Limbah Padat Organik PERUBAHAN POPULASI MIKROORGANISME SELAMA VERMICOMPOSTING BERBAGAI LIMBAH PADAT ORGANIK

dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara- hara mineral yang esensial bagi tanaman.

A. Limbah Padat Organik

Limbah merupakan hasil sampingan dari suatu proses produksi yang mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan baik limbah padat, cair dan gas. Limbah padat yang juga tergolong sebagai bahan organik apabila dikelola dengan baik masih dapat memberikan manfaat. Bahan organik yang dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik dapat berasal dari limbah hasil pertanian dan non pertanian limbah kota dan limbah industri Kurnia et al., 2001 dalam Setyorini dkk., 2006. Dari hasil pertanian antara lain berupa sisa tanaman jerami dan brangkasan, sisa hasil pertanian sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu dan belotong, pupuk kandang kotoran sapi, kerbau, ayam, itik dan kuda, dan pupuk hijau. Limbah kota atau sampah organik kota biasanya dikumpulkan dari pasar-pasar atau sampah rumah tangga dari daerah pemukiman serta taman-taman kota. Proses perombakan bahan organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif lama, hal ini dikarenakan berhubungan dengan kandungan senyawa dan sumber bahan organik tersebut. Tingkat kecepatan dekomposisi bahan organik ditentukan oleh perbandingan rasio CN. Rasio CN merupakan perbandingan antara karbon C dan nitrogen N. Prinsip pengomposan adalah menurunkan rasio CN bahan organik hingga sama dengan CN tanah. Namun pada umumnya bahan organik segar mempunyai rasio CN tinggi: jerami padi 50-70, dedaunan tanaman 50-60, kayu-kayuan 400 dan lain-lain Setyorini dkk., 2006. Beberapa jenis bahan organik atau limbah hasil pertanian memiliki perbedaan dalam komposisi atau susunan jaringan penyusunnya tergantung sumber bahan organik tersebut. Sumber dan komposisi bahan organik sangat menentukan kecepatan dekomposisi dan senyawa yang dihasilkannya. Soepardi 1983 mengungkapkan senyawa-senyawa yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan diklasifikasikan menurut tingkat mudah tidaknya senyawa tersebut dilapuk. Urutan tingkat cepat dilapuk hingga lambat dilapuk yaitu : 1. Gula, zat pati dan protein sederhana. 2. Protein kasar. 3. Hemiselulosa. 4. Selulosa. 5. Lignin, lemak, waks dan lain-lain. Menurut Sutanto 2002 kemungkinan sumber bahan dasar kompos mengandung selulose 15-60, hemiselulose 10-30, lignin 5-30, protein 5-40, bahan mineral abu 3-5, disamping itu terdapat bahan larut panas dan dingin gula, pati, asam amino, urea, garam amonium sebanyak 2-30 dan 1-15 lemak larut eter dan alkohol, minyak lilin.

B. Vermicomposting