Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat PH 4,4-Metanol Pada Penetapan Kadar Campuran Amoksisilin Dan Kalium Klavulanat Dalam Tablet Secara Simultan Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

(1)

OPTIMASI FASE GERAK DAPAR FOSFAT

PH 4,4–METANOL PADA PENETAPAN KADAR

CAMPURAN AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT

DALAM TABLET SECARA SIMULTAN DENGAN

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

SKRIPSI

OLEH : ALFAN MARTINA

NIM 060804051

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

OPTIMASI FASE GERAK DAPAR FOSFAT

PH 4,4–METANOL PADA PENETAPAN KADAR

CAMPURAN AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT

DALAM TABLET SECARA SIMULTAN DENGAN

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH : ALFAN MARTINA

NIM 060804051

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

L

OPTIMASI FASE GERAK DAPAR FOSFAT PH 4,4–METANOL PADA PENETAPAN KADAR CAMPURAN AMOKSISILIN DAN KALIUM

KLAVULANAT DALAM TABLET SECARA SIMULTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

Oleh

ALFAN MARTINA NIM 060804051

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal:...

Pembimbing I,

(Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.) NIP. 195006221980021001 Pembimbing II,

(Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.) NIP. 195201041980031002

Panitia penguji,

(Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.) NIP. 194908111976031001

(Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt.) NIP. 195006221980021001

(Drs. Syafruddin, MS., Apt.) NIP. 194811111976031003

(Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt.) NIP. 194907061980021001

Medan, ... 200... Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt.) NIP. 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Optimasi

Fase Gerak Dapar Fosfat pH 4,4-Metanol pada Penetapan Kadar Campuran Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Tablet secara Simultan dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)” sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

KCKT merupakan metode yang paling umum digunakan untuk penetapan kadar campuran senyawa kimia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimal metode KCKT dalam penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet. Kombinasi obat ini sering digunakan untuk mengobati penyakit infeksi oleh β-laktmase. Hasil optimasi menunjukkan perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol 91:9 dengan laju alir 2 memberikan komdisi yang optimal. Hendaknya hasil penelitian ini menjadi masukan kepada industri obat tentang penetapan kadar campuran amokisilin dan kalium klavulanat dalam tablet secara KCKT.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt. dan Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua, Ayahhanda Ham Hui Kock dan Ibunda Ng Lian Sin tercinta, serta abang dan kakak atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Desember 2009 Penulis,


(5)

OPTIMASI FASE GERAK DAPAR FOSFAT

PH 4,4–METANOL PADA PENETAPAN KADAR

CAMPURAN AMOKSISILIN DAN KALIUM KLAVULANAT

DALAM TABLET SECARA SIMULTAN DENGAN METODE

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

ABSTRAK

Obat dalam bentuk kombinasi sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk diantaranya penyakit infeksi. Kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat merupakan kombinasi antibakteri yang terdiri dari antibiotik β-laktam amoksisilin dan penghambat β-laktamase kalium klavulanat. Kombinasi ini diberikan untuk mengatasi resistensi β-laktam. Obat ini dapat dianalisis secara serempak (simultan) menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Untuk mendapatkan hasil analisis yang baik, maka perlu dilakukan optimasi terhadap metode KCKT yang digunakan. Adapun optimasi yang paling sederhana dan sering dilakukan yaitu terhadap perbandingan fase gerak dan laju alir.

Analisis menggunakan kolom Shim-pack VP-ODS (4,6 mm x 25 cm), detektor UV λ = 220 nm. Optimasi dilakukan terhadap perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol dengan perbandingan 98:2, 96:4, 94:6, 92:8, 91:9, dan 90:10. Dari hasil penelitian diperoleh perbandingan fase gerak yang terbaik adalah 91:9. Kemudian dengan perbandingan fase gerak yang terpilih dilakukan optimasi laju alir dari 1,0 ml/menit, 1,2 ml/menit, 1,4 ml/menit, 1,5 ml/menit, 1,6 ml/menit, 1,8 ml/menit, dan 2,0 ml/menit. Dari hasil optimasi diperoleh laju alir 2,0 ml/menit memberikan hasil yang terbaik dengan waktu tambat 3,9 menit untuk amoksisilin dan 2,5 menit untuk kalium klavulanat; resolusi 3,88; theoretical plate 1407 untuk amoksisilin dan 1346 untuk kalium klavulanat.

KCKT memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode analisis lainnya, diantaranya kolom dapat digunakan kembali, memiliki berbagai jenis detektor, waktu analisis umumnya relatif singkat, ketepatan dan ketelitian relatif tinggi serta dapat digunakan untuk menganalisis kebanyakan senyawa kimia.

Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara luas puncak dengan konsentrasi, untuk amoksisilin pada konsentrasi 100 sampai 1250 g/ml dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi

146176,518 3X

14997,2615

Y= + ; untuk kalium klavulanat pada konsentrasi 50 sampai 500 g/ml dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 dan persamaan regresi

4 68440,9270 9X

17320,2392


(6)

Uji validasi yang dilakukan terhadap tablet generik (PT Indofarma), untuk amoksisilin diperoleh % recovery = 99,09%, simpangan baku relatif (RSD) = 0,21% dan untuk kalium klavulanat diperoleh % recovery = 99,71%, simpangan baku relatif (RSD) = 0,98%. Hasil ini menunjukkan metode KCKT yang digunakan memenuhi persyarat akurasi dan presisi. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) untuk amoksisilin berturut-turut adalah 34,23 mcg/ml dan 103,74 mcg/ml dan untuk kalium klavulanat adalah 8,83 mcg/ml dan 26,75 mcg/ml.

Hasil penetapan kadar kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat secara simultan memenuhi syarat USP XXX (2007).

.

Kata kunci : amoksisilin, kalium klavulanat, simultan, kromatografi cair kinerja tinggi, fase gerak, laju alir, validasi


(7)

OPTIMIZATION OF PHOSPHATE BUFFER PH 4,4–METHANOL AS MOBILE PHASE AND FLOW RATE OF THE SIMULTANEOUS

DETERMINATION OF AMOXICILLIN AND CLAVULANATE POTASSIUM MIXTURE IN TABLETS BY HIGH PERFORMANCE

LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC) ABSTRACT

Drug combinations are often used to treat any diseases, include bacterial infection. Combination of amoxicillin dan clavulanate potassium is antibiotic drug combination of the β-lactam antibiotic amoxicillin and the β-lactamase inhibitor clavulanate potassium. This combination is used to overcome β-lactam resistance. It can be analysed simultaneously by High-performance Liquid Chromatography (HPLC).

To get the optimum condition of analysis, it is important to optimization the HPLC method. The mobile phase composition and flow rate is the simplest and often be optimization.

The separation was achieved using the Shim-pack VP-ODS (4,6 mm x 25 cm), ultraviolet light detector at 220 nm, the mobile phase consisted of phosphate buffer pH 4,4 and methanol mixture. Optimization of mobile phase composition is determined from 98:2, 96:4, 94:6, 92:8, 91:9, and 90:10. Optimization result showed the best analysis condition was the mobile phase consisted of phosphate buffer pH 4,4-methanol 91:9. Optimization of flow rate with the best mobile phase is determined from 1,0 ml/minute, 1,2 ml/minute, 1,4 ml/minute, 1,5 ml/minute, 1,6 ml/minute, 1,8 ml/minute, and 2,0 ml/minute. The best analysis condition was the 2,0 ml/minute with retention time 3,9 minutes for amoxicillin and 2,6 minutes for clavulanate potasium; the resolution is 3,88; 1407 theoretical plates for amoksisilin and 1346 for clavulanate potassium.

Adventages of HPLC are the column can be reused, various detector, the shorter analysis time, the better accuracy and precision, and most material can be analysed by HPLC.

The determination of calibration curve linearity showed a linear correlation between the peak area versus concentration, for amoxicillin from 100 to 1250 g/ml with the correlation coefficient, r = 0.9999 and the regression Y =

146176,518 3X

14997,2615

Y= + ; for clavulanate potassium from 50 to 500 g/ml with the correlation coefficient, r = 0.9999 and the regression

4 68440,9270 9X

17320,2392

Y= + .

The validation test of Clavamox® tablet showed amoxicillin has percent recovery = 99,09 %, relative standard deviation (RSD) = 0,21 % and clavulanate potassium has percent recovery = 99,71 %, relative standard deviation (RSD) = 0,98 %. These result showed that HPLC method fulfilled the requirement of


(8)

of amoxicillin = 34,23 mcg/ml and 103,74 mcg/ml. Limit of detection (LOD) and limit of quantitation (LOQ) of clavulanate potassium = 8,83 mcg/ml and 26,75 mcg/ml.

The result of simultaneous determination of amoxicillin and cavulanate mixture in tablets fulfilled the requirement of the thirtieth edition United States Pharmacopoeia (2007).

Keywords : amoxicillin, clavulanate potassium, high performance liquid chromatography, mobile phase, flow rate, validation


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PANGANTAR... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Alat ... 21

3.2 Bahan ... 21

3.3 Sampel ... 22

3.4 Rancangan Penelitian ... 22

3.4.1 Penyiapan Bahan ... 22

3.4.1.1 Pembuatan Dapar Fosfat pH 4,4 ... 6

3.4.1.2 Pembuatan Pelarut ... 6

3.4.1.3 Pembuatan Fase Gerak Dapar Fosfat pH 4,4- Metanol ... 6

3.4.1.4 Pembuatan Larutan Induk Baku Amoksisilin ... 7

3.4.1.5 Pembuatan Larutan Induk Baku Kalium Klavulanat ... 7


(10)

3.4.2.1 Penyiapan Alat KCKT ... 7

3.4.2.2 Penentuan Komposisi Fase Gerak Dapar Fosfat pH 4,4 dan Laju Alir yang Optimum ... 8

3.4.2.3 Analisis Kualitatif ... 8

3.4.2.4 Analisis Kuantitatif ... 8

3.4.2.4.1 Penentuan Lineritas Kurva Kalibrasi Baku Pembanding Amoksisilin dan Kalium Klavulanat ... 8

3.4.2.4.2 Penetapan Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Sampel ... 9

3.4.2.5 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik . 10 3.4.3 Validasi Metode ... 11

3.4.3.1 Akurasi (Kecermatan) ... 11

3.4.3.2 Presisi (Keseksamaan) ... 11

3.4.3.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data hasil analisis amoksisilin dan kalium klavulanat baku pada berbagai perbandingan komposisi fase gerak dan

laju alir 2 ml/menit ... 15 Tabel 2. Data hasil analisis amoksisilin dan kalium klavulanat baku

pada berbagai laju alir dengan fase gerak fosfat pH 4,4-metanol (91:9) ... 16 Tabel 3. Hasil pengolahan data dari sediaan tablet campuran amoksisilin

dan kalium klavulanat ... 21 Tabel 4. Hasil penetapan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat

dalam berbagai sediaan tablet ... 22 Tabel 5. Data hasil pengujian akurasi dan presisi amoksisilin dengan

metode penambahan baku ... 23 Tabel 6. Data hasil pengujian akurasi dan presisi kalium klavulanat


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kromatogram identifikasi amoksisilin dan kalium klavulanat Baku sebelum dilakukan spiking (penambahan

baku) amoksisilin... 13 Gambar 2. Kromatogram identifikasi amoksisilin dan kalium

klavulanat baku setelah dilakukan spiking (penambahan

baku) amoksisilin... 14 Gambar 3. Kromatogram analisis campuran amoksisilin dan kalium

klavulanat dengan kolom Shim-pack VP-ODS, fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4–metanol (95:5) dan laju alir

2 ml/menit ... 14 Gambar 4. Kromatogram hasil analisis campuran amoksisilin dan kalium

klavulanat baku dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4–metanol (91:9) dan laju alir 2 ml/menit ... 17 Gambar 5. Kromatogram hasil analisis campuran amoksisilin dan kalium

klavulanat dalam tablet Clavamox dengan fase gerak dapar

fosfat pH 4,4–metanol (91:9) dan laju alir 2 ml/menit ... 18 Gambar 6. Kurva kalibrasi kalium klavulanat baku menggunakan KCKT

dengan kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (91:9) dan laju alir

2,0 ml/menit ... 19 Gambar 7. Kurva kalibrasi amoksisilin baku menggunakan KCKT dengan

kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (91:9) dan laju alir


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Gambar Instrumen KCKT dan Syringe 100 l ... 29 Lampiran 2. Gambar Perangkat Pendukung Penelitian Lainnya ... 30 Lampiran 3. Kromatogram Penyuntikan Amoksisilin dan Kalium Klavulanat

Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak Larutan Dapar Fosfat pH 4,4 dan Metanol yang Optimum untuk Analisis ... 31 Lampiran 4. Kromatogram Penyuntikan Amoksisilin dan Kalium Klavulanat

Baku dalam Upaya Mencari Laju Alir yang Optimum

untuk Analisis ... 34 Lampiran 5. Kromatogram Hasil Penyuntikan Larutan Amoksisilin dan

Kalium Klavulanat Baku pada Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 38 Lampiran 6. Perhitungan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Amoksisilin

dan Kalium Klavulanat yang Diperoleh dengan KCKT pada

Panjang Gelombang 220 nm ... 41 Lampiran 7. Kromatogram Hasil Penyuntikan Larutan Tablet Generik

(PT Indofarma) ... 45 Lampiran 8. Analisis Data secara Statistik untuk Mencari Kadar Amoksisilin

dan Kalium Klavulanat Sebenarnya dari Hasil Penyuntikan

Larutan Tablet Generik (PT Indofarma) ... 48 Lampiran 9. Kromatogram Hasil Penyuntikan Larutan Tablet Claneksi

(PT Sanbe) ... 52 Lampiran 10. Analisis Data secara Statistik untuk Mencari Kadar Amoksisilin

dan Kalium Klavulanat Sebenarnya dari Hasil Penyuntikan

Larutan Tablet Claneksi (PT Sanbe) ... 55 Lampiran 11. Kromatogram Hasil Penyuntikan Larutan Tablet Clavamox

(PT Kalbe Farma) ... 59 Lampiran 12. Analisis Data secara Statistik untuk Mencari Kadar Amoksisilin

dan Kalium Klavulanat Sebenarnya dari Hasil Penyuntikan


(14)

Lampiran 13. Kromatogram Hasil Penyuntikan Larutan Tablet Augmentin

(PT Glaxo Smithkline Beecham) ... 66

Lampiran 14. Analisis Data secara Statistik untuk Mencari Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat Sebenarnya dari Hasil Penyuntikan Larutan Tablet Augmentin (PT Glaxo Smithkline Beecham) ... 69

Lampiran 15. Kromatogram Hasil Perolehan Kembali Amoksisilin dan Kalium Klavulanat Baku yang Ditambahkan pada Tablet Generik (PT Indofarma) ... 73

Lampiran 16. Data Perolehan Kembali Amoksisilin dan Kalium Klavulanat Baku pada Tablet Generik (PT Indofarma) dengan metode Penambahan Baku ... 76

Lampiran 17. Contoh perhitungan persen perolehan kembali ... 77

Lampiran 18. Analisis Data secara Statistik dari Hasil Perolehan Kembali Amoksisilin dan Kalium Klavulanat Baku pada Tablet Generik (PT Indofarma) dengan Metode Penambahan Baku ... 79

Lampiran 19. Perhitungan Penetapan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 82

Lampiran 20. Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel ... 84

Lampiran 21. Tabel Hasil Analisa Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Sampel ... 85

Lampiran 22. Contoh perhitungan untuk mencari kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat ... 89

Lampiran 23. Daftar spesifikasi sampel ... 91

Lampiran 24. Sertifikat Analisis Amoksisilin BPFI ... 92

Lampiran 25. Sertifikat Analisis Kalium Klavulanat Baku ... 93

Lampiran 26. Sertifikat Analisis Amoksisilin Baku ... 94


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Obat dalam bentuk kombinasi sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk diantaranya penyakit infeksi. Kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat merupakan kombinasi antibakteri yang terdiri dari antibiotik β-laktam amoksisilin dan penghambat β-laktamase kalium klavulanat. Kombinasi ini diberikan untuk mengatasi resistensi β-laktam. Obat ini dapat dianalisis secara serempak (simultan) menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) (Borisy, 2003; Ahuja, 2006; Berry, 2005; Olano, 2007).

Untuk mendapatkan hasil analisis yang baik, maka perlu dilakukan optimasi. Optimasi metode KCKT dilakukan untuk mendapatkan pemisahan yang lebih baik, analisis lebih cepat, meningkatkan sensitifitas dan menghemat biaya. Optimasi dilakukan terhadap beberapa variabel diantaranya perbandingan fase gerak, kecepatan alir fase gerak, fase diam atau kolom. Adapun optimasi yang paling sederhana dan sering dilakukan yaitu terhadap perbandingan fase gerak dan laju alir (Kromidas, 2006).

Perubahan perbandingan fase gerak dan laju alir (flow rate) dapat mempengaruhi waktu analisis, tekanan, dan efisiensi kolom (Meyer, 2004; Ahuja and Dong, 2005; Synder, 1979).


(16)

Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2009 pasal 105 ayat 1 tentang kesehatan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku obat harus memenuhi syarat farmakope Indonesia atau buku standar lainnya.

Persyaratan kadar untuk sediaan tablet amoksisilin dan kalium klavulanat menurut USP XXX (United States Pharmacopoeia XXX) tahun 2007 yaitu mengandung amoksisilin, C16H19N3O5S, dan asam klavulanat, C8H9NO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Menurut USP XXX (2007), tablet campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dapat ditentukan kadarnya secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom L1 (oktadesil silana) 4 mm x 30 cm dengan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (95:5), laju alir (flow rate) 2,0 ml/menit, dan deteksi dilakukan pada panjang gelombang 220 nm.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan optimasi metode KCKT dengan kolom Shim-pack VP-ODS (4,6 mm x 25 cm). Optimasi dilakukan terhadap perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4–metanol dan laju alir. Kemudian perbandingan fase gerak dan laju alir yang terpilih digunakan untuk menetapkan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan yang tercantum dalam USP XXX (2007).

Metode KCKT mempunyai beberapa keuntungan dibanding metode analisis lain, diantaranya kolom dapat digunakan kembali, memiliki berbagai jenis detektor, waktu analisis umumnya relatif singkat, ketepatan dan ketelitian relatif


(17)

tinggi serta dapat digunakan untuk menganalisis kebanyakan senyawa kimia (Meyer, 2004).

Untuk memperoleh validitas metode ini, maka dilakukan uji akurasi yang

dinyatakan dalam persen perolehan kembali (% recovery) dan uji presisi yang dinyatakan dalam Relative Standart Deviation (RSD). Kemudian ditentukan batas deteksi (limit of detection) dan batas quantitasi (limit of quantitation) (Épshtein, 2004).

1.2 Perumusan Masalah

− Apakah fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol dapat memisahkan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet dengan metode KCKT?

− Berapakah perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol dan laju alir agar dapat menghasilkan pemisahan yang baik untuk campuran amoksisilin dan kalium klavulanat sesuai dengan kriteria harga resolusi tidak lebih kecil dari 3,5?

− Apakah kondisi optimal fase gerak dan laju alir yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis kuantitatif campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet dengan validasi metode yang memenuhi persyaratan?

1.3Hipotesis

− Metode KCKT dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol dapat memisahkan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet.


(18)

− Fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol pada perbandingan tertentu dan laju alir yang terpilih dapat memisahkan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat sesuai dengan persyaratan harga resolusi tidak lebih kecil dari 3,5.

− Kondisi optimal fase gerak dan laju alir yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis kuantitatif campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet dengan validasi metode yang memenuhi persyaratan.

1.4Tujuan penelitian

− Melakukan pemisahan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dengan metode KCKT meggunakan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol.

− Melakukan optimasi fase gerak sehingga didapatkan komposisi dapar fosfat pH 4,4-metanol dan laju alir yang optimal untuk pemisahan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat yang baik.

− Melakukan uji validasi terhadap metode KCKT pada kondisi optimal fase gerak dan laju alir yang terpilih.

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan kondisi optimal fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol dan laju alir yang terpilih dalam penelitian ini dapat digunakan oleh industri farmasi untuk analisis kuantitatif campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amoksisilin dan Kalium Klavulanat

Amoksisilin dan kalium klavulanat adalah kombinasi antibakteri oral yang terdiri dari antibiotik β-laktam amoksisilin dan penghambat β-laktamase kalium klavulanat. Kalium klavulanat melindungi amoksisilin agar tidak terhidrolisis oleh enzim β-laktamase sehingga dapat memperpanjang kerja amoksisilin (Berry, 2005).

Kombinasi amoksisilin dan kalium klavulanat lebih toksik daripada amoksisilin maupun kalium klavulanat yang diberikan secara tunggal. Kombinasi ini dapat menimbulkan gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, nyeri perut dan diare. Kelebihan dosis kombinasi ini dapat menyebabkan terjadinya hipersensitivitas neuromuskular dan ketidakseimbangan elektolit sehingga terjadi gangguan ginjal. Sedangkan pemberian pada dosis subterapi dapat menyebabkan resistensi (Caron, 1991; Methews, 1995).

2.1.1 Amoksisilin

Amoksisilin memiliki rumus molekul C16H19N3O5S.3H2O dengan berat molekul 419,45. Amoksisilin merupakan suatu senyawa obat dengan pemerian serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau, berasa pahit, dan tidak stabil pada temperatur di atas 37oC. Amosisilin sukar larut dalam air dan metanol (1 gram dalam 370 ml air atau dalam 2000 ml alkohol), tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetra klorida dan dalam kloroform (Ditjen POM, 1995; Gelone, 2005).


(20)

Gambar 1. Rumus bangun

amoksisilin

Gambar 2. Rumus bangun kalium

klavulanat

Amoksisilin merupakan antibiotik β-laktam berspektrum luas yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Amoksisilin dpat dirusak oleh β-laktamase sehingga amoksisilin tidak efektif untuk melawan bakteri yang memproduksi β-laktamase (Unal, 2008).

2.1.2 Kalium Klavulanat

Kalium klavulanat memiliki rumus molekul C8H8KNO5 dngan berat molekul 237,25. Kalium klavulanat merupakan suatu senyawa obat dengan pemerian serbuk putih, dan berasa pahit. Kalium klavulanat mudah larut dalam alkohol dan air (1 gram dalam 2,5 ml alkohol atau dalam 1 ml air) (USP XXX, 2007; Gelone, 2005).

Asam klavulanat merupakan metabolit yang dihasilkan oleh Streptomyces clavuligerus. Penelitian menunjukkan asam klavulanat bekerja sebagai bakterisida dan bekerja secara sinergis dengan penisilin melawan bakteri resisten-penisilin (Finlay, 2003; Boon, 1982).


(21)

2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metode kromatografi yang menggunakan suatu padatan, cairan, resin penukar ion (ion exchange resin) atau polimer berpori (porous polymer) pada kolom sebagai fase diamnya, sedangkan fase geraknya berupa suatu cairan yang melewati kolom pada tekanan tinggi (Hamilton and Sewell, 1977).

KCKT merupakan metode yang sering digunakan untuk menganalisis senyawa obat. KCKT dapat digunakan untuk pemeriksaan kemurnian bahan obat, pengawasan proses sintesis dan pengawasan mutu (quality control) (Ahuja, 2005).

2.3.1 Jenis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dapat dibagi menjadi beberapa metode, yakni: kromatografi fase normal (normal phase chromatography), kromatografi fase balik (reversed-phase chromatography), kromatografi penukar ion (ion-exchange chromatography) dan kromatografi eksklusi ukuran (size-exclusion chromatography) (Kazakevich, 2007).

Kromatografi fase balik merupakan kebalikan dari kromatografi fase normal. Kromatografi fase balik menggunakan fase diam yang bersifat hidrofobik, dan fase geraknya yang relatif lebih polar daripada fase diam. Fase diam yang populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18). Hampir 90 % senyawa kimia dapat dianalisis dengan kromatografi jenis ini (Meyer, 2004; Kazakevich, 2007).

2.3.2 Proses Pemisahan dalam Kolom KCKT

Pemisahan analit dalam kolom kromatografi berdasarkan pada aliran fase gerak yang membawa campuran analit melalui fase diam dan perbedaan interaksi


(22)

→ Fase gerak

→ Fase diam

Gambar 3. Ilustrasi proses pemisahan yang terjadi di dalam kolom KCKT. (sumber: Meyer, V.R. 2004. Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th Edition. St. Gallen: John Wiley & Sons, Ltd. Page

analit dengan permukaan fase diam sehingga terjadi perbedaan waktu perpindahan setiap komponen dalam campuran (Kazakevich, 2007).

Contohnya, campuran dua komponen dimasukkan ke dalam sistem kromatografi (partikel ● dan ▲) (Gambar 3a). Di mana komponen ▲ cenderung menetap di fase diam dan komponen ● lebih cenderung di dalam fase gerak (Gambar 3b). Masuknya eluen (fase gerak) yang baru ke dalam kolom akan menimbulkan kesetimbangan baru: molekul sampel dalam fase gerak diadsorpsi sebagian oleh permukaan fase diam berdasarkan pada koefisien distribusinya, sedangkan molekul yang sebelumnya diadsorpsi akan muncul kembali di fase gerak (Gambar 3c). Setelah proses ini terjadi berulang kali, kedua komponen akan terpisah. Komponen ● yang lebih suka dengan fase gerak akan berpindah lebih cepat daripada komponen ▲ yang cenderung menetap di fase diam, sehingga komponen ● akan muncul terlebih dahulu dalam kromatogram, kemudian baru diikuti oleh komponen ▲ (Gambar 3d) (Meyer, 2004).


(23)

Gambar 4. Kromatogram hasil analisis KCKT. (sumber: Meyer, V.R. 2004. Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th Edition. St. Gallen: John Wiley & Sons, Ltd. Page 21)

2.3.3 Konsep Umum KCKT 2.3.3.1 Faktor Tambat (k)

Waktu tambat atau retention time (tR) adalah periode waktu yang dilalui dari penyuntikan sampel hingga diperoleh rekaman signal maksimum. Waktu tambat suatu zat selalu konstan pada kondisi kromatografi yang sama. Hal ini dijadikan suatu dasar analisis kualitatif. Suatu puncak kromatografi dapat diidentifikasi dengan membandingkan waktu tambatnya terhadap baku (Meyer, 2004).

Gambar 4 menunjukkan, w adalah lebar puncak dan t0 disebut waktu hampa (void time/dead time) yaitu waktu tambat pelarut yang tidak tertahan atau waktu yang dibutuhkan oleh fase gerak untuk melewati kolom (breakthrough time) (Meyer, 2004).

Waktu tambat dipengaruhi oleh laju alir ( ) dan panjang kolom (L). Jika laju alir lambat atau kolom panjang, maka tR akan semakin besar dan sebaliknya.

t

L

=


(24)

Oleh karena itu, diperlukan suatu ukuran derajat tambatan dari analit yang lebih independen yakni faktor tambat (k). Faktor tambat dihitung dengan membagi waktu tambat bersih (t’R) dengan waktu hampa (t0) seperti yang dapat dilihat pada rumus berikut ini.

0 0

0

'

t

t

t

t

t

k

=

R

=

R

(Ornaf and Dong, 2005). Faktor tambat disebut juga sebagai faktor kapasitas (k’).

Idealnya, analit yang sama jika diukur pada dua instrumen berbeda dengan ukuran kolom yang berbeda namun memiliki fase diam dan fase gerak yang sama, maka faktor tambat dari analit pada kedua sistem KCKT tersebut secara teoritis adalah sama (Kazakevich, 2007).

2.3.3.2 Efisiensi Kolom (N)

Efisiensi adalah ukuran tingkat penyebaran puncak dalam kolom. Efisiensi kolom ditunjukkan dari jumlah lempeng teoritikal atau theoretical plates (N), yang dapat dihitung dengan rumus:

2 16 

    

=

w t

N R (Kazakevich, 2007). Kolom yang efisien adalah kolom yang mampu menghasilkan pita sempit dan memisahkan analit dengan baik. Nilai lempeng akan semakin tinggi jika ukuran kolom semakin panjang, hal ini berarti proses pemisahan yang terjadi semakin baik. Hubungan antara nilai lempeng dengan panjang kolom disebut sebagai nilai HETP/High Equivalent of a Theoretical Plate (H). H dapat dihitung dengan rumus:

N

L


(25)

Gambar 5. Kromatogram hasil analisis KCKT dengan berbagai selektifitas dan efisiensi. (sumber: Kazakevich, Y. 2007. HPLC for Pharmaceutical Scientists, New Jersey: John Wiley & Sons, Ltd. Page 21)

2.3.3.3 Selektifitas atau Faktor Pemisahan (αααα)

Selektifitas (α) adalah kemampuan sistem kromatografi untuk membedakan analit yang berbeda. Selektifitas ditentukan sebagai rasio perbandingan faktor tambat (k) dari analit yang berbeda:

0 1

0 2

2 1

t

t

t

t

k

k

R R

=

=

α

(Kazakevich, 2007).

Nilai selektifitas yang didapatkan dalam sistem KCKT harus lebih besar dari 1 (Ornaf and Dong, 2005).


(26)

2.3.3.4 Resolusi (Rs)

Resolusi (Rs) merupakan derajat pemisahan dari dua puncak analit yang bersebelahan. Resolusi didefinisikan sebagai perbedaan waktu tambat antara dua puncak dibagi dengan rata-rata lebar kedua puncak

(

)

[

1 2 /2

]

1 2

w w

t t

R R R

+ −

= (Ornaf and Dong, 2005).

Pada analisis kuantitatif, resolusi yang ditunjukkan harus lebih besar dari 1,5. Sementara itu, bila kedua puncak yang berdekatan memiliki perbedaan ukuran yang signifikan, maka diperlukan nilai resolusi yang lebih besar (Meyer, 2004).

2.3.3.5 Faktor Tailing dan Faktor Asimetri

Idealnya, puncak kromatogram akan memperlihatkan bentuk Gaussian dengan derajat simetris yang sempurna (Ornaf and Dong, 2005). Namun kenyataannya, puncak yang simetris secara sempurna jarang dijumpai. Jika diperhatikan secara cermat, maka hampir setiap puncak dalam kromatografi memperlihatkan tailing (Dolan, 2003). Pada Gambar 6 ditunjukkan tiga jenis bentuk puncak.

Pengukuran derajat asimetris puncak dapat dihitung dengan 2 cara, yakni faktor tailing dan faktor asimetris. Faktor tailing (Tf) dihitung dengan menggunakan lebar puncak pada ketinggian 5% (W0,05), rumusnya dituliskan sebagai berikut.

a b a Tf

2

+ =

Dengan nilai a dan b merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 5% seperti yang ditunjukkan di Gambar 7.


(27)

Gambar 7. Pengukuran derajat asimetris puncak. (sumber: Dolan, J.W. 2003.

Why Do Peaks Tail?. LC GC North America 21(7). Page 612) Sedangkan faktor asimetri (As) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

a b As=

Nilai a dan b dalam perhitungan faktor asimetri merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 10% seperti yang ditunjukkan di Gambar 6. Jika nilai a sama dengan b, maka faktor tailing dan asimetri bernilai 1. Kondisi ini menunjukkan bentuk puncak yang simetris sempurna (Dolan, 2003). Bila puncak berbentuk tailing, maka kedua faktor ini akan bernilai lebih besar dari 1 dan sebaliknya bila puncak berbentuk fronting, maka faktor tailing dan asimetri akan bernilai lebih kecil dari 1 (Hinshaw, 2004).

2.3.4 Instrumen KCKT

Instrumen KCKT terdiri atas 6 bagian, yakni wadah fase gerak (reservoir), pompa (pump), tempat injeksi sampel (injector), kolom (column), detektor (detector) dan perekam (recorder) (McMaster, 2007).


(28)

Gambar 8. Instrumen dasar KCKT. (sumber: McMaster, M.C. 2007. HPLC A Practical User’s Guide, 2nd Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Page 106)

2.3.4.1 Wadah Fase Gerak (Reservoir)

Wadah fase gerak menyimpan sejumlah fase gerak yang secara langsung berhubungan dengan sistem (Meyer, 2004). Wadah haruslah bersih dan inert, seperti botol pereaksi kosong maupun labu gelas. Adalah hal yang penting untuk men-degass fase gerak sebelum digunakan karena gelembung gas kecil dalam fase gerak dapat terkumpul di pump head atau pun detektor sehingga akan mengganggu kondisi KCKT (Brown and DeAntonis, 1997).

2.3.4.2 Pompa (Pump)

Pompa yang digunakan pada KCKT haruslah merupakan instrumen yang kokoh untuk menghasilkan tekanan tinggi hingga 350 bar atau bahkan 500 bar. Tipe pompa yang umum digunakan adalah pompa piston bersilinder pendek (short-stroke piston pump). Laju alir dapat bervariasi dari 0,1 hingga 5 atau 10 mL/menit. Kebanyakan pompa saat ini telah memiliki saluran pembilas yang biasanya air dapat bersirkulasi. Larutan ini berfungsi untuk membilas piston agar bersih dari garam dapar (Meyer, 2004).


(29)

Gambar 9. Tipe injektor sampling valve. (sumber: Meyer, V.R. 2004. Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th Edition. St. Gallen: John Wiley & Sons, Ltd. Page 69)

2.3.4.3 Tempat Injeksi Sampel (Injector)

Ada 3 jenis macam injektor, yakni syringe injector, sampling valve dan automatic injector. Syringe injector merupakan bentuk injektor yang paling sederhana (Synder and Kirkland, 1979).

Sampling valve atau manual injector mengandung 6 katup saluran dilengkapi dengan rotor, sample loop dan saluran jarum suntik (needle port). Larutan sampel akan disuntikkan ke dalam sampel loop dengan jarum suntik gauge 22 pada posisi “load” dan larutan sampel yang ada di sample loop kemudian akan dialirkan ke kolom dengan memutar rotor ke posisi “inject”. Ukuran sample loop eksternal bervariasi antara 6 l hingga 2 ml (Ornaf and Dong, 2005).

Automatic injector atau disebut juga autosampler memiliki prinsip yang mirip, hanya saja sistem penyuntikannya bekerja secara otomatis (Meyer, 2004).

2.3.4.4 Kolom (Column)

Kolom merupakan jantung dari instrumen HPLC karena proses pemisahan terjadi di sini. Kolom umumnya terbuat dari 316-grade stainless steel yang relatif


(30)

tahan karat dan dikemas dengan fase diam tertentu. Ukuran kolom untuk tujuan analitik berkisar antara panjang 10 hingga 25 cm dan diameter dalam 3 hingga 9 mm (Brown and DeAntonis, 1997).

2.3.4.5 Detektor (Detector)

Karakteristik detektor yang baik adalah sensitif, batas deteksi rendah, respon yang linier, mampu mendeteksi solut secara universal, tidak destruktif, mudah dioperasikan, memiliki dead volume yang kecil dan tidak sensitif terhadap perubahan temperatur serta kecepatan fase gerak (Hamilton and Sewell, 1977). Beberapa detektor yang paling sering digunakan dalam KCKT adalah detektor spektrofotometri UV-Vis, photodiode-array (PDA), fluoresensi, indeks bias dan detektor elektrokimia (Rohman, 2007).

2.3.4.6 Perekam (Recorder)

Alat pengumpul data seperti komputer, integrator dan rekorder dihubungkan ke detektor. Alat ini akan menangkap sinyal elektronik dari detektor dan memplotkannya ke dalam kromatogram sehingga dapat dievaluasi oleh analis (Brown and DeAntonis, 1997).

2.4 Validasi Metode

Validasi metode adalah suatu proses yang menunjukkan bahwa prosedur analitik telah sesuai dengan penggunaan yang dikehendaki. Proses validasi metode untuk prosedur analitik dimulai dengan pengumpulan data validasi oleh pelaksana guna mendukung prosedur analitiknya (Bliesner, 2006).

Validasi merupakan persyaratan mendasar yang diperlukan untuk menjamin kualitas dan reabilitas hasil dari semua aplikasi analitik (Ermer, 2005).


(31)

Hasil validasi metode dapat digunakan untuk memutuskan kualitas, reabilitas dan konsistensi dari hasil analitik (Huber, 2007). Menurut USP (United States Pharmacopeia) XXX, ada 8 karakteristik utama yang digunakan dalam validasi metode, yakni akurasi/kecermatan, presisi/keseksamaan, spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, linieritas, rentang dan kekuatan/ketahanan.

2.4.1 Akurasi/Kecermatan

Akurasi/kecermatan adalah kedekatan antara nilai hasil uji yang diperoleh lewat metode analitik dengan nilai sebenarnya. Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembail (%recovery) Akurasi dapat ditentukan dengan dua metode, yakni placebo recovery dan standard addition method. Pada spiked-placebo recovery atau metode simulasi, analit murni ditambahkan (spiked) ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi, lalu campuran tersebut dianalisis dan jumlah analit hasil analisis dibandingkan dengan jumlah analit teoritis yang diharapkan. Jika plasebo tidak memungkinkan untuk disiapkan, maka sejumlah analit yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditambahkan langsung ke dalam sediaan farmasi otentik. Metode ini dinamakan standard addition method atau metode penambahan baku. (USP XXX, 2007; Ermer, 2005; Harmita, 2004).

2.4.2 Presisi/Keseksamaan

Presisi/keseksamaan adalah ukuran keterulangan metode analitik, termasuk di antaranya kemampuan instrumen dalam memberikan hasil analitik yang reprodusibel. Berdasarkan rekomendasi ICH (the International Conference on the Harmonisation), karakteristik presisi dilakukan pada 3 tingkatan, yakni keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate precision) dan


(32)

reprodusibilitas (reproducibility). Keterulangan dilakukan dengan cara menganalisis sampel yang sama oleh analis yang sama menggunakan instrumen yang sama dalam periode waktu singkat. Presisi antara dikerjakan oleh analis yang berbeda. Sedangkan reprodusibilitas dikerjakan oleh analis yang berbeda dan di laboratorium yang berbeda (USP XXX, 2007; Épshtein, 2004).

2.4.3 Spesifisitas

Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen lain dalam matriks sampel seperti ketidakmurnian, produk degradatif dan komponen matriks. Secara umum, spesifisitas dapat ditunjukkan oleh pendekatan secara langsung maupun tidak langsung. Pendekatan langsung dapat ditunjukkan oleh minimalnya gangguan oleh senyawa lain terhadap hasil analisis misalnya mendapatkan hasil yang sama dengan atau tanpa senyawa pengganggu, resolusi kromatografik yang bagus dan kemurnian puncak (peak purity). Pendekatan tidak langsung adalah lewat pengamatan karakteristik akurasi dari metode tersebut. Bila akurasi metode telah dapat diterima (acceptable) dan valid, maka metode tersebut otomatis telah masuk kriteria sebagai metode yang spesifik (Ermer, 2005).

2.4.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan batas kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (USP XXX, 2007).


(33)

Menurut ICH, batas deteksi dan batas kuantitasi dapat ditentukan dengan 2 metode yakni metode non-instrumental visual dan metode perhitungan. Metode non-instrumental visual digunakan dalam analisis kromatografi lapis tipis dan metode titrimetri. Sementara itu, metode perhitungan banyak digunakan dalam analisis kromatografi cair kinerja tinggi (Rohman, 2007).

2.4.5 Linieritas

Linieritas adalah kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil uji yang secara langsung proposional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linieritas dapat ditentukan secara langsung dengan pengukuran analit atau sampel yang di-spiked pada konsentrasi sekurang-kurangnya lima titik konsentrasi yang mencakup seluruh rentang konsentrasi kerja (Ermer, 2005).

Berdasarkan rekomendasi ICH, linieritas dalam prakteknya diperkirakan pertama kali secara visual dari penampilan kurva plot luas area/tinggi puncak dengan konsentrasi. Bila terlihat linier, maka hubungan plot tersebut dipelajari lagi dengan metode analisis regresi. Untuk prosedur analitik penentuan kadar senyawa induk, CDER (Center for Drug Evaluation and Research, US FDA) merekomendasikan bahwa kriteria linieritasnya pada tingkat koefisien korelasi tidak lebih kecil dari 0,999 (Épshtein, 2004).

2.4.6 Rentang

Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup. Rentang harus mencakup sekurang-kurangnya rentang hasil analisis yang diperlukan atau diharapkan dalam penelitian atau konsentrasi target uji (Ermer, 2005). Rentang suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur analitik tersebut


(34)

mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima ketika digunakan untuk menganalisis sampel (USP XXX, 2007; USP Convention, 2006).

2.4.7 Kekuatan/Ketahanan

Kekuatan/ketahanan dievaluasi dengan melakukan perubahan parameter dalam melakukan metode analitik seperti persentase kandungan pelarut organik dalam fase gerak, jumlah zat tambahan (garam, pereaksi pasangan ion, dan lain-lain) dalam fase gerak, pH larutan dapar, temperatur kolom KCKT, waktu pengekstraksian analit, komposisi pengekstraksi, perbandingan konsentrasi fase gerak, laju alir fase gerak dan tipe kolom serta pabrik pembuat kolom (Épshtein, 2004).


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada bulan Agustus hingga Oktober 2009.

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) lengkap (Shimadzu Prominence series) dengan pompa (LC 20 AD), degasser (DGU 20 A5), injektor (Rheodyne 7225i), kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), detektor UV/Vis (SPD 20 A); syringe 100 l (SGE); sonifikator (Branson 1510); pompa vakum (Gast DOA-P604-BN); alat penyaring sampel dan fase gerak dilengkapi dengan penyaring membran Whatman Cellulose Nitrate 0,45 m, Cellulose Nitrate 0,2 m dan PTFE 0,5 m; neraca analitik (Boeco BBL31); pH meter (Hanna) serta alat gelas lainnya.

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan jika tidak dinyatakan lain adalah berkualitas proanalisis produksi E.Merck yaitu metanol, narium dihidrogen fosfat, asam fosfat 85%, natrium hidroksida, aquabidestilata (PT Ikapharmindo Putramas), amoxicilllin trihidrat BPFI (PPOM Jakarta), kalium klavulanat baku PT Meprofarm, tablet generik (PT Indofarma), tablet Claneksi (PT Sanbe), tablet


(36)

Clavamox (PT Kalbe Farma) dan tablet Augmentin (PT Glaxo Smithkline Beecham).

3.3 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif karena tempat pengambilan sampel dianggap homogen. Dari hasil sampling tersebut maka diperoleh tablet generik (PT Indofarma), tablet Claneksi (PT Sanbe), tablet Clavamox (PT Kalbe Farma) dan tablet Augmentin (PT Glaxo Smithkline Beecham) yang merupakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yang mengandung masing-masing amoksisilin 500 mg dan kalium klavulanat 125 mg.

3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1 Penyiapan Bahan

3.4.1.1 Pembuatan Dapar Fosfat pH 4,4

Dilarutkan NaH2PO4 sebanyak 7,8 gram dalam 900 ml air, disesuaikan pH 4,4 ± 0,1 dengan penambahan NaOH 10 N atau asam fosfat. Diencerkan dengan air hingga 1000 ml (USP XXX, 2007).

3.4.1.2 Pembuatan Pelarut

Dicampurkan larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol dengan perbandingan 91:9.

3.4.1.3 Pembuatan Fase Gerak Dapar Fosfat pH 4,4–Metanol

Fase gerak dapar fosfat pH 4,4–metanol (91:9) dibuat dengan sistem elusi


(37)

melalui cellulose nitrate membrane filters 0,45 m dan membrane filters PTFE 0,5 m, lalu diawaudarakan selama lebih kurang 20 menit.

3.4.1.4 Pembuatan Larutan Induk Baku Amoksisilin

Ditimbang seksama sejumlah 125,0 mg Amoksisilin BPFI, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2500 mcg/ml.

3.4.1.5 Pembuatan Larutan Induk Baku Kalium Klavulanat

Ditimbang seksama sejumlah 125,0 mg kalium klavulanat baku (mengandung campuran kalium kavulanat dan avicel 1:1), dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2500 mcg/ml.

3.4.2 Prosedur Analisis 3.4.2.1 Penyiapan Alat KCKT

Kolom yang digunakan adalah Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm). KCKT menggunakan detektor UV-Vis pada panjang gelombang analisis yang diperoleh dengan sensitifitas 1,000 AUFS. Pompa menggunakan mode aliran tetap dengan sistem elusi gradien.

Setelah alat KCKT dihidupkan, maka pompa dijalankan dan fase gerak dibiarkan mengalir selama ±60 menit sampai diperoleh base line yang menandakan sistem kromatografi telah stabil.


(38)

3.4.2.2 Penentuan Komposisi Fase Gerak Dapar Fosfat pH 4,4–metanol dan Laju Alir yang Optimum

Kondisi kromatografi divariasikan untuk mendapatkan hasil analisis yang optimum. Kondisi kromatografi yang divariasikan adalah perbandingan fase gerak dan laju alir. Perbandingan fase gerak yakni larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol divariasikan 98:2, 96:4, 94:6, 92:8, 91:9, dan 90:10. Dari perbandingan fase gerak yang terpilih ditentukan laju alir dari 1,0 ml/menit, 1,2 ml/menit, 1,4 ml/menit, 1,5 ml/menit, 1,6 ml/menit, 1,8 ml/menit dan 2,0 ml/menit.

3.4.2.3 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif amoksisilin dan kalium klavulanat dilakukan dengan membandingkan puncak yang memiliki waktu retensi hampir sama (identik), pada kromatogram hasil analisis KCKT dari larutan baku pembanding amoksisilin dan kalium klavulanat dengan larutan sampel pada panjang gelombang 220 nm.

3.4.2.4 Analisis Kuantitatif

3.4.2.4.1 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Baku Pembanding Amoksisilin dan Kalium Klavulanat

Larutan induk baku Amoksisilin dan Kalium Klavulanat masing-masing dipipet 1 ml dan 0,5 ml; 2,5 ml dan 1 ml; 5 ml dan 2 ml; 7,5 ml dan 3 ml; 10 ml dan 4 ml; 12,5 ml dan 5 ml. Kemudian dimasukkan masing-masing ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda. Konsentrasi larutan amoksisilin berturut-turut adalah 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 750 ppm dan 1250 ppm. Sedangkan konsentrasi kalium klavulanat berturut-turut


(39)

adalah 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm. Masing-masing larutan disaring melalui penyaring membran Cellulose Nitrate 0,2 m dan diawaudarakan selama ± 20 menit. Kemudian, filtrat larutan baku pembanding disuntikkan sebanyak 100 l ke dalam sistem KCKT melalui injektor dengan loop 20 l. Deteksi menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 220 nm. Direkam kromatogram dan dibuat kurva kalibrasi dari luas puncak, lalu dihitung persamaan regresi dan koefisien korelasi.

3.4.2.4.2 Penetapan Kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam Sampel

Diambil 10 tablet yang telah bersih dari selaput film, ditimbang, dan digerus homogen. Ditimbang serbuk setara dengan 25 mg amoksisilin, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan ditambahkan dengan pelarut sampai garis tanda. Dikocok, lalu disaring (beberapa ml filtrat pertama dibuang). Larutan lalu disaring melalui penyaring membran Cellulose Nitrate 0,2 m dan diawaudarakan selama ±20 menit. Kemudian disuntikkan sebanyak 100 l ke dalam sistem KCKT melalui injektor dengan loop 20 l, menggunakan sistem elusi gradien dengan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4–metanol (91:9), laju

alir 2,0 ml/menit. Deteksi menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 220 nm. Direkam kromatogram dan dicatat luas puncak. Kadarnya dihitung dengan mensubstitusikan luas puncak ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi.


(40)

3.4.2.5 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik

Data perhitungan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dianalisis secara statistik menggunakan uji t.

Rumus yang digunakan adalah:

1 -n

) X X

( 2

SD = ∑ −

n SD

X X hitung

t

= −

Data diterima jika -ttabel < thitung < ttabel pada interval kepercayaan 99,5% dengan nilai α = 0,005.

Keterangan:

SD = standard deviation/simpangan baku X = kadar dalam satu perlakuan

X

= kadar rata-rata dalam satu sampel n = jumlah perlakuan

α = tingkat kepercayaan

Untuk menghitung kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sampel secara statistik digunakan rumus:

) n SD (t X ) (

Kadar µ = ± × Keterangan:

X

= kadar rata-rata dalam satu sampel

t = harga ttabel sesuai dengan derajat kepercayaan SD = standard deviation/simpangan baku


(41)

3.4.3 Metode Validasi

3.4.3.1 Akurasi (Kecermatan)

Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali (% recovery) dengan menggunakan metode penambahan baku (the method of standard additives), yakni ke dalam tablet ditambahkan baku sebanyak 50% dari kadar yang diketahui terdapat dalam sampel, kemudian dianalisis dengan prosedur yang sama seperti pada sampel. Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

% 100 n ditambahka yang

baku kadar

B A Kembali

Perolehan

% = − ×

Keterangan:

A = kadar analit yang diperoleh setelah penambahan baku B = kadar analit sebelum penambahan baku (Ermer, 2005).

3.4.3.2 Presisi (Keseksamaan)

Presisi metode dinyatakan oleh simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation/RSD) dari serangkaian data. RSD dapat dirumuskan sebagai berikut.

% 100 X SD

RSD = ×

Keterangan:

SD = standard deviation/simpangan baku


(42)

3.4.3.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi (Limit Of Detection/LOD) dan batas kuantitasi (Limit Of Quantitation/LOQ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

2 -n

Yi) Y

( 2

SY

= ∑ −

S SY 3,3

LOD = ×

S SY 10

LOQ = ×

Keterangan:

SY = simpangan baku residual


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi amoksisilin dan kalium klavulanat dilakukan dengan metode spiking yaitu dengan penambahan baku amoksisilin pada larutan baku campuran amoksisilin dan kalium klavulanat yang telah dianalisis sebelumnya. Dari hasil kromatogram menunjukkan adanya peningkatan luas area amoksisilin. Hal ini menunjukkan kromatogram yang mengalami peningkatan luas area adalah amoksisilin sedangkan kromatogram yang tidak mengalami peningkatan luas area adalah kalium klavulanat. Kromatogram dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Mekanisme pemisahan amoksisilin dan kalium klavulanat menggunakan kolom ODS (oktadesilsilan) yaitu berdasarkan sifat kepolaran dari kedua komponen ini. Dilihat dari strukturnya, kalium klavulanat lebih polar daripada amoksisilin sehingga kalium klavulanat akan terelusi lebih dahulu dari amoksisilin pada kolom ODS.


(44)

Gambar 3. Kromatogram analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dengan kolom Shim-pack VP-ODS, fase gerak larutan dapar fosfat pH Tahap pertama dilakukan analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan KCKT menggunakan kolom Shim-pack VP-ODS dan kondisi kromatografi menurut USP XXX (2007). Kromatogram dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Kromatogram identifikasi amoksisilin dan kalium klavulanat baku setelah dilakukan spiking (penambahan baku) amoksisilin.


(45)

Tabel 1. Data hasil analisis amoksisilin dan kalium klavulanat baku pada berbagai

perbandingan komposisi fase gerak dan laju alir 2 ml/menit.

Kromatogram pada Gambar 3 menunjukkan hasil analisis yang cukup baik dengan resolusi 6,38; teoretical plate 2669 untuk amoksisilin dan 2501 untuk kalium klavulanat; waktu tambat 4,9 menit untuk amoksisilin dan 2,9 menit untuk kalium klavulanat.

Untuk mendapatkan waktu analisis yang relatif lebih singkat maka ditentukan perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol. Menurut penelitian yang dilakukan Nagaraju dan Kaza pada penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat, analisis dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat yaitu 5 menit. Data analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan KCKT menggunakan berbagai komposisi fase gerak pada laju alir 2 ml/menit dapat dilihat pada Tabel 1 dan kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 3.

Perbandingan

Fase Gerak Waktu Tambat Luas Puncak Theoretical Plate

Resolusi

Dapar Fosfat pH 4,4 (%)

Metanol

(%)

Kalium Klavula

nat

Amoksi silin

Kalium

Klavulanat Amoksisilin

Kalium

Klavulanat Amoksisilin

98 2 4,633 9,193 643071 2741999 1467,550 1576,913 6,469 96 4 3,555 6,446 667042 2712624 1427,275 1431,872 5,467 94 6 3,015 5,009 666382 2706867 1392,643 1384,399 4,628 92 8 2,780 4,429 679084 2718066 1374,784 1247,684 4,114 91 9 2,586 3,948 666399 2736978 1346,643 1407,457 3,877 90 10 2,386 3,536 680856 2767703 1278,310 1205,748 3,414

Tabel 1 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi metanol dalam fase gerak, maka waktu tambat amoksisilin dan kalium klavulanat semakin singkat. Hal ini dikarenakan adanya kekuatan pelarut (solvent strength). Pada kromatografi fase


(46)

Tabel 2. Data hasil analisis amoksisilin dan kalium klavulanat baku pada berbagai laju

alir dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9).

balik, konsentrasi metanol yang lebih besar akan mengakibatkan fase gerak semakin kuat sifat nonpolarnya sehingga proses elusi terjadi lebih cepat, oleh karena itu waktu tambat menjadi singkat (Snyder, 1979).

Efisiensi kolom pada HPLC dapat dilihat dari parameter theoretical plate pada setiap kromatogram dan daya pisah dapat dilihat dari parameter resolusi. Menurut USP XXX, theoretical plate setiap kromatogram dalam penetapan kadar tablet amoksisilin dan klavulanat secara simultan harus lebih besar dari 550 dan resolusi tidak lebih kecil dari 3,5. Dari hasil penelitian diperoleh perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4–metanol yang terbaik untuk analisis adalah 91:9 dengan waktu tambat 3,9 menit untuk amoksisilin dan 2,6 menit untuk kalium klavulanat; teoretical plate 1346 untuk amoksisilin dan 1407 untuk kalium klavulanat; resolusi 3,88.

Selanjutnya dari fase gerak yang terpilih ditentukan laju alir yang optimal. Data analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan KCKT pada berbagai laju alir dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9) dapat dilihat pada Tabel 2 dan kromatogram dapat dilihat pada Lampiran 4.

Laju Alir (ml/menit)

Tekanan

(kgf/cm2)

Waktu Tambat Luas Puncak Theoretical Plate

Resolusi Kalium

Klavula nat

Amoksi silin

Kalium

Klavulanat Amoksisilin

Kalium

Klavulanat Amoksisilin

1,0 86 4,884 7,189 1219086 5170048 2071,063 2056,827 4,336 1,2 103 4,100 6,056 1052449 4364153 1949,893 1918,809 4,231 1,4 120 3,569 5,334 930630 3786725 1777,312 1835,448 4,218 1,5 126 3,326 4,876 844967 3521627 1828,749 1790,602 4,015 1,6 135 3,121 4,660 820520 3308022 1711,081 1636,786 4,038 1,8 150 2,771 4,164 743499 2935505 1594,399 1517,399 3,951 2,0 168 2,586 3,948 666399 2736978 1346,643 1407,457 3,877


(47)

Gambar 4. Kromatogram hasil analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4–metanol (91:9) dan laju alir 2 ml/menit

Sama seperti pada penentuan perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4 dan metanol, parameter seperti waktu tambat, theoretical plate dan resolusi menjadi penentu pemilihan laju alir optimum. Dari hasil penelitian diperoleh laju alir yang terbaik untuk analisis adalah 2 ml/menit dengan waktu tambat 3,9 menit untuk amoksisilin dan 2,6 menit untuk kalium klavulanat; teoretical plate 1346 untuk amoksisilin dan 1407 untuk kalium klavulanat; resolusi 3,88.

Kromatogram hasil optimasi metode KCKT yang dilakukan terhadap campuran amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4–metanol (91:9) dan laju alir 2 ml/menit dapat dilihat pada Gambar 4.

Selanjutnya dari perbandingan fase gerak dan laju alir yang terpilih, dilakukan analisis terhadap sampel tablet Clavamox®. Kromatogram analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet Clavamox dengan fase


(48)

Gambar 5. Kromatogram hasil analisis campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet Clavamox dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4–metanol (91:9) dan laju alir 2 ml/menit.

gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9) dan laju alir 2 ml/menit dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 menunjukkan optimasi KCKT dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9) dan laju alir 2 ml/menit memberikan hasil optimal yang sama terhadap baku pembanding dengan waktu tambat 3,9 menit untuk amoksisilin dan 2,6 menit untuk kalium klavulanat; teoretical plate 1888 untuk amoksisilin dan 1691 untuk kalium klavulanat; resolusi 4,34.

Dari kromatogram pada semua tablet yang dianalisis diperoleh waktu tambat dengan perbedaan tidak lebih dari 5% terhadap amoksisilin dan kalium klavulanat baku yaitu 3,9 menit untuk amoksisilin dan 2,6 menit untuk kalium klavulanat. Hal ini berarti bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengandung amoksisilin dan kalium klavulanat (Weston and Brown, 1997). Kromatogram analisis sampel tablet dapat dilihat pada lampiran 7, 9,11 dan 13.


(49)

Gambar 6. Kurva kalibrasi kalium klavulanat baku menggunakan KCKT dengan kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4- Analisis kuantitatif ditentukan berdasarkan luas puncak karena kromatogram yang diperoleh tidak simetris. Pengukuran luas puncak tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi kromatografi dibandingkan dengan tinggi puncak, kecuali laju alir. Oleh karena itu, pengukuran luas puncak merupakan pilihan yang terbaik dalam analisis kuantitatif secara KCKT (Poole, 2003).

Penyuntikan larutan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat baku untuk kurva kalibrasi dilakukan secara simultan. Kurva kalibrasi kalium klavulanat baku dengan rentang konsentrasi 50 ppm hingga 500 ppm dan amoksisilin 100 ppm hingga 1250 ppm. Kromatogram kalibrasi campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Kurva kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.


(50)

Gambar 7. Kurva kalibrasi amoksisilin baku menggunakan KCKT dengan kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9) dan laju alir 2,0 ml/menit.

Dari kurva kalibrasi diperoleh hubungan yang linier antara luas puncak dan konsentrasi dengan koefisien korelasi, r = 0,9999 untuk kalium klavulanat dan amoksisilin. Koefisien korelasi ini telah memenuhi persyaratan yaitu lebih besar dari 0,999 (CMC CC, 1994).

Berdasarkan harga r yang mendekati 1 berarti ada hubungan yang linier antara luas puncak dan konsentrasi sehingga konsentrasi amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi yaitu dengan mensubsitusikan luas puncak terhadap Y (Rohman, 2007).


(51)

Tabel 3. Hasil pengolahan data dari sediaan tablet campuran amoksisilin dan

kalium klavulanat

Kromatogram hasil penyuntikan larutan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat baku pada pembuatan kurva kalibrasi menunjukkan puncak yang melebar ke belakang (tailing). Parameter yang dapat digunakan sebagai indikator puncak yang tidak simetris yakni tailing factor. Tailing factor dari kromatogram penyuntikan amoksisilin dan kalium klavulanat baku untuk pembuatan kurva kalibarasi diperoleh berkisar dari 1,475 hingga 1,729 untuk amoksisilin dan 1,859 hingga 1,929 untuk kalium klavulanat. Hasil analisis ini masih dapat diterima karena tailing factor lebih kecil dari 2 (CMC CC, 1994).

Hasil pengolahan data dari sediaan tablet amoksisilin dan kalium klavulanat yang terdapat di perdagangan dapat dilihat pada Tabel 3.

No Nama Tablet Perlakuan

Kalium Klavulanat Amoksisilin

Luas Area

Kadar (%)

Luas Area

Kadar (%)

1 Tablet Generik (PT Indofarma)

1 2457623 92,4398 7674338 99,0904 2 2463655 91,9679 7669342 98,2611 3 2454383 94,1217 7676401 101,0523 4 2455063 95,4560 7663356 102,2785 5 2449870 92,1381 7731337 99,836 6 2453669 95,0232 7741037 102,9268

2 Tablet Claneksi (PT Sanbe)

1 2478209 93,9790 7818811 101,2639 2 2473441 94,6058 7779949 102,1530 3 2479772 91,4022 7807614 98,7914 4 2470635 94,1212 7823341 102,3268 5 2462817 91,6376 7861933 100,4542 6 2472311 91,2946 7811920 99,0367


(52)

Tabel 4. Hasil penetapan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam berbagai sediaan tablet 3 Tablet Clavamox (PT Kalbe Farma)

1 2172067 92,5248 7678572 112,7025 2 2168783 92,0273 7698036 114,0103 3 2149864 90,6761 7612752 110,6534 4 2159629 90,9297 7654392 110,9173 5 2171574 91,1018 7704682 111,3795 6 2085395 90,9850 7604900 113,3436

4 Tablet Augmentin (PT Glaxo Smithkline Beecham)

1 2582257 97,3095 8311699 107,5263 2 2536487 95,7216 8229120 106,6437 3 2561923 98,4113 8334670 109,9390 4 2557315 97,4669 8275629 108,2986 5 2559851 97,9467 8237824 108,2150 6 2563159 95,8341 8257540 105,9994 Berdasarkan data pada Tabel 3 yang diolah menggunakan perhitungan statistik diperoleh kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sediaan tablet dengan nama dagang seperti pada Tabel 4 di bawah ini.

No Nama sediaan Kadar Kalium

Klavulanat (%)

Kadar Amoksisilin (%)

1 Tablet Generik (PT Indofarma) 5351 , 2 52445 ,

93 ± 100,5742±3,0142

2 Tablet Claneksi ® (PT Sanbe) 5458 , 2 8401 ,

92 ± 100,671±2,5007

3 Tablet Clavamox ®

(PT Kalbe Farma) 91,3741±1,2008 112,1678±2,2739

4

Tablet Augmentin® (PT Glaxo Smithkline

Beecham)

5457 , 2


(53)

Tabel 5. Data hasil pengujian akurasi dan presisi amoksisilin dengan metode

penambahan baku

Sediaan tablet amoksisilin dan kalium klavulanat yang ditentukan kadarnya berdasarkan luas area keseluruhannya memenuhi persyaratan yang ditetapkan USP XXX (2007) yaitu mengandung amoksisilin dan klavulanat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Parameter validasi yang diuji adalah akurasi (kecermatan), presisi (keseksamaan), batas deteksi dan batas kuantitasi. Akurasi (kecermatan) metode dinyatakan dalam persen perolehan kembali (% recovery) yang ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku. Kromatogram hasil perolehan kembali dapat dilihat pada Lampiran 16. Presisi (kecermatan) dinyatakan dalam simpangan baku relatif. Data hasil pengujian akurasi dan presisi dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.

No. Analit yang ditambahkan

( g/ml) Luas Puncak

Perolehan Kembali (%)

1 252 11438921 99,1262

2 244 11453309 98,7748

3 248 11377394 99,0707

4 254 11476636 99,3357

5 254 11461869 98,9480

6 256 11505171 99,3029

Rerata perolehan kembali 99,0930

Simpangan baku (SD) 0,2130


(54)

Tabel 6. Data hasil pengujian akurasi dan presisi kalium klavulanat dengan

metode penambahan baku

No. Analit yang ditambahkan

( g/ml) Luas Puncak

Perolehan Kembali (%)

1 68 3614832 98,4162

2 66 3605623 100,5929

3 62 3536457 100,6418

4 70 3668019 99,9910

5 72 3685364 98,6044

6 72 3703305 100,0430

Rerata perolehan kembali 99,7148

Simpangan baku (SD) 0,9731

Simpangan baku relatif (RSD) 0,9759

Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa rerata persen perolehan kembali yang diperoleh telah memenuhi syarat akurasi untuk validasi prosedur analitik karena rerata berada di antara rentang 98-102% yaitu 99,09% untuk amoksisilin dan 99,71% untuk kalium klavulanat. Simpangan baku relatif yang diperoleh telah memenuhi syarat presisi untuk validasi prosedur analitik karena lebih kecil dari 2% yaitu 0,22% untuk amoksisilin dan 0,98% untuk kalium klavulanat (Ermer, 2005).

Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dalam kurva kalibrasi (Ermer and Burgess, 2005). Batas deteksi dan batas kuantitasi analisis amoksisilin yang diperoleh berturut-turut adalah 34,23 g/ml dan 103,74 g/ml. Sedangkan batas deteksi dan batas kuantitasi analisis kalium klavulanat yang diperoleh berturut-turut adalah 8,83 g/ml dan 26,75


(55)

Dari hasil di atas, disimpulkan bahwa prosedur analisis yang dikerjakan dalam penelitian ini sahih dan dapat digunakan untuk penetapan kadar tablet campuran amoksisilin dan kalium klavulanat secara simultan karena telah memenuhi persyaratan validasi metode.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Metode KCKT dengan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol dapat memisahkan campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet.

Perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9) dengan laju alir 2 ml/menit dapat menghasilkan pemisahan yang baik dengan waktu tambat 3,9 menit untuk amoksisilin dan 2,6 menit untuk kalium klavulanat; theoretical plate 1346 untuk amoksisilin dan 1407 untuk kalium klavulanat dengan resolusi 3,88 yang memenuhi persyaratan USP XXX (2007).

Hasil uji validasi metode KCKT pada penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet secara simultan memberikan hasil akurasi dan presisi yang baik. Dengan demikian metode ini dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet.

4.2 Saran

Disarankan agar dilakukan penelitian menggunakan perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol 91:9 dan laju alir 2 ml/menit terhadap penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam bentuk sediaan lain seperti suspensi secara KCKT.

Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penetapan kadar campuran amoksisilin dan kalium klavulanat dalam tablet dengan melakukan optimasi terhadap parameter lainnya.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, S. and M.W. Dong. (2005). Handbook of Pharmaceutical Analysis by HPLC. Volume 7. New York: Elsevier Academic Press. Page 35.

Ahuja, S., and N. Jespersen. (2006). Comprehensive Analytical Chemistry. Volume 47. New York: Elsevier Academic Press. Page 7.

Berry, V., et.al. (2005). Comparative Bacteriological Efficacy of Pharmacokinetically Enhanced Amoxicillin-Clavulanate Againts Streptpcoccus pneumoniae with Elevated Amoxicillin MIC’s and Haemophilus influenza. Journal of Antimicrobial agent and Chemotherapy 49(3): 908-915.

Bliesner, D.M. (2006). Validating Chromatographic Methods A Practical Guide. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.. Page 1.

Borisy, A.A., P.J. Elliott, N.W. Hurst, M.S. Lee, J. Lehar, E.R. Price, G. Serbedzija, G.R. Zimmermann, M.A. Foley, B.R. Stockwell, C.T. Keith. (2003). Systematic Discovery of Multicomponent Therapeutics. Proc Natl Acad Sci USA. 10(13): 7977-82.

Brown, P. and K. DeAntonis. (1997). High-Performance Liquid Chromatography. In: F.A. Settle (eds). Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Pages 149-154.

Caron, F., et.al. (1991). Effect of Amoxicillin-Clavulanate combination on the Motility of Small Intestine in Human Beings. Journal of Antimicrobial agent and Chemotherapy 35(6): 1085-88.

Chemistry Manufacturing Controls Coordinating Committee/CMC CC. (1994). Validation of Chromatographic Methods, Reviewer Guidance. Rockville: Center for Drug Evaluation and Research/CDER, Food and Drug Administration/FDA. Pages 12, 25.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal 95-96.

Dolan, J.W. (2003). Why Do Peaks Tail?. LC GC North America 21(7): 612-616. Épshtein, N.A. 2004. Validation of HPLC Techniques for Pharmaceutical

Analysis. Pharmaceutical Chemistry Journal 38(4): 212-228.

Ermer, J. (2005). Analytical Validation within the Pharmaceutical Environment. In: J. Ermer and J.H. McB. Miller (eds). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA. Pages 3-5, 16.


(58)

Ermer, J. and C. Burgess (2005). Performance Parameters, Calculations and Tests: Detection and Quantitation Limit. In: J. Ermer and J.H. McB. Miller (eds). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA. Page 101.

Finlay, J., L. Miller and J.A. Poupard. (2003). A Review of the Antimicrobial Activity of Clavulanate. Journal of Antimicrobial Chemotherapy 52: 18-23.

Gelone, S. and J.A. O’Donnell. (2005). Anti-Infectives. In: D. Troy (ed). Remington the Science and Practice of Pharmacy. 21th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Page 1638.

Hamilton, R.J. and P.A. Sewell. (1977). Introduction to High Performance Liquid Chromatography.Liverpool: Chapman and Hall, Ltd. Page 1, 53-54. Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian I(3): 117-135.

Huber, L. (2007). Validation and Qualification in Analytical Laboratories, 2nd Edition. New York: Informa Healthcare USA, Inc.. Page 125.

Hinshaw, J.V. (2004). Anatomy of A Peak. LC GC North America 22(3): 252-260.

International Conference on Harmonisation/ICH. (1994). Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology Q2(R1). ICH Harmonised Tripartite Guideline. Page 6.

Kazakevich, Y. and L. LoBrutto. (2007). Introduction. In: Y. Kazakevich and L. LoBrutto (eds). HPLC for Pharmaceutical Scientists. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Page 18-19.

Kromidas, S. (2006). HPLC Made to Measure A Practical Handbook for Optimization. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA. Pages 19-20.

McMaster, M.C. (2007). HPLC A Practical User’s Guide, 2nd Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Page 106.

Methews, K.H. (2001). Antimicrobial Drug Use and Veterinary Cost in US Livestock Production. Agriculture Information Bulletin 766: 1-6.

Meyer, V.R. (2004). Practical High-Performance Liquid Chromatography. Chichester: John Wiley and Sons Inc. Page 4.


(59)

Miller, J.N. and J.C. Miller (2005). Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 5th Edition. Pearson Education, Ltd. page 116.

Nagaraju, R. and Kaza, R. (2008). Stability Evaluation of Amoxicillin and Potassium Klavulanate Tablets USP by Accelerated Studies. Turk Journal Pharmaceutical Science. 5 (3): 201-214.

Olano, D.G., et.al. (2007). Selective Sensitization to Clavulanic Acid and Penicillin V. J Invstig allergol Clin Immunol. 17(2): 119-21.

Ornaf, R.M. and M.W. Dong. (2005). Key Concepts of HPLC in Pharmaceutical Analysis. In: S. Ahuja and M.W. Dong (eds). Handbook of Pharmaceutical Analysis by HPLC. San Diego: Elsevier, Inc. Pages 22-29. Poole, C.F. (2003). The Essence of Chromatography. Amsterdam: Elsevier

Science B.V. Page 68-69.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Halaman 465-469.

Snyder, L.R. and J.J. Kirkland. (1979). Introduction to Modern Liquid Chromatography, 2nd Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Pages 52, 250.

Unal, K., et.al. (2008). Spectrophotometric Determination of Amoxicillin in Pharmaceutical Formulations. Journal of Pharmacy Science. 5(1): 1-16. United States Pharmacopeial Convention. (2006). The United States

Pharmacopeia (USP), 30th Edition. United States. Page 680.

United States Pharmacopeia. (2007). The National Formulary. 30th Edition . The United States Pharmacopeial Convention. Page 1407.

Weston, A. and P.R. Brown. (1997). HPLC and CE Principles and Practice. California: Academic Press. Pages 216.


(60)

Seperangkat instrumen KCKT (Shimadzu Corp.) dan komputer (Hewlett-Packard) sebagai perangkat pendukung

Syringe 100 l


(61)

Lampiran 2. Gambar Perangkat Pendukung Penelitian Lainnya

Pompa vakum (Gast DOA-P604-BN) serta seperangkat penyaring sampel dan fase gerak (Whatman Ltd.)


(62)

Perbandingan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (96:4) dengan tekanan 151 kgf/cm2

Perbandingan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (98:2) dengan tekanan 144 kgf/cm2

Lampiran 3. Kromatogram Penyuntikan Amoksisilin dan Kalium Klavulanat Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak Larutan Dapar Fosfat pH 4,4-Metanol yang Optimal untuk Analisis


(63)

Perbandingan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (92:8) dengan tekanan 160kgf/cm2 Perbandingan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (94:6) dengan tekanan 157 kgf/cm2 Lampiran 3. (lanjutan)


(64)

Perbandingan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (91:9) dengan tekanan 164 kgf/cm2

Perbandingan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4 dan metanol (90:10) dengan tekanan 168 kgf/cm2

Lampiran 3. (lanjutan)

Kromatogram di atas merupakan hasil penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku untuk mencari perbandingan fase gerak dapar fosfat pH 4,4-metanol yang optimal untuk analisis menggunakan KCKT dengan kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), volume penyuntikan 20 l, laju alir 2,0 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 220 nm dan sensitifitas 1,000 AUFS.


(65)

Laju alir 1,0 ml/menit dengan tekanan 86 kgf/cm2

Laju alir 1,2 ml/menit dengan tekanan 103 kgf/cm2

Lampiran 4. Kromatogram Penyuntikan Amoksisilin dan Kalium Klavulanat Baku dalam Upaya Mencari Laju Alir yang Optimum untuk Analisis


(66)

Lampiran 4. (lanjutan)

Laju alir 1,4 ml/menit dengan tekanan 120 kgf/cm2


(67)

Laju alir 1,8 ml/menit dengan tekanan 150 kgf/cm2

Lampiran 4. (lanjutan)


(68)

Lampiran 4. (lanjutan)

Kromatogram di atas merupakan hasil penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku dalam upaya mencari laju alir yang optimal untuk analisis menggunakan KCKT dengan kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), volume penyuntikan 20 l, perbandingan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4-metanol (91:9), laju alir 2,0 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 220 nm dan sensitifitas 1,000 AUFS.


(69)

Lampiran 5. Kromatogram Hasil Penyuntikan Larutan Amoksisilin dan Kalium Klavulanat Baku pada Pembuatan Kurva Kalibrasi

Penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan konsentrasi masing-masing 50 g/ml dan 100 g/ml

A

Penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan konsentrasi masing-masing 100


(70)

Lampiran 5. (lanjutan)

Penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan konsentrasi masing-masing 200 g/ml dan 500 g/ml

C

Penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan konsentrasi masing-masing 300 g/ml dan 750 g/ml


(71)

Lampiran 5. (lanjutan)

A, B, C, D, E dan F merupakan kromatogram hasil penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku pada pembuatan kurva kalibrasi menggunakan KCKT dengan kolom Shim-Pack VP-ODS (4,6 x 250 mm), perbandingan fase gerak larutan dapar fosfat pH 4,4- metanol (91:9), volume penyuntikan 20 l, laju alir 2,0 ml/menit, detektor UV

Penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan konsentrasi masing-masing 400 g/ml dan 1000 g/ml

E

Penyuntikan larutan amoksisilin dan kalium klavulanat baku dengan konsentrasi masing-masing 500 g/ml dan 1250 g/ml


(72)

Lampiran 6. Perhitungan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Amoksisilin dan Kalium Klavulanat yang Diperoleh dengan KCKT pada Panjang Gelombang 220 nm

a. Amoksisilin

Data Hasil Penyuntikan Larutan Amoksisilin Baku yang Diperoleh dengan KCKT

No. Konsentrasi ( g/ml) Luas Puncak

1 100 1551849

2 250 3912796

3 500 7669876

4 750 11516484

5 1000 15186947

6 1250 18778567

Tabel Konsentrasi (X) vs Luas Area (Y) untuk Amoksisilin Baku

No. X Y XY X2 Y2

1 100 1551849 155184900 10000 2,4082 x 1012

2 250 3912796 978199000 62500 15,3099 x 1012

3 500 7669876 3834938000 250000 58,8270 x 1012 4 750 11516484 8637363000 562500 132,6294 x 1012 5 1000 15186947 15186947000 1000000 230,6434 x 1012 6 1250 18778567 23473208750 1562500 352,6346 x 1012 Σ 3850 58616519 5,226584065 x 1010 3447500 792,4525 x 1012 Rerata 641,6667 9769419,833 8710973442 574583,3333 132,0754 x 1012


(73)

Lampiran 6. (lanjutan)

( )

26153 , 14997 3333 , 977083 10 4653574 , 1 6 3850 3447500 6 58616519 3850 10 x 5 5,22658406 X 2 X Y X XY a 10 2 10 2 = = − × − = ∑ − ∑ ∑ × ∑ − ∑ = x n n 518 , 146176 ) 6667 , 641 26153 , 14997 ( 3 9769419,83 X a Y b b X a Y = × − = − = + =

Sehingga diperoleh persamaan garis regresi

146176,518 3X

14997,2615

Y= +

Untuk mencari hubungan linier antara konsentrasi (X) dengan luas area (Y) maka dihitung koefisien korelasi (r) sebagai berikut

( )

( )

(

)

(

)

999909859 , 0 10 x 4654895 , 1 10 x 4653574 , 1 10 x 64938 , 572 10 x 792,4525 667 , 2470416 3447500 10 x 7612266 , 3 10 x 226584065 , 5 6 28616519 10 x 792,4525 6 3850 3447500 6 58616519 3850 10 x 226584065 , 5 Y Y X X Y X XY r 10 10 12 12 10 10 2 12 2 10 2 2 2 2 = = − × − − =       ×       × − =       − ∑ ×       − ∑ ∑ × ∑ − ∑ = n n n


(1)

Lampiran 22. (lanjutan)

b. Kalium Klavulanat

4 68440,9270 9X

17320,2392

Y= +

Misalnya diambil data 1 dari Tablet Generik (PT Indofarma) Luas puncak = 2457623

*Konsentrasi perolehan : X =

9 17320,2392

4 68440,9270 2457623−

= 137,9416 g/ml

Berat 10 tablet =10416 mg Penimbangan serbuk = 52,1 mg

Tiap tablet mengandung 125 mg kalium klavulanat

Kesetaraan serbuk =

mg 10416 mg 125 tablet 10 mg 1 ,

52 × ×

= 6,2524 mg

Ditimbang 52,1 mg serbuk tablet yang mengandung 6,2524 mg kalium klavulanat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan fase gerak isokratik sampai tanda.

*Konsentrasi teoritis : X =

50ml g 1000 x

6,2524 µ

= 125,048 g/ml

Kadar baku klavulanat yang tertera dalam sertifikat = 83,8 %

Kadar = teoritis i konsentras perolehan i konsentras

x 83,8 %

= g/ml 125,048 g/ml 137,9416 µ µ


(2)

108

Lampiran 23. Daftar spesifikasi sampel 1. Generik

No. Batch : AC7I125 Produsen : PT. Indofarma No. Pendaftaran : DKL0600914709A1 Tgl. Kadaluwarsa : Sept 2010

2. Claneksi®

No. Batch : KF4358A Produsen : PT. Sanbe

No. Pendaftaran : DKL9111614143B1 Tgl. Kadaluwarsa : Jun 2011

3. Clavamox®

No. Batch : 143019

Produsen : PT. Kalbe Farma No. Pendaftaran : DKL9111615217B1 Tgl. Kadaluwarsa : May 2011

4. Augmentin®

No. Batch : 0873070C

Produsen : PT Glaxo Smithkline Beecham No. Pendaftaran : DKL8728100717B1

Tgl. Kadaluwarsa : April 2011

Alfan Martina : Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat PH 4,4-Metanol Pada Penetapan Kadar Campuran Amoksisilin Dan Kalium Klavulanat Dalam Tablet Secara Simultan Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), 2010.


(3)

(4)

110

Lampiran 25. Sertifikat Analisis Kalium Klavulanat Baku

Alfan Martina : Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat PH 4,4-Metanol Pada Penetapan Kadar Campuran Amoksisilin Dan Kalium Klavulanat Dalam Tablet Secara Simultan Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), 2010.


(5)

(6)

112

Lampiran 27. Daftar Nilai Distribusi t

Alfan Martina : Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat PH 4,4-Metanol Pada Penetapan Kadar Campuran Amoksisilin Dan Kalium Klavulanat Dalam Tablet Secara Simultan Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), 2010.


Dokumen yang terkait

Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat Ph 2,6 : Metanol Terhadap Vitamin C Dan Natrium Benzoat Dalam Kratingdaeng-S Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

2 59 124

Penetapan Kadar Sakarin pada Es Krim Secara Kromatografi Cair Knerja Tinggi

14 118 51

Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sediaan Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol–Air

23 164 114

Optimasi Fase Gerak Metanol-Air Dan Laju Alir Pada Penetapan Kadar Campuran Teofilin Dan Efedrin HCL Dalam Tablet Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

20 206 134

Optimasi Fase Gerak Metanol-Dapar Fosfat dan Laju Alir pada Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Kalium Sorbat dalam Sirup dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

2 85 119

Penetapan Kadar Amoxicilin Dalam Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

27 162 26

Optimasi Fase Gerak Metanol – Air Dalam Analisis Tablet Campuran Parasetamol Dan Kofein Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

11 94 103

Optimasi Fase Gerak Metanol : Campuran Air-Asam Fosfat Pada Penentuan Kadar Sediaan Tablet Simetidin Dengan Metode Krometografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

0 35 91

Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat Ph 2,6 : Metanol Terhadap Vitamin C Dan Natrium Benzoat Dalam Kratingdaeng-S Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

0 1 59

Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat Ph 2,6 : Metanol Terhadap Vitamin C Dan Natrium Benzoat Dalam Kratingdaeng-S Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

0 1 16