. Mau tidak mau, sebenarnya kita sudah dijejali ilmu pengetahuan dari sekolah dasar hingga perkuliahan, tetapi ilmu pengetahuan tidak hanya ada di bangku pendidikan saja. Jika pandangan kita tentang ilmu pengetahuan hanya berorientasi pada akademik, maka pandangan kita masih terlalu sempit untuk mendeinisikan ilmu pengetahuan. Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 114 | Kelas X SMASMK Dari aspek historis, ilmu-ilmu terapan sebenarnya jauh lebih tua dibandingkan dengn ilmu-ilmu apriori dan aposteriori. Penerapan tertua misalnya, seleksi antara tumbuhan dan hewan yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai obat herbal, atau yang mengandung racun, pertukaran musim yang dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan pertanian, dll. Namun yang menjadikan suatu pengetahuan sebagai ilmiah bukannya pengetahuan itu dapat diterapkan, melainkan karena sifatnya sebagai hasil pemahaman secara teoritis. Pada abad 15 ilmu pengetahuan semakin matang. Penggabungan pola pikir apriori dan aposteriori menjadi metode ilmiah, dan disitulah asal mula zaman Renaisans dan Humanisme. Manusia dilihat sebagai pribadi individual dan yang berkuasa baik dari aspek kesenian, politik, ilsafat, agama, gerakan-gerakan anti agama, teknik, dll. Memahami Teks Istilah Nawadarśana sebenarnya adalah penggabungan Ṣaḍ Darśana dengan ilsafat Nāstika yaitu aliran ilsafat yang tidak mengakui otoritas Veda sehingga disebut ilsafat heterodox. Ada tiga aliran besar dalam Nāstika, sebagai berikut: 1 Aliran ilsafat materialistis dari Cārvāka Cārvāka tidak pernah percaya kepada surga, neraka, dan terhadap Tuhan yang menciptakan alam semesta, karena itu aliran ini bersifat atheis. Cārvāka menitikberatkan untuk mencari kesenangan duniawi saja. Ada dua jenis pengikut Cārvāka, yaitu Dhūrta licik dan tidak terpelajar dan Suśikṣita terpelajar. Salah satu pengikut Suśikṣita yang terkenal adalah Vātsyāna yang terkenal dengan bukunya Kāmasūtra. 2 Aliran ilsafat Jaina Aliran Jaina artinya memperoleh kemenangan dalam menghadapi tantangan duniawi. Pendiri aliran ini adalah Mahāvīra yang nama aslinya Vardhamāna. Aliran ilsafat ini bersifat atheis yang percaya seseorang dapat mencapai kebebasan rohani seperti guru mereka. Ada dua golongan Jaina, yaitu Digambara golongan yang sangat fanatik dan bahkan telanjang bulat dan Śvetāmbara golongan yang lebih moderat, menggunakan pakaian serba putih. Bisa dikatakan ilsafat Jaina bersifat pragmatis realistis. 3 Aliran ilsafat Buddha Filsafat Buddha didirikan oleh pengikut Sang Buddha, Siddhārtha Gautama dan dinasti Sakya. Ajaran ilsafat Buddha meliputi Catur Ārya Satyani empat kebenaran mulia, Pratitya Samut Pada dua belas hal yang menyebabkan penderitaan dan Aṣ̣a Mārga delapan jalan yang benar Enam ilsafat Hindu yang dikenal dengan Ṣaḍ Darśana adalah enam sistem ilsafat orthodox yang merupakan enam cara mencari kebenaran, yaitu Nyāyā, Sāṁkya, Yoga, Vaisiseka, Mīmāmsā dan Vedānta. Di samping enam Darśana pokok awal yang termasuk zaman Sūtra- sūtra juga terdapat beberapa Darśana yang termasuk zaman Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 115 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | skolastik, yaitu Dvaita, Viśiṣtādvaita dan Advaita. Kesemua sistem ilsafat tersebut mendasarkan ajarannya kepada Veda baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga disebut juga sebagai Astika. Gambar 1 Diagram Filsafat Hindu FILSAFAT TATTVA HINDU ASTIKA NASTIKA Langsung Tidak Langsung Carvaka Jaina Sāṁkhya Yoga Nyāya Vaiśeṣika Mīmāmsā Advaita Vedānta Vasitvadvaita Dvaita Buddha Enam aliran ilsafat sebagaimana dalam peta di atas, secara langsung berasal dari kitab-kitab Veda sehingga merupakan enam buah jalan berbeda menuju sebuah kota di mana untuk mencapai kota tersebut dapat ditempuh dengan melewati salah satu jalan tersebut. Demikian pula dengan keenam aliran pemikiran yang merupakan metode atau cara pendekatan yang berbeda-beda menuju Tuhan untuk menyesuaikan dengan temperamen, kemampuan, dan kualitas mental orang yang berbeda-beda pula, tetapi kesemuanya itu memiliki satu tujuan, yaitu menghilangkan ketidaktahuan dan pengaruh-pengaruhnya berupa penderitaan dan duka cita, serta pencapaian kebebasan, kesempurnaan, kekekalan dan kebahagiaan abadi dengan penyatuan dari jiwa pribadi Jīvātman dengan Jīvā Tertinggi Paramātman. Enam aliran ilsafat tersebut dibagi lagi menjadi 5 kelompok yang saling berpasangan dan saling menunjang, yaitu Nyāya dengan Vaiśeṣika, Sāṁkhya dengan Yoga, Mīmāmsā dengan Vedānta. 1. Nyāya Darśana diajarkan oleh Rṣi Gautaman. 2. Vaiśeṣika Darśana diajarkan oleh Rṣi Kaṇāda. 3. Sāṁkhya Darśana diajarkan oleh Kapila Muni. 4. Yoga Darśana diajarkan oleh Mahārṣi Patañjali berdasarkan ajaran dari guru beliau yang bernama Gauḍāpa dan menyusun Yoga Sūtra yang merupakan acuan tentang Rāja Yoga. 5. Mīmāmsā Darśana diajarkan oleh Jaimini yang merupakan murid dari Vyāsa berdasarkan pada bagian ritual kitab Veda. 6. Vedānta atau Brāhma-Sūtra diajarkan oleh Mahārṣi Bādarāyana atau Vyāsa. Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 116 | Kelas X SMASMK Nyāya dengan Vaiśeṣika akan memberikan suatu analisis tentang dunia empiris dunia pengalaman, yang mengatur segala benda-benda dunia ke dalam jenis-jenis atau katagori tertentu Padārtha. Ia menjelaskan bagaimana Tuhan telah membuat semua dunia material yang berasal dari atom-atom dan molekul, serta menunjukkan cara untuk mencapai pengetahuan tentang Tuhan. Sāṁkhya Darśana akan memberikan pengetahuan yang dalam tentang psikologi Hindu, karena Kapila Muni merupakan Bapak Psikologi. Yoga berurusan dengan masalah pengendalian Vṛtti atau gejolak pemikiran dengan meditasi. Sistem Yoga menunjukkan cara mendisiplinkan pikiran dan indra-indra dan membantu untuk mengusahakan konsentrasi serta memusatkan pikiran dan memasuki Nirvikalpa Samādhi atau keadaan supra saḍar transenden. Pūrva Mīmāmsā berurusan dengan masalah Karma-Kāṇḍa. Uttara-Mīmāmsā juga dikenal sebagai Vedānta Darśana, yang merupakan dasar dari Hinduisme. Filsafat Vedānta menjelaskan secara rinci sifat dari Brahman atau Keberadaan Abadi dan menunjukkan bahwa pada intinya jiwa pribadi identik dengan Sang Diri Tertinggi. Ia juga memberikan cara untuk melepas Avidyā atau tirai kebodohan untuk menggabungkan diri dalam samudra kebahagiaan atau Brahman. Nyāya menyebut ketidaktahuan atau kebodohan itu dengan Mithya Jñāna, atau pengetahuan palsu, Sāṁkhya menyebut dengan Aviveka, yaitu tiada perbedaan antara yang nyata dengan yang tidak nyata, sedangkan Vedānta menamakannya Avidyā, atau kebodohan. Masing- masing ilsafat mengarahkan pembinasaan kebodohan tersebut dengan pengetahuan atau Jñāna, sehingga seseorang dapat mencapai kebahagiaan abadi atau kekekalan. Dengan mempelajari Nyāya atau Vaiśeṣika, seseorang belajar mengguṇakan kecerdasannya untuk menemukan kekeliruan dan untuk mengetahui susunan material dari alam semesta ini. Dengan mempelajari ilsafat Sāṁkhya seseorang dapat memahami penyebab evolusi dan dengan mempelajari dan melaksanakan Yoga, seseorang mendapatkan cara pengendalian diri dan memperoleh penguasaan terhadap pikiran dan indra. Dengan melaksanakan ajaran Vedānta seseorang mencapai anak tangga tertinggi dari tangga spiritual, bersatu dengan Keberadaan Tertinggi, dengan menghancurkan kebodohan Avidyā. Vedānta merupakan sistem ilsafat yang dikembangkan dari kitab-kitab Upaniṣad dan telah mendesak sistem ilsafat lainnya. Sistem ilsafat Mīmāmsā lebih menekankan masalah ritual atau Karma-Kāṇḍa, yang menurut ilsafat ini merupakan keseluruhan dari Veda sedangkan Upāsana pemujaan dan Jñāna pengetahuan hanyalah merupakan tambahan terhadap Karma. Pandangan ini disangkal oleh aliran ilsafat Vedānta yang menyatakan bahwa realisasi diri Jñāna adalah yang terpenting, sedangkan ritual dan pemujaan merupakan tambahan saja. Karma akan membawa seseorang ke surga, yang merupakan tempat sementara dari pahala kenikmatan duniawi. Diunduh dari http:bse.kemdikbud.go.id 117 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |

C. Sad Darśana