Proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

(1)

PROYEKSI KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN

MANDAILING NATAL TAHUN 2015

TUGAS AKHIR

RAHMAD DARMAWAN RTG 112407121

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PROYEKSI KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN

MANDAILING NATAL TAHUN 2015

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

RAHMAD DARMAWAN RTG 112407121

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Rahmad Darmawan Rtg Nomor Induk Mahasiswa : 112407121

Program Studi : D3 Statistika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2014

Disetujui oleh

Program Studi D3 Statistika FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dr. FaigiziduhuBu’ulölö, M.Si Dra. Laurentina Pangaribuan, M.Si NIP. 195312181980031003 NIP. 195708031983032002


(4)

PERNYATAAN

PROYEKSI KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

RAHMAD DARMAWAN RTG 112407121


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya Penulis Dapat Menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2015.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Laurentina Pangaribuan, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih kepada Bapak Dr. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si dan Bapak Dr. Suwarno Ariswoyo, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU Medan, Bapak Dr. Sutarman M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan, seluruh Staff dan Dosen Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, pegawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Ayahanda Alm. Musleh Ritonga dan Ibunda Almh. Anastasia Rangkuti serta keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

BAB 1 Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Batasan Masalah 3

1.3Identifikasi Masalah 3

1.4Maksud dan Tujuan 3

1.5Manfaat Penelitian 3

1.6 Lokasi Penelitian 4

1.7Metodologi Penelitian 4

1.7.1 Penelitian Kepustakaan 4

1.7.2 Metode Pengumpulan Data 4

1.8Tinjauan Pustaka 4

1.9 Sistematika Penulisan 6

BAB 2 Landasan Teori 8

2.1Kebutuhan Pokok 8

2.2Produksi Beras 9

2.3Peramalan 9

2.3.1 Metode Kualitatif 10

2.3.2 Metode Kuantitatif 10

2.4Regresi Linier Sederhana 11

BAB 3 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan 13 3.1Sejarah Singkat Badan Ketahanan Pangan 13 3.2Visi dan Misi Badan Pusat Statistik 14

3.2.1 Visi Perusahaan 14

3.2.2 Misi Perusahaan 14

3.3Tugas dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan 15 3.3.1 Tugas Badan Ketahanan Pangan 15 3.3.2 Fungsi Badan Ketahanan Pangan 15 3.4Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan 16

BAB 4 Pengolahan Data 18

4.1Analisis dan Pengolahan Data 18


(7)

BAB 5 Implementasi Sistem 25

5.1Aplikasi Program SPSS 25

5.2Output Hasil Perhitungan SPSS 27

BAB 6 Kesimpulan dan Saran 29

6.1Kesimpulan 29

6.2Saran 29

Daftar Pustaka Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Beras per Bulan Pada 19

Tahun 2010-2012 di Kabupaten Mandailing Natal

Tabel 4.2 Proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten 21 Mandailing Natal Pada Tahun 2015


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar5.1 Tampilan Lembar Variable View 25

Gambar 5.2 Tampilan PadaData View 26

Gambar 5.3 Menu Pada Analyze 26


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor pertanian dalam tatana pembangunan nasional khususnya padi memegang peranan penting karena salain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini masih perlu ditumbuh kembangkan.

Penduduk Indonesia khususnya Sumatera Utara sangat bergantung pada nasi sebagai makanan pokok. Ketergantungan yang sangat besar ini menjadi tantangan bagi negara yang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok untuk selalu dapat mencukupi kebutuhan beras tanpa melakukan impor dari negara lain.

Situasi ketersediaan pangan perlu diketahui secara periodik. Untuk itu diperlukan pemantauan ketersediaan, kebutuhan dan cadangan bahan pangan. Tujuan dari pemantauan ketersediaan, kebutuhan dan cadangan bahan pangan adalah untuk memantau tingkat ketersediaan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan pangan masyarakat, sehingga informasi ini menjadi acuan bagi institusi yang bersangkutan dalam usaha perumusan kebijakan dan memecahkan masalah ketersediaan pangan.


(11)

Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga diukur berdasarkan kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota rumah tangga dalam sehari. Satu rumah tangga dikatakan memiliki stabilitas ketersediaan pangan jika mempunyai persediaan pangan diatas cutting point (360 hari untuk Kabupaten Mandailing Natal) dan anggota rumah tangga dapat makan 3 (tiga) kali sehari sesuai dengan kebiasaan makan penduduk di daerah tersebut.

Dengan asumsi bahwa di daerah tertentu masyarakat mempunyai kebiasaan makan 3 (tiga) kali sehari, frekuensi makan sebenarnya dapat menggambarkan keberlanjutan ketersediaan pangan dalam rumah tangga.

Penggunaan frekuensi makan sebanyak 3 (tiga) kali atau lebih sebagai indikator kecukupan makan dadasarkan pada kondisi nyata di Kabupaten Mandailing Natal (berdasarkan pusat penelitian penduduk), dimana rumah tangga yang memiliki persediaan makanan pokok cukup pada umumnya makan 3 (tiga) kali sehari. Jika mayoritas rumah tangga di satu Kabupaten Mandailing Natal. Misalnya, hanya makan 2 (dua) kali sehari, kondisi semata – mata merupakan suatu strategi rumah tangga agar persediaan makanan pokok mereka tidak segera habis, karena dengan frekuensi makan 3 (tiga) kali sehari, kebanyakan rumah tangga tidak bisa bertahan untuk tetap memiliki persediaan makanan pokok hingga panen berikutnya.


(12)

Oleh karena hal di atas, maka Penulis merasa tertarik dan terdorong untuk mengusulkan penelitian tentang ketersediaan beras dengan judul PROYEKSI KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015.

1.2Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah penelitian ini yaitu ingin mengetahui seberapa besar jumlah kebutuhan beras di Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2015.

1.3Identifikasi Masalah

Untuk memberikan kejelasan dan memberikan kemudahan penelitian ini agar tidak jauh menyimpang dari sasaran yang ingin dicapai, penulis hanya meneliti seputar luas lahan sebagai faktor yang mempengaruhi kebutuhan beras di Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2010 – 2012.

1.4Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan beras di kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2015.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi pihak Badan Ketahanan Pangan, dapat bermanfaat sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan.


(13)

2. Kontribusi teori sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti – peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

1.6 Lokasi Penelitian

Data yang diperoleh penulis melalui riset di Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara yang terletak di Jl. Jenderal Besar Abdul Haris Nasution Gedung Johor Medan.

1.7Metodologi Penelitian 1.7.1 Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan yaitu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari perpustakaan, dengan membaca buku-buku, referensi dan bahan-bahan yang mendukung penulisan tugas akhir ini.

1.7.2 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini ialah dengan menggunakan data sekunder, yaitu metode pengumpulan data di mana data tersebut telah tersedia di perusahaan – perusahaan atau badan – badan tertentu.

1.8 Tinjauan Pustaka

Buku Assauri, S. 1984. Teknik dan Metoda Peramalan. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Menguraikan tentang definisi peramalan adalah


(14)

kegiatan yang memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah situasi atau kondisi yang diperlukan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat didasarkan atas bermacam – macam cara yang dikenal dengan metode peramalan.

Dengan memperhatikan data, maka dapat digunakan suatu formula (rumusan) untuk melakukan proyeksi kebutuhan beras di kabupaten Mandailing Natal tahun 2015. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

Ŷ= �+��

dimana:

a =(∑ ��)(∑ ��

2)(∑ �

�)(∑ ����) �(∑ �2)−(∑ �)2

b =� ∑ ���� −(∑ ��)(∑ ��)

� ∑ �2(∑ � �)2

Keterangan:

Ŷ= Nilai yang ditaksir

��= Jumlah Penduduk �� = Kebutuhan Beras

� = Konstanta(nilai Ŷ apabila �= 0)

� = Koefisien Regresi (nilai peningkatan atau penurunan) n = Jumlah Data

∑ �� = Jumlah dari Variabel �� ∑ �� = Jumlah dari Variabel ��


(15)

∑ ��2= Jumlah Kuadrat Variabel ��

∑ ���� = Jumlah Hasil Kali Varibel �� dengan ��

1.9 Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN

Pada Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pada Bab ini berisi tentang pengertian data dan regresi linier sederhana

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN KETAHANAN PANGAN

Pada bab ini dijelaskan sejarah singkat tempat di mana penulis melakukan riset.

BAB 4 PENGOLAHAN DATA

Pada Bab ini berisi tentang cara penggunaan rumus yang telah ditentukan penulis.

BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM

Pada Bab ini berisi tentang cara memasukkan data dan menganalisis data pada program SPSS.


(16)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diambil penulis dari evaluasi dan saran untuk permasalahan tersebut.


(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kebutuhan Pokok

Kebutuhan pokok adalah suatu hal yang dilakukan demi kelancaran beraktifitas. Hal yang membuat seseorang merasakan bahwa kebutuhan itu sangat penting adalah karena manfaat yang didapat. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi oleh sebagian masyarakat. Bahkan preferensi masyarakat terhadap beras semakin besar. Berdasarkan data Susenas 1990-1999, tingkat partisipasi konsumsi beras di setiap propinsi maupun tingkat pendapatan mencapai 97-100%. Ini artinya hanya sekitar 3% rumah tangga yang tidak mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok terutama pangan pokok tunggal. Tingkat partisipasi konsumsi beras yang lebih kecil 90% hanya ditemukan di pedesaan Papua. Sebagai gambaran, tingkat konsumsi beras rata-rata di kota tahun 1999 adalah 96,0 kg per kapita/tahun dan di desa adalah 111,8 kg per kapita/tahun (Suharno, 2005).

Beras telah menjadi komoditas strategis dalam kehidupan bernegara di Indonesia. Selain sebagai sumber pangan pokok, beras juga menjadi sumber penghasilan bagi petani dan kebutuhan hidup sehari-hari bagi jutaan penduduk. Beras juga bisa dijadikn sebagai komoditas politik karena keberadaannya tidak dapat digantikan oleh komoditas lain dan harus dalam jumlah yang memadai. Meskipun pemerintah telah mengupayakan diversifikasi pangan, namun sampai


(18)

saat ini belum mampu mengubah preferensi penduduk terhadap bahan pangan beras. Oleh karena itu ketersediaan beras harus selalu terjaga, berkelanjutan, bahkan harus ditingkatkan.

2.2 Produksi Beras

Produksi beras hingga saat ini Pulau Jawa masih memegang peranan penting, meskipun beberapa daerah seperti Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan merupakan daerah produksi beras. Namun, tingkat produksi yang dihasilkan oleh daerah-daerah tersebut tidak seperti yang dihasilkan oleh Pulau Jawa. Sehingga, produksi beras nasional semakin menurun dan Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar.

Pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan produksi beras terasa semakin berat dan kompleks karena selain dihadapkan pada masalah internal yang identik juga dihadapkan dengan berbagai macam isu global dan perubahan lingkungan yang semakin buruk. Tingginya permintaan pangan, terutama beras dan peningkatan jumlah produksi juga menjadi masalah dalam pencapaiannya. Oleh karena itu, gerakan peningkatan produksi beras nasional melalui perubahan teknologi dan adanya inovasi harus didukung oleh semua daerah di deluruh Indonesia.

2.3 Peramalan

Peramalan adalah perkiraan mengenai sesutau yang belum terjadi. Ramalan pada dasarnya merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian


(19)

atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya (selisih antara sesuatu yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil. Peramalan dapat juga diartikan sebagai usaha memperkirakan perubahan. Agar tidak disalahpahami bahwa peramalan tidak emmberi jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan berusaha mencari yang sedekat mungkin dengan sesuatu yang akan terjadi.

2.3.1 Metode Kualitatif

Metode kualitatif digunakan jika data historis atau empiris dari variabel yang akan diramal tidak ada, tidak cukup, atau kurang dapat dipercaya. Metode ini juga disarankan jika lingkungan dan teknologi sedang atau diperkirakan akan menngalami perubahan drastis. Sebagai gantinya, input utama metode ini adalah judgement,opini, dan pengalaman. Karena alasan itu, metode ini juga dinamakan judgemental, subjective, intuitive, or technological forecasting method. Beberapa teknik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: jury of executive (expert), opinion, delphi method dan pendekatan hirarki analitik.

2.3.2 Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif memerlukan dua historis atau empiris dan ini menuntut variabel yang digunakan mempunyai satuan hukum atau dapat diukur. Metode ini umumnya beranggapan bahwa pola masa lalu akan berulang. Termasuk dalam kelompok ini antara lain: causal model, simultaneous model, model deret berkala,


(20)

gabungan causal dan time series, leading indicators, analisis input output dan analisis Markov.

Time series (univariate) model didasarkan pada analisis data sebuah variabel hasil pengamatan yang disusun mengikuti urutan waktu. Pengamatan dapat secara tahunan, bulanan, mingguan, harian atau periode yang lebih pendek. Model ini dibedkan menjadi dterministic dan stochastic. Time series deterministicmodel menyadari adanya pengaruh kerandoman pada data, namun model ini tidak menerangkan sumber atau ciri kerandoman itu. Sementara penggunaan time series stochastic model menunjukkan bahwa data dihasilkan oleh proses random yang punya bentuk dan dapat dijelaskan. Pada model terakhir ini tidak perlu asumsi bahwa pola masa lalu akan berulang.

2.4 Regresi Linier Sederhana

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki dua buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat diramalkan.

Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Hubungan fungsional antara satu variabel kriterium disebut analisis regresi sederhana sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel disebut regresi berganda.


(21)

Regresi linier sederhana bertujuan mempelajari hubungan linier antara dua variabel. Dua variabel ini dibedakan menjadi variabel bebas (�) dan variabel tak bebas (�). Variabel bebas adalah variabel yang bisa dikontrol sedangkan variabel tak bebas adalah variabel yang mencerminkan respon dari variabel bebas.


(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kebutuhan Pokok

Kebutuhan pokok adalah suatu hal yang dilakukan demi kelancaran beraktifitas. Hal yang membuat seseorang merasakan bahwa kebutuhan itu sangat penting adalah karena manfaat yang didapat. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi oleh sebagian masyarakat. Bahkan preferensi masyarakat terhadap beras semakin besar. Berdasarkan data Susenas 1990-1999, tingkat partisipasi konsumsi beras di setiap propinsi maupun tingkat pendapatan mencapai 97-100%. Ini artinya hanya sekitar 3% rumah tangga yang tidak mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok terutama pangan pokok tunggal. Tingkat partisipasi konsumsi beras yang lebih kecil 90% hanya ditemukan di pedesaan Papua. Sebagai gambaran, tingkat konsumsi beras rata-rata di kota tahun 1999 adalah 96,0 kg per kapita/tahun dan di desa adalah 111,8 kg per kapita/tahun (Suharno, 2005).

Beras telah menjadi komoditas strategis dalam kehidupan bernegara di Indonesia. Selain sebagai sumber pangan pokok, beras juga menjadi sumber penghasilan bagi petani dan kebutuhan hidup sehari-hari bagi jutaan penduduk. Beras juga bisa dijadikn sebagai komoditas politik karena keberadaannya tidak dapat digantikan oleh komoditas lain dan harus dalam jumlah yang memadai. Meskipun pemerintah telah mengupayakan diversifikasi pangan, namun sampai


(23)

saat ini belum mampu mengubah preferensi penduduk terhadap bahan pangan beras. Oleh karena itu ketersediaan beras harus selalu terjaga, berkelanjutan, bahkan harus ditingkatkan.

2.2 Produksi Beras

Produksi beras hingga saat ini Pulau Jawa masih memegang peranan penting, meskipun beberapa daerah seperti Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan merupakan daerah produksi beras. Namun, tingkat produksi yang dihasilkan oleh daerah-daerah tersebut tidak seperti yang dihasilkan oleh Pulau Jawa. Sehingga, produksi beras nasional semakin menurun dan Indonesia menjadi negara pengimpor beras terbesar.

Pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan produksi beras terasa semakin berat dan kompleks karena selain dihadapkan pada masalah internal yang identik juga dihadapkan dengan berbagai macam isu global dan perubahan lingkungan yang semakin buruk. Tingginya permintaan pangan, terutama beras dan peningkatan jumlah produksi juga menjadi masalah dalam pencapaiannya. Oleh karena itu, gerakan peningkatan produksi beras nasional melalui perubahan teknologi dan adanya inovasi harus didukung oleh semua daerah di deluruh Indonesia.

2.3 Peramalan

Peramalan adalah perkiraan mengenai sesutau yang belum terjadi. Ramalan pada dasarnya merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian


(24)

atau peristiwa di waktu yang akan datang. Peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya (selisih antara sesuatu yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil. Peramalan dapat juga diartikan sebagai usaha memperkirakan perubahan. Agar tidak disalahpahami bahwa peramalan tidak emmberi jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan berusaha mencari yang sedekat mungkin dengan sesuatu yang akan terjadi.

2.3.1 Metode Kualitatif

Metode kualitatif digunakan jika data historis atau empiris dari variabel yang akan diramal tidak ada, tidak cukup, atau kurang dapat dipercaya. Metode ini juga disarankan jika lingkungan dan teknologi sedang atau diperkirakan akan menngalami perubahan drastis. Sebagai gantinya, input utama metode ini adalah judgement,opini, dan pengalaman. Karena alasan itu, metode ini juga dinamakan judgemental, subjective, intuitive, or technological forecasting method. Beberapa teknik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: jury of executive (expert), opinion, delphi method dan pendekatan hirarki analitik.

2.3.2 Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif memerlukan dua historis atau empiris dan ini menuntut variabel yang digunakan mempunyai satuan hukum atau dapat diukur. Metode ini umumnya beranggapan bahwa pola masa lalu akan berulang. Termasuk dalam kelompok ini antara lain: causal model, simultaneous model, model deret berkala,


(25)

gabungan causal dan time series, leading indicators, analisis input output dan analisis Markov.

Time series (univariate) model didasarkan pada analisis data sebuah variabel hasil pengamatan yang disusun mengikuti urutan waktu. Pengamatan dapat secara tahunan, bulanan, mingguan, harian atau periode yang lebih pendek. Model ini dibedkan menjadi dterministic dan stochastic. Time series deterministicmodel menyadari adanya pengaruh kerandoman pada data, namun model ini tidak menerangkan sumber atau ciri kerandoman itu. Sementara penggunaan time series stochastic model menunjukkan bahwa data dihasilkan oleh proses random yang punya bentuk dan dapat dijelaskan. Pada model terakhir ini tidak perlu asumsi bahwa pola masa lalu akan berulang.

2.4 Regresi Linier Sederhana

Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antarvariabel. Jika kita memiliki dua buah variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan atau dapat diramalkan.

Analisis regresi mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Hubungan fungsional antara satu variabel kriterium disebut analisis regresi sederhana sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel disebut regresi berganda.


(26)

Regresi linier sederhana bertujuan mempelajari hubungan linier antara dua variabel. Dua variabel ini dibedakan menjadi variabel bebas (�) dan variabel tak bebas (�). Variabel bebas adalah variabel yang bisa dikontrol sedangkan variabel tak bebas adalah variabel yang mencerminkan respon dari variabel bebas.


(27)

BAB 3

GAMBARAN UMUM BADAN KETAHANAN PANGAN

3.1 Sejarah Singkat Badan Ketahanan Pangan

Badan Ketahanan Pangan berdiri pada tahun 2002 setelah berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah di Sumatera Utara. Badan Ketahanan Pangan merupakan gabungan dari kanwil pertanian dan sekretariat bimbingan masyarakat (BIMAS). Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Lembaga Teknis Daerah Propinsi Sumatera Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara No.9 Tahun 2008 yang dalam melaksanakan tugasnya senantiasa berupaya menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa sesuai dengan cita-cita dan harapan seluruh lapisan masyarakat.

Gedung Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara sendiri berdiri Tahun 1978, di mana aset dan gedung milik daerah, sedangkan tanah milik pemerintah pusat. Bangunan kantor seluas 1.276 m di atas permukaan tanah seluas 14.271,5 m. Terletak di Jalan Jenderal Besar A. H. Nasution No.24 Medan Johor.


(28)

3.2.1 Visi Badan Ketahanan Pangan

Visi Badan Ketahanan Pangan adalah Terwujudnya Ketahanan Pangan Sumatera Utara. Makna yang terkandung dalam visi Badan Ketahanan Pangan tersebut antara lain:

1. Terwujudnya Ketahanan Pangan masyarakat yang berbasis sumber daya lokal yaitu bahan pangan yang diperoleh betul-betul bersumber dari produksi yang dimiliki (produksi lokal) dan bukan bersumber dari import.

2. Terwudnya Ketahanan Pangan masyarakat yaitu setiap anggota masyarakat atau setiap keluarga (rumah tangga) mampu memperoleh bahan pangan baik jumlah, mutu, aman, dan merata dan harga terjangkau serta mengkonsumsinya secara cukup sesuai Pola Pangan Harapan (PPH).

3. Terwujudnya masyarakat yang sejahtera yaitu masyarakat yang mengkonsumsi bahan pangan yang beragam, bergizi dan berimbang yang pada akhirnya melahirka manusia-manusia yang berkualitas, unggul dan cerdas sehingga mampu membangun dirinya menuju kebahagiaan dan kesejahteraan yang diinginkannya.

3.2.2 Misi Badan Ketahanan Pangan Misi Badan Ketahanan Pangan yaitu:

1. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat utnuk mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya lokal yang dimiliki melalui pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkerakyatan serta mendorong berkembangnya kelembagaan ketahanan


(29)

pangan dan memfasilitasi peningkatan pengelolaan manajemen kelembagaan ketahanan pangan masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan jaringan dan sistem koordinasi antar instansi pemerintah serta masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan manajemen pembangunan Ketahanan Pangan.

3.3 Tugas dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan 3.3.1 Tugas Badan Ketahanan Pagan

Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah/kewenangan propinsi di bidang Kesekretariatan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Distribusi dan Akses Pangan, Konsumsi, Mutu dan Keamanan Pangan dan Tugas Pembantuan.

3.3.2 Fungsi Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara

Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara menyelenggarakan fungsi: a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang ketersediaan dan

kerawanan pangan, distribusi dan akses pangan, konsumsi, mutu dan keamanan pangan.

b. Penyelenggaraan pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam lingkup ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan akses pangan, konsumsi, mutu dan keamanan pangan.

c. Penyelenggaraan pembinaan dan pelaksanaan tugas dalam bidang Ketahanan Pangan.


(30)

d. Penyelenggaraan tugas pembantuan, Pemerintah di bidang Ketahanan Pangan. e. Penyelenggaraan pelayanan administrasi internal dan eksternal termasuk

pengadaan dan penyaluran cadangan Pangan Pemerintah Propinsi.

f. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur, sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.4 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

Dalam sebuah perusahaan, struktur organisasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, di mana struktur organisasi menunjukkan pola hubungan di antara bagian-bagian/posisi serta menggambarkan wewenang tanggung jawab. Di dalam kantor Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara, struktur organisasi sesuai dengan keputusan Gubernur Sumatera Utara yang masih memberlakukan struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara. Peraturan Pemerintah No. 100 Tahun 2000 mengenai Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4149). Struktur organisasi sangat jelas menggambarkan tugas, kedudukan dan tanggung jawab masing-masing orang yang terlibat dalam kegiatan perusahaan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah Propinsi Sumatera Utara, Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera adalah unsur penunjang Pemerintah Propinsi Sumatera


(31)

Utara yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala Badan (eselon II/A) dan dibantu oleh 9 orang pejabat Eselon IV/A.


(32)

BAB 4

PENGOLAHAN DATA

4.1Analisis dan Pengolahan Data

Analisa data pada dasarnya diartikan sebagai berikut:

1. Menguraikan atau memecahkan suatu keseluruhan menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil agar dapat:

a. Mengetahui komponen yang menonjol

b. Membandingkan antara komponen yang satu dengan yang lainnya atau dengan keseluruhannya

2. Membandingkan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu kejadian lainnya serta memperkirakan/ meramalkan kejadian lainnya yang dapat dinyatakan dengan perubahan nilai suatu variabelnya.

Pembahasan mengenai jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal dan Kebutuhan Beras setiap bulannya. Data ini yang nantinya akan digunakan untuk melihat proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten Mandailing Natal. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut:


(33)

Tabel 4.1Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Beras per bulan pada tahun 2010 – 2012 di Kabupaten Mandailing Natal

Nomor Bulan Jumlah Penduduk (jiwa)

Kebutuhan Beras (ton)

1 2

Januari 2010 Februari 2010

429.889 429.889

4.829 4.829

3 Maret 2010 429.889 4.829

4 April 2010 429.889 4.829

5 Mei 2010 429.889 4.829

6 Juni 2010 429.889 4.829

7 Juli 2010 429.889 4.829

8 Agustus 2010 429.889 4.829

9 September 2010 429.889 4.829

10 Oktober 2010 429.889 4.829

11 Nopember 2010 429.889 4.829

12 Desember 2010 429.889 4.829

13 Januari 2011 404.945 4.549


(34)

15 Maret 2011 404.945 4.549

16 April 2011 404.945 4.549

17 18

Mei 2011 Juni 2011

404.945 404.945

4.549 4.549

19 Juli 2011 404.945 5.277

20 Agustus 2011 404.945 6.005

21 September 2011 404.945 4.549

22 Oktober 2011 404.945 4.549

23 Nopember 2011 404.945 4.549

24 Desember 2011 404.945 5.095

25 Januari 2012 404.945 4.549

26 Februari 2012 404.945 4.549

27 Maret 2012 404.945 4.549

28 April 2012 404.945 4.549

29 Mei 2012 404.945 4.549

30 Juni 2012 404.945 4.549

31 Juli 2012 404.945 5.277


(35)

33 September 2012 404.945 4.549

34 Oktober 2012 404.945 4.549

35 Nopember 2012 404.945 4.549

36 Desember 2012 404.945 4.549

Diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara Tahun 2010-2012

4.2Proyeksi

Dari tabel di atas dapat dilakukan proyeksi kebutuhan beras di Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2015.

Tabel 4.2Proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten Mandailing Natal pada Tahun 2015

Bulan Jumlah Penduduk (�)

Kebutuhan Beras (�)

��2 ����

Januari 2010 Februari 2010

429.889 429.889

4.829 4.829

184.804.552.321

184.804.552.321

2.075.933.981

2.075.933.981


(36)

April 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Mei 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Juni 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Juli 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Agustus 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

September 2010

429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Oktober 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Nopember 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Desember 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Januari 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Februari 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Maret 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

April 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Mei 2011 Juni 2011 404.945 404.945 4.549 4.549 163.980.453.025 163.980.453.025 1.842.094.805 1.842.094.805

Juli 2011 404.945 5.277 163.980.453.025 2.136.894.765


(37)

September 2011

404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Oktober 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Nopember 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Desember 2011 404.945 5.095 163.980.453.025 2.063.194.775

Januari 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Februari 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Maret 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

April 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Mei 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Juni 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Juli 2012 404.945 5.277 163.980.453.025 2.136.894.765

Agustus 2012 404.945 6.005 163.980.453.025 2.431.694.725

September 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Oktober 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Nopember 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Desember 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805


(38)

Dari tabel di atas, maka dapat dicari nilai a dan b sebagai berikut:

� =(∑ ��)(∑ ��

2)(∑ �

�)(∑ ����) �(∑ �2)−(∑ �)2

� =(172.038)(6.153.185.500.452)−(14.877.348)(71.111.382.822) 36(6.153.185.500.452)−(14.877.348)2

� =1.058.581.727.126.760.000−1.057.948.789.004.120.000 221.514.678.016.272−221.335.483.513.104

� =632.938.122.639.872 179.194.503.168

� = 3532,129

�= � ∑ ���� −(∑ ��)(∑ ��)

� ∑ �2(∑ � �)2

�= 36(71.111.382.822)−(14.877.348)(172.038) 36(6.153.185.500.452)−(14.877.348)2

�= 2.560.009.781.592−2.559.469.195.224 221.514.678.016.272−221.335.483.513.104

�= 540.586.368 179.194.503.168

�= 0,003017


(39)

Ŷ= �+��

Ŷ= 3.532,129 + 0,003017�

Untuk mencari proyeksi kebutuhan beras pada tahun 2015 dimasukkan nilai

�= 60 (12������ 5��ℎ��) ke persamaan berikut ini:

Ŷ= 3.532,129 + 0,003017�

Ŷ= 3.532,129 + 0,00301(60)

Ŷ= 3.532,129 + 0,1806

Ŷ= 3.532,3096

Jadi, dari perhitungan diperoleh hasil 3.532,3096 yang artinya bahwa untuk tahun 2015 yang akan datang produksi beras di Kabupaten Mandailing Natal adalah sebesar 3.532,3096 ton.


(40)

BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Aplikasi Program SPSS

Selain menggunakan Microsoft Excel, kita dapat menggunakan program yang lebih mudah mengerjakannya, misalnya program minitab atau SPSS. Disini penulis akan menggunakan program SPSS dalam mencari hasil regresi sederhana dan membandingkannya dengan cara manual.

a. Masukkan nama variabel-variabel pada Variable View.


(41)

b. Masukkan data pada Data View.

Gambar 5.2 Tampilan Pada Data View


(42)

Gambar 5.3 Menu Pada Analyze

d. Masukkan Jumlah Penduduk () pada Dependent dan Kebutuhan Beras pada

Independent kemudian klik OK


(43)

5.2 Output Hasil SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Kebutuhan Beras 4778.83 363.990 36

Jumlah Penduduk 413259.67 11925.513 36

Coefficientsa Correlations

Kebutuhan Beras

Jumlah Penduduk

Pearson Correlation Kebutuhan Beras 1.000 .099

Jumlah Penduduk .099 1.000

Sig. (1-tailed) Kebutuhan Beras . .283

Jumlah Penduduk .283 .

N Kebutuhan Beras 36 36

Jumlah Penduduk 36 36

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3532.129 2153.478 1.640 .110

Jumlah Penduduk .003 .005 .099 .579 .566

a. Dependent Variable: Kebutuhan Beras

Pada hasil output Coefficientsa dapat dilihat nilai koefisien � sebesar 3.532,129 dan nilai koefisien � sebesar 0,003. Jadi, perhitungan manual dengan perhitungan pada program SPSS hasilnya sama.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian data mengenai Jumlah Penduduk (jiwa) dan Kebutuhan Beras (ton) di Kabupaten Mandailing Natal yang dianalisa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil regresi linier sederhana yang diperoleh adalah

Ŷ= 3.532,129 + 0,003017�.

2. Dari hasil di atas disimpulkan bahwa peramalan kebutuhan beras pada tahun 2015 di Kabupaten Mandailing Natal adalah3.532,3096 ton.

6.2 Saran

Kepada pemerintah untuk lebih memikirkan lagi dan peduli terhadap jumlah produksi beras yang kadang naik dan kadang turun. Dari data yang diperoleh terdapat produksi beras yang menurun. Di era globalisasi saat ini terutama pada perdagangan bebas saat ini, penulis mengharapkan agar produksi beras kita tidak


(45)

kalah saing dengan negara lain. Untuk itu diharapkan kepada pemerintah untuk lebih peduli terhadap masa depan pertanian Indonesia untuk masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 1997. Analisis Regresi. BPFE. Yogyakarta.

Assauri, Sofyan. 1984. Teknik dan Metoda Peramalan. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Jakarta.

Makridakis, Sypros. 1989. Metode dan Aplikasi Peramalan. Binapura Aksara. Jakarta.

Mulanto, Sri. 2007. Pengolahan Data StatistikDenganSPSS 16.Andi Offset. Semarang.

Santoso, Ratno Dwi. 1992. Analisis Regresi. Andi Offset. Yogyakarta. Sudjana. 2001. Metode Statistika.Tarsito. Bandung.

Suharno. 2005. Bahan Kuliah Serealia. Dinas Pertanian DIY.

Ulber Silalahi, 2009. Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama. Bandung.

Usman, Husain. dan Setiady, Purnomo. 2006. Pengantar Statistika. Bumi Aksara. Jakarta.


(46)

Tabel 4.1Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Beras per bulan pada tahun 2010 – 2012 di Kabupaten Mandailing Natal

Nomor Bulan Jumlah Penduduk (jiwa)

Kebutuhan Beras (ton)

1 2

Januari 2010 Februari 2010

429.889 429.889

4.829 4.829

3 Maret 2010 429.889 4.829

4 April 2010 429.889 4.829

5 Mei 2010 429.889 4.829

6 Juni 2010 429.889 4.829

7 Juli 2010 429.889 4.829

8 Agustus 2010 429.889 4.829

9 September 2010 429.889 4.829

10 Oktober 2010 429.889 4.829

11 Nopember 2010 429.889 4.829

12 Desember 2010 429.889 4.829

13 Januari 2011 404.945 4.549


(47)

15 Maret 2011 404.945 4.549

16 April 2011 404.945 4.549

17 18

Mei 2011 Juni 2011

404.945 404.945

4.549 4.549

19 Juli 2011 404.945 5.277

20 Agustus 2011 404.945 6.005

21 September 2011 404.945 4.549

22 Oktober 2011 404.945 4.549

23 Nopember 2011 404.945 4.549

24 Desember 2011 404.945 5.095

25 Januari 2012 404.945 4.549

26 Februari 2012 404.945 4.549

27 Maret 2012 404.945 4.549

28 April 2012 404.945 4.549

29 Mei 2012 404.945 4.549

30 Juni 2012 404.945 4.549

31 Juli 2012 404.945 5.277


(48)

33 September 2012 404.945 4.549

34 Oktober 2012 404.945 4.549

35 Nopember 2012 404.945 4.549

36 Desember 2012 404.945 4.549

Diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara Tahun 2010-2012

4.2Proyeksi

Dari tabel di atas dapat dilakukan proyeksi kebutuhan beras di Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2015.

Tabel 4.2Proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten Mandailing Natal pada Tahun 2015

Bulan Jumlah Penduduk (�)

Kebutuhan Beras (�)

��2 ����

Januari 2010 Februari 2010

429.889 429.889

4.829 4.829

184.804.552.321

184.804.552.321

2.075.933.981

2.075.933.981


(49)

April 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Mei 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Juni 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Juli 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Agustus 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

September 2010

429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Oktober 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Nopember 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Desember 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Januari 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Februari 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Maret 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

April 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Mei 2011 Juni 2011 404.945 404.945 4.549 4.549 163.980.453.025 163.980.453.025 1.842.094.805 1.842.094.805

Juli 2011 404.945 5.277 163.980.453.025 2.136.894.765


(50)

September 2011

404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Oktober 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Nopember 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Desember 2011 404.945 5.095 163.980.453.025 2.063.194.775

Januari 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Februari 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Maret 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

April 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Mei 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Juni 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Juli 2012 404.945 5.277 163.980.453.025 2.136.894.765

Agustus 2012 404.945 6.005 163.980.453.025 2.431.694.725

September 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Oktober 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Nopember 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Desember 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805


(51)

Dari tabel di atas, maka dapat dicari nilai a dan b sebagai berikut:

� =(∑ ��)(∑ ��

2)(∑ �

�)(∑ ����) �(∑ �2)−(∑ �)2

� =(172.038)(6.153.185.500.452)−(14.877.348)(71.111.382.822) 36(6.153.185.500.452)−(14.877.348)2

� =1.058.581.727.126.760.000−1.057.948.789.004.120.000 221.514.678.016.272−221.335.483.513.104

� =632.938.122.639.872 179.194.503.168

� = 3532,129

�= � ∑ ���� −(∑ ��)(∑ ��)

� ∑ �2(∑ � �)2

�= 36(71.111.382.822)−(14.877.348)(172.038) 36(6.153.185.500.452)−(14.877.348)2

�= 2.560.009.781.592−2.559.469.195.224 221.514.678.016.272−221.335.483.513.104

�= 540.586.368 179.194.503.168

�= 0,003017


(52)

Ŷ= �+��

Ŷ= 3.532,129 + 0,003017�

Untuk mencari proyeksi kebutuhan beras pada tahun 2015 dimasukkan nilai

�= 60 (12������ 5��ℎ��) ke persamaan berikut ini:

Ŷ= 3.532,129 + 0,003017�

Ŷ= 3.532,129 + 0,00301(60)

Ŷ= 3.532,129 + 0,1806

Ŷ= 3.532,3096

Jadi, dari perhitungan diperoleh hasil 3.532,3096 yang artinya bahwa untuk tahun 2015 yang akan datang produksi beras di Kabupaten Mandailing Natal adalah sebesar 3.532,3096 ton.


(1)

15 Maret 2011 404.945 4.549

16 April 2011 404.945 4.549

17 18

Mei 2011 Juni 2011

404.945 404.945

4.549 4.549

19 Juli 2011 404.945 5.277

20 Agustus 2011 404.945 6.005

21 September 2011 404.945 4.549

22 Oktober 2011 404.945 4.549

23 Nopember 2011 404.945 4.549

24 Desember 2011 404.945 5.095

25 Januari 2012 404.945 4.549

26 Februari 2012 404.945 4.549

27 Maret 2012 404.945 4.549

28 April 2012 404.945 4.549

29 Mei 2012 404.945 4.549

30 Juni 2012 404.945 4.549

31 Juli 2012 404.945 5.277


(2)

33 September 2012 404.945 4.549

34 Oktober 2012 404.945 4.549

35 Nopember 2012 404.945 4.549

36 Desember 2012 404.945 4.549

Diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara Tahun 2010-2012

4.2Proyeksi

Dari tabel di atas dapat dilakukan proyeksi kebutuhan beras di Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2015.

Tabel 4.2Proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten Mandailing Natal pada Tahun 2015

Bulan Jumlah

Penduduk (�)

Kebutuhan Beras (�)

��2 ����

Januari 2010 Februari 2010

429.889 429.889

4.829 4.829

184.804.552.321

184.804.552.321

2.075.933.981

2.075.933.981


(3)

April 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Mei 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Juni 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Juli 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Agustus 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

September 2010

429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Oktober 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Nopember 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Desember 2010 429.889 4.829 184.804.552.321 2.075.933.981

Januari 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Februari 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Maret 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

April 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Mei 2011 Juni 2011

404.945 404.945

4.549 4.549

163.980.453.025

163.980.453.025

1.842.094.805

1.842.094.805

Juli 2011 404.945 5.277 163.980.453.025 2.136.894.765


(4)

September 2011

404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Oktober 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Nopember 2011 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Desember 2011 404.945 5.095 163.980.453.025 2.063.194.775

Januari 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Februari 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Maret 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

April 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Mei 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Juni 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Juli 2012 404.945 5.277 163.980.453.025 2.136.894.765

Agustus 2012 404.945 6.005 163.980.453.025 2.431.694.725

September 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Oktober 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Nopember 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805

Desember 2012 404.945 4.549 163.980.453.025 1.842.094.805


(5)

Dari tabel di atas, maka dapat dicari nilai a dan b sebagai berikut:

� =(∑ ��)(∑ ��

2)(∑ �

�)(∑ ����)

�(∑ �2)−(∑ �)2

� =(172.038)(6.153.185.500.452)−(14.877.348)(71.111.382.822)

36(6.153.185.500.452)−(14.877.348)2

� =1.058.581.727.126.760.000−1.057.948.789.004.120.000

221.514.678.016.272−221.335.483.513.104

� =632.938.122.639.872

179.194.503.168

� = 3532,129

�= � ∑ ���� −(∑ ��)(∑ ��) � ∑ �2(∑ �

�)2

�= 36(71.111.382.822)−(14.877.348)(172.038)

36(6.153.185.500.452)−(14.877.348)2

�= 2.560.009.781.592−2.559.469.195.224

221.514.678.016.272−221.335.483.513.104

�= 540.586.368

179.194.503.168


(6)

Ŷ= �+��

Ŷ= 3.532,129 + 0,003017�

Untuk mencari proyeksi kebutuhan beras pada tahun 2015 dimasukkan nilai �= 60 (12������ 5��ℎ��) ke persamaan berikut ini:

Ŷ= 3.532,129 + 0,003017�

Ŷ= 3.532,129 + 0,00301(60)

Ŷ= 3.532,129 + 0,1806

Ŷ= 3.532,3096

Jadi, dari perhitungan diperoleh hasil 3.532,3096 yang artinya bahwa untuk tahun 2015 yang akan datang produksi beras di Kabupaten Mandailing Natal adalah sebesar 3.532,3096 ton.