D.  Pelaksanaan  Percobaan
1.  Kadar air masing-masing limbah diukur untuk 1,5 kg bobot kering oven BKO. Perhitungan kadar air didapat dengan cara menimbang 5 g bobot
basah limbah kemudian dimasukkan dalam oven selama 2-3 hari pada suhu 70° C sehingga didapatkan bobot kering ovennya.
Kadar air = Bobot basah – bobot kering oven x 100
Bobot basah 2.  Sebanyak 1,5 kg limbah organik masing-masing: limbah pasar Pasir Gintung
L
1
, serasah dedaunan di lingkungan FP Unila L
2
, dan jerami padi L
3
dimasukkan ke dalam bakul. 3.  Untuk mempermudah proses dekomposisi limbah padat organik yang berasal
dari sampah pasar, serasah dedaunan dan jerami padi dipotong hingga berukuran ± 3 cm.
4.  Sebanyak 10 ww kotoran sapi dicampurkan ke dalam masing-masing limbah organik sebagai starter untuk pakan cacing tanah dan kapur 5 g
CaCO
3
kg
-1
limbah organik diberikan sesuai perlakuan. Kemudian dilakukan pengukuran suhu.
5.  Setelah suhu media mendekati 30°C, sejumlah 25 ekor cacing dewasa E. fetida dan L. rubellus dimasukkan ke dalam bakul yang telah berisi limbah
organik sesuai dengan perlakuan yang diterapkan. Kelembaban bahan kompos diusahakan sekitar 50-60 dengan cara menambahkan air secara
periodik setiap minggu.
6.  Bahan kompos yang sudah diperlakukan diinkubasi di tempat gelap, dengan cara menutup bakul-bakul tersebut dengan plastik selama 60 hari.
7.  Selama masa inkubasi dilakukan pengukuran suhu setiap hari dengan menggunakan termometer dan setiap satu minggu sekali dilakukan penyiraman
dan pembalikan kompos menggunakan tangan serta dilakukan pengukuran pH.
8.  Populasi mikroorganisme bakteri, fungi dan aktinomisetes dihitung dengan metode cawan agar, dengan pembuatan seri pengenceran dan pembuatan media
biakan Anas, 1989. a.  Pembuatan seri pengenceran:
a  Larutan fisiologi dibuat dengan cara melarutkan 8,5 g NaCl dalam 1 L air.
b  Selanjutnya disiapkan labu erlenmeyer berukuran 250 mL sebanyak 1 buah, dan tabung reaksi sebanyak 8 buah.
c  Sebanyak 9 mL larutan fisiologis dimasukkan kedalam erlenmeyer dan 9 mL larutan fisiologis dimasukkan kedalam tabung reaksi.
d  Labu  erlenmeyer  dan  tabung  reaksi  ditutup  dengan  kapas  dan alumunium foil.
e  Sterilisasi basah dilakukan dengan menggunakan autoclave tekanan 1 atm selama 2 jam.
f  Setelah  sterilisasi  selesai,  lakukan  pengenceran  kompos  dengan  cara memasukkan 1 g kompos kedalam 9 mL larutan fisiologi pengenceran
10
-1
.
g  Pengenceran dilakukan sampai dengan 10
-9
dengan cara memipet 1 mL dari pengenceran 10
-1
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml  larutan  fisiologis
pengenceran  10
-2
sampai  dengan  diperoleh pengenceran 10
-9
. b.  Pembuatan media biakan:
a  Untuk menumbuhkan bakteri digunakan media nutrient agar NA. b  Pembuatan media NA dilakukan dengan cara melarutkan 28 g NA ke
dalam  1000  mL  aquades  lalu  disterilkan  menggunakan  autoclave selama ± 15 menit pada tekanan 1 atm dan suhu 120 ° C.
c  Setelah  sterilisasi  dilakukan,  sebanyak  10-15  mL  medium  biakan dituangkan  ke  dalam  petridis  yang  telah  berisi  1  mL  larutan  kompos
dari seri pengenceran 10
-4
, 10
-5
, 10
-6
. d  Apabila medium telah padat, petridis dibalik dengan tujuan agar tidak
ada uap air yang jatuh ke media. e  Media diinkubasi pada inkubator selama 3 hari.
f  Koloni bakteri yang tumbuh dihitung dengan menggunakan QCC. g  Pengamatan fungi dan aktinomisetes menggunakan metode yang sama,
pembedanya adalah medium tumbuhnya dan lama inkubasi. h  Untuk fungi media yang digunakan adalah potato dextrosa agar PDA
+ streptomisin dan digunakan seri pengenceran 10
-3
, 10
-4
, 10
-5
dengan lama inkubasi 7 hari.
i  Untuk  aktinomisetes  media  tumbuh  yang  digunakan  adalah  nitrat dekstrosa NDA + streptomisin dan seri pengenceran yang digunakan
adalah 10
-3
, 10
-4
, 10
-5
dengan lama inkubasi 7 hari.
E.  Pengamatan Percobaan