Aktinomisetes Mikroorganisme aktinomisetes, bakteri dan fungi

Bakteri berperan sebagai penginisiasi proses dekomposisi senyawa-senyawa menjadi bentuk yang lebih sederhana. Fungi dan aktinomisetes berkemampuan mendekomposisi bahan yang sulit terurai Graves et al., 2000 dalam Sulistyawati dkk., 2008. Jenis mikroorganisme yang terlibat dalam proses vermicomposting tergantung pada kondisi lingkungan, di bawah kondisi aerobik termasuk fungi, aktinomisetes dan bakteri dan di bawah kondisi anaerobik hampir secara khusus Lynd et al., 2002 dalam Aira et al., 2006.

a. Aktinomisetes

Berdasarkan klasifikasinya, Actinomycetes termasuk kelas Schizomycetes, ordo Actinomycetales yang dikelompokkan menjadi empat familia, yaitu: Mycobacteriaceae, Actinomycetaeceae, Streptomyceae, dan Actinoplanaceae. Genus yang paling banyak dijumpai adalah Streptomyces hampir 70, Nocardia, dan Micronospora. Koloni Actinomycetes muncul perlahan, menunjukkan konsistensi berbubuk dan melekat erat pada permukaaan media. Pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan adanya miselium ramping bersel satu yang bercabang membentuk spora aseksual untuk perkembangbiakannya Lechevalier dan Lechevalier, 1967; Nonomura dan Ohara, 1971a dalam Kanti 2005. Aktinomisetes adalah bakteri yang mirip jamur, memiliki miselia mirip jamur tatapi hifa aktinomisetes jauh lebih kecil dibandingkan hifa jamur, berukuran panjang 10-15µm dan diameter 0,5-1µm. Komposisi dinding sel aktinomisetes sesuai dengan kriteria bakteri gram positif. Aktinomisetes bukan organisme fotosintesis tetapi organisme yang tumbuh melalui dekomposisi bahan organik. Pertumbuhan aktinomisetes tanah terjadi dari hypal apices dengan cabang reguler yang terjadi dibalik apices utama dari hifa. Aktinomisetes menghasilkan spora reproduktif yang kurang resisten terhadap lingkungan dibandingkan dengan endospora bakteri. Spora aktinomisetes dihasilkan pada aerial_sporophores yang dapat dibedakan dengan hifa substrat atau miselium vegetatif. Aktinomisetes banyak dijumpai dalam tanah, kompos, lumpur sungai dan dasar danau. Jumlahnya kedua terbanyak setelah bakteri 10 5 -10 8 g -1 Handayanto dan Hairiah, 2007. Hampir semua aktinomisetes memerlukan O 2 untuk pertumbuhannya, kecuali beberapa spesies yang bersifat mikroaerofilik dan kapnofilik O 2 rendah, CO 2 tinggi misalnya Actinomyces, Agromyces, Micromonospora. Pada umumnya aktinomisetes tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah basah. Aktinomisetes lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih panas dibandingkan bakteri. Pertumbuhan terhambat pada temperatur 5ºC, temperatur optimum untuk pertumbuhan aktinomisetes adalah 28-37ºC. Namun demikian, ada juga aktinomisetes termofilik yang dapat tumbuh pada temperatur 55-65ºC pada timbunan kompos. Aktinomisetes dapat tumbuh pada kisaran pH 4-10, tetapi pada pH 5, populasi aktinomisetes 1 dari populasi mikroorganisme. Aktinomisetes tidak toleran asam tetapi toleran pada kondisi basa. Sebagian besar aktinomisetes dalam tanah adalah saprofit yang hidup bebas, dapat melapukkan berbagai macam substrat karbon dalam bentuk polimer yang resisten seperti khitin, selulosa dan hemiselulosa. Aktinomisetes mempunyai peranan yang penting pada pH tinggi. Pada pH netral atau asam proses pelapukan ini umumya dilakukan oleh bakteri dan jamur Handayanto dan Hairiah, 2007. Aktinomisetes tidak toleran terhadap asam dan jumlahnya menurun pada pH 5,0. Rentang pH yang paling cocok antara 6,5-8,0. Aktinomisetes dapat menyerang lignin dan mengubahnya menjadi senyawa sederhana dan berperan dalam mineralisasi nitrogen Hakim dkk., 1986. Aktinomisetes juga mampu mendegradasi polimer selulosa namun dengan kemampuan yang lebih rendah dibandingkan fungi Saraswati dkk., 2006. Beberapa aktinomisetes penting dalam tanah : Rhodococcus, Nocardia, Frankia, Streptomyces Handayanto dan Hairiah, 2007.

b. Bakteri