Wa’iżi’tadzal tumūhum wamā ya’budūna ‘illāllaha fa’wu ‘ilalkahfi yansyur lakum rabbukummirrahmatihi, wayuhayyī’ lakummin
‘amrikummirfaqān ‘dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa
yang mereka sembah selain Allah, Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya
kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu’.
Kritik sosialnya adalah para pemuda Ashabul Kahfi menyepikan diri dari orang-orang yang kafir dan Raja yang hendak membunuh mereka. Hidup
menyepi dalam arti bersembunyi dari kejahatan dan kebajikan yang tidak dapat diperbaiki adalah berbahaya, maka tindakan menyepi atau menghindar
dibenarkan.
2.2 Bentuk Penyampaian Pesan Moral
Terdapat dua bentuk penyampaian pesan moral menurut Burhan Nurgiyantoro adalah sebagai berikut:
1 Bentuk Penyampaian Langsung
Penyampaian moral secara langsung disebut komunikatif, artinya pembaca memang secara mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan. Karena
pengarang dalam hal ini, tampak bersifat menggurui pembaca secara langsung memberikan nasihat dan petuahnya. Hubungan komunikasi yang terjadi antara
pengarang addresser dengan pembaca addresse pada penyampaian moral dengan cara ini adalah hubungan langsung.
Universitas Sumatera Utara
Gambar di atas mengandaikan pesan yang ingin disampaikan kurang adanya hubungan cerita, jadi ia lebih merupakan sesuatu yang sebenarnya berada
di luar unsur cerita itu sendiri. Pesan langsung dapat juga terlibat atau dilibatkan dengan cerita, tokoh-
tokoh cerita, dan pengaluran cerita. Artinya kita hadapi memang cerita, namun isi ceritanya sendiri sngat terasa tendesius dan pembaca dengan mudah dapat
memahami pesan tersebut. Hubungan langsung tersebut dapat kita lihat dari gambar dibawah ini:
Contoh bentuk penyampaian pesan moral langsung terdapat pada Surah An- Naml ayat 17 sebagai berikut:
Pengarang Addresser
Amanat Message
Pembaca Addresse
Pengarang Amanat
Pembaca
Amanat
TEKS Amanat
dituangkan ke dalam
ditafsirkan oleh
Universitas Sumatera Utara
wahusyira lisulaymāna junūduhu, minaljinni wal’insi wattayri fahum yūża ‘ūna
‘
dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib dalam barisan’.
Ayat ini menjelaskan bahwa, Allah SWT telah menghimpunkan untuk Nabi Sulaiman a.s rakyat yang terdiri dari manusia, jin dan burung. Serta dapat
mengetahui dan menggabungkan rakyatnya dalam satu kesatuan seperti dalam barisan. Dari makna diatas termasuk dalam klasifikasi penyampaian pesan moral
secara langsung.
2 Bentuk Penyampaian Tidak Langsung
Penyampaian pesan moral tak langsung, hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. Dilihat dari
pembaca, jika ingin memahami dan menafsirkan pesan itu haruslah melakukannya berdasarkan cerita, sikap, dan tingkah laku para tokoh tersebut. Dilihat dari
pengarang yang ingin menyampaikan pesan dan pandangannya, cara ini kurang komunikatif. Artinya pembaca belum tentu dapat menangkap apa sesungguhnya
maksud pengarang. Hubungan yang terjadi antara pengarang dan pembaca adalah hubungan tak langsung dan tersirat.
Keadaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengarang Pembaca
Amanat ditafsirkan
oleh
Universitas Sumatera Utara
Contoh bentuk penyampaian pesan moral secara tidak langsung terdapat pada Surah al-Anbiya’ ayat 79 yakni:
Fafahhamn āhā sulaymāna wakullān ‘ātaynā hukmān wa’ilmān
wasahkharnā ma’adāwu, daljibāla yusabbihna waťťayra wakunnā fā’ilīn
‘
Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum yang lebih tepat dan kepada masing-masing mereka telah Kami
berikan Hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang
melakukannya
’.
Ayat ini menjelaskan bahwa, Allah SWT telah memberi kelebihan kepada Nabi Daud a.s dan anaknya Nabi Sulaiman a.s. dengan kelebihan tersebut, bumi
beserta isinya tunduk dan patuh kepada mereka. Ditinjau dari makna di atas, merupakan bentuk penyampaian pesan moral secara tidak langsung.
Sedangkan unsur ekstrinsik
ﺔﻴﺟﺭﺎﺨﻟﺍ ﺮﺻﺎﻨﻌﻟﺍ
al- ‘anāşiru al-
khārijiyyatu menurut Nurgiyantoro 1995 : 23 adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
TEKS Amanat
dituangkan ke dalam
Universitas Sumatera Utara
sistem organisme karya sastra, missalnya sosiologi sastra, psikologi sastra, antropologi sastra dan lain-lain.
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa salah satu pendekatan dalam telaah unsur ekstrinsik adalah pendekatan sosiologi sastra. Menurut Wellek dan Warren
1995: 111-112 ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan sosiologi dengan sastra antara lain:
1. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan pengarang sebagai penulis
2. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan dalam karya sastra itu sendiri dan
berkaitan dengan masalah sosial 3.
Memahami unsur-unsur kemasyarakatan pembaca dan dampak sosial karya sastra.
Pada dasarnya sosiologi sastra memberi perhatian pada masalah yang kedua, yaitu dalam memahami unsur-unsur kemasyarakatan yang terkandung
dalam karya sastra itu sendiri. Teori-teori sosiologi yang dapat menopang analisis sosiologi sastra adalah
teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai system komunikasi, khususnya dalam kaitannya dengan aspek-aspek ekstrinsik,
seperti konflik Ratna: 2003: 8.
a. Konflik