Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas

4.6.1. Uji Asumsi klasik

Uji asumsi klasik digunakan dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier berganda dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear diantara variable-variabel dalam model regresi. Interprestasi dan persamaan regresi linier secara emplisit bergantung bahwa variable-variable beda dalam persamaan tidak saling berkolerasi. Uji Multikoliniritas terjadi jika korelasi antara variabel independen yang dilibatkan dalam model. Jika terjadi gejala multikolinearitas yang tinggi, standar error koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter semakin besar, dengan demikian terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan terhadap hipotesa. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independen variabel dengan menggunakan Variance Inflating Factor VIF. Batas VIF adalh 10 apabila nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikoliniearitas, Ghozali, 2002.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara residual anggota pada serangkaian observasi tertentu dalam satu periode tertentu. Dalam model regresi linier berganda juga harus bebas dan autokorelasi. Ada berbagai Universitas Sumatera Utara metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Durbin Watson. Menurut Durbin Watson, besarnya koefisien Durbin Watson adalah 0-4, kalau koefisien Durbin Watson sekitar 2, maka dapat dikatakan tidak ada korelasi, kalau besarnya mendekati 0, maka terdapat autokorelasi positif dan jika besarnya mendekati 4 empat maka terdapat autokorelasi negatif Gujarati, 2006.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan tingkat keakuratan data. Dengan kata lain, heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varian yang konstan. Dalam model regresi diharapkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan uji metode Grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada csatterplot, Umar, 2008. Dasar pengambilan keputusan adalah: 1 Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit maka telah terjadi heterokedastisitas. 2 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas, Umar, 2008 Universitas Sumatera Utara

d. Uji Normalitas Data