s dan Khidir s pada Surah al Kahfi Ayat 60-82 Latar Belakang

ABSTRAK Karlina Rizki Rosadi, 2011, Analisis Pesan Moral dan Konflik Kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s pada Surah al Kahfi Ayat 60-82 dalam Al-Qur’an. Medan. Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini membahas tentang pesan moral dan konflik kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s pada Surah al Kahfi Ayat 60-82 dalam Al-Qur’an. Pesan moral dan konflik merupakan topik yang dianalisis oleh penulis. Penulis menggunakan teori Burhan Nurgiyatoro dalam menganalisis pesan moral dan konflik. Pada penelitian ini penulis menggunakan kajian struktural dalam menganalisis pesan moral dan ditinjau oleh sosiologi sastra. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pesan moral yang terdapat ayat 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 68, 69, 70, 71, 73, 76, 77, 79, 80, 81, dan 82. Pesan religius terdapat pada ayat 61, 63, 65, 66, 68, 69, 74, 76, 80, 81, dan 82. Kritik sosial terdapat pada ayat 71, 74, 79, dan 82. Bentuk penyampaian pesan moral secara langsung terdapat pada ayat 60, 63, 64, 66, 67, 68, 70, 73, 76, 78, 79, 80, 81,dan 82. Bentuk penyampaian pesan moral secara tidak langsung terdapat pada ayat 61, 62, 6569, 71, 72, 74, 75, dan 77. Bentuk konflik terdapat pada ayat 60 termasuk dalam konflik internal, sedangkan yang termasuk dalam konflik eksternal adalah ayat 62, 70, 71, 73, 74, 77, dan 79. Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karlina Rizki Rosadi, 2011, Analisis Pesan Moral dan Konflik Kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s pada Surah al Kahfi Ayat 60-82 dalam Al-Qur’an. Medan. Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini membahas tentang pesan moral dan konflik kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s pada Surah al Kahfi Ayat 60-82 dalam Al-Qur’an. Pesan moral dan konflik merupakan topik yang dianalisis oleh penulis. Penulis menggunakan teori Burhan Nurgiyatoro dalam menganalisis pesan moral dan konflik. Pada penelitian ini penulis menggunakan kajian struktural dalam menganalisis pesan moral dan ditinjau oleh sosiologi sastra. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pesan moral yang terdapat ayat 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 68, 69, 70, 71, 73, 76, 77, 79, 80, 81, dan 82. Pesan religius terdapat pada ayat 61, 63, 65, 66, 68, 69, 74, 76, 80, 81, dan 82. Kritik sosial terdapat pada ayat 71, 74, 79, dan 82. Bentuk penyampaian pesan moral secara langsung terdapat pada ayat 60, 63, 64, 66, 67, 68, 70, 73, 76, 78, 79, 80, 81,dan 82. Bentuk penyampaian pesan moral secara tidak langsung terdapat pada ayat 61, 62, 6569, 71, 72, 74, 75, dan 77. Bentuk konflik terdapat pada ayat 60 termasuk dalam konflik internal, sedangkan yang termasuk dalam konflik eksternal adalah ayat 62, 70, 71, 73, 74, 77, dan 79. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Teeuw dalam Fananie, 2000: 3-4, bahwa sastra berasal dari bahasa Sangsekerta, terdiri dari kata ‘sas-’ yang berarti mengarahkan, mengajarkan memberi petunjuk atau memberi intruksi. Sedangkan ‘-tra’ berarti alat atau sarana. Padahal dalam pengertian sekarang, sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini kemudian ditambah dengan kata ‘su’ yang berarti indah atau baik. Jadilah susastra yang bermakna tulisan yang indah, dalam bahasa Inggris missalnya dikenal dengan istilah literature, dan Belanda letterkunde. Bentuk karya sastra ada dua yakni bentuk lisan dan tulisan Ratna, 2005: 2. Sastra ataupun kesusastraan merupakan karya tulis yang memiliki ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan isi dan ungkapannya, jika dibandingkan dengan karya tulis lain Suprapto,1993 : 77. Dalam sastra secara global, akan terikat pada dunia pengarang, pemikiran dan pengetahuan dari segi kesatuan dalam pekerjaan dan kekhususan judul juga kebebasan dalam berkarya Al Manar 1349H: 9. Menurut etimologi kata sastra dalam bahasa Arab, sastra dikenal dengan istilah ﺏﺩﻷﺍ al-‘adabu yang mempunyai arti yang bervariatif sesuai zaman. Al- Khulli 1982: 158 berpendapat ﺏﺩﻷﺍ al-‘adabu ‘sastra’ adalah ﺔﻐﻟ ﺏﺩﻷﺍ ، ﺔﻐﻟ ﺔﻴﺑﺩﻷﺍ : ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻰﺤﺼﻔﻟﺍ ﺔﻣﻠﺨﺘﺴﻣ ﻲﻓ ﺕﺎﺑﺎﺘﻜﻟﺍ ﺔﻴﺑﺩﻷﺍ . lughatu al-adabi, lughatu al-adabiyati: Al-lugatu al- fushā mustakhdamatu fī al-kitābāti al-adabiyati. ‘Bahasa sastra adalah bahasa baku yang digunakan dalam buku-buku sastra’. Sedangkan Menurut Wahba dalam Sutiasumarga 1984: 34-36 pada zaman permulaan Islam, adab adalah ﺐﻳﺬﻬﺘﻟﺍ at- tahzību pendidikan, pengajaran dan ﻖﻠﺨﻟﺍ al- khūlqu budi- pekerti. Karya sastra disebut besar agung bila dapat menghasilkan nilai kehidupan seperti moral, sosial dan agama Wellek dan Warren dalam Pradopo, Universitas Sumatera Utara 2002 : 85. Sedangkan menurut Fananie, 2000: 133 karya sastra adalah karya yang menyajikan persoalan-persoalan interpretasi yang paling tidak terpecahkan yang berkaitan dengan makna tata nilai dan bentuk struktur dari kondisi sosial dan historis yang terdapat dalam kehidupan manusia. Setelah memperhatikan pendapat di atas perlu ditinjau pengertian secara umum karya sastra mengandung nilai-nilai moral yang mengacu pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima manusia mengenai perbuatan, sikap, kewajiban yang meliputi: akhlak, budi pekerti, dan susila, seperti halnya yang terdapat dalam KBBI 1984:654. Ahmad Iskandar, dkk menyebutkan bahwa: ﻦﻌﻣ ﺏﺩﻷﺍ ﻥﻮﻨﻌﻳ ﺏﺩﻷﺎﺑ ﻞﻛ ﻦﻋﺮﺒﻋﺎﻣ ﻦﻌﻣ ﻦﻣ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﺓﺎﻴﺤﻟﺍ ﺏﻮﻠﺳﺄﺑ ﻞﻴﻤﺟ ma’na al- adab ya’nūna biladabi kulla mā’abbara ‘an ma’na min ma’ānīl al- hayāti biuslūbin jamīlin ‘Pengertian sastra: sastra yakni tegak yang diungkapkan dari sebuah makna, dari makna kejidupan dengan gaya bahasa yang indah’ Ahmad Iskandar, :44. Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah ahli agama ‘uruf syara’, Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad yang ditulis dalam mushaf lembaran-lembaran yang dijadikan seperti buku. Ash-Shiddieqy, 1999:4. Mengenai jumlah surah, ayat, kata, dan huruf Al-Qur’an, Said 1984:164 mengatakan bahwa: “Al-Qur’an terdiri dari 114 surah, 6666 ayat, 77.437 kata dan 325.345 huruf itu yang keseluruhannya tetap indah dan sebesar zarrah pun tidak terdapat celah di dalamnya”. Al-Qur’an tidak hanya berisikan tentang tauhid, ibadah dan hukum-hukum yang mengatur tata cara kehidupan manusia agar selamat dunia akhirat, akan tetapi Al-Qur’an juga berisikan tentang kisah-kisah para nabi, orang sholeh dan umat yang durhaka kepada Allah Al-Qur’an terjemahan, 1989: 18. ﻦﻜﻟﻭ ﻯﺮﺘﻔﻳ ﺎﺜﻳﻠﺣ ﻥﺎﻛﺎﻣ ﺏﺎﺒﺋﻻﺍ ﻰﻟﻭﻷ ﺓﺮﺒﻋ ﻢﻬﺼﺼﻗ ﻰﻓ ﻥﺎﻛﻠﻘﻟ Universitas Sumatera Utara . ﻥﻮﻨﻣ ﺆﻳ ﻡﻮﻘﻟ ﺔﻤﺣﺭﻭ ﻯﻠﻫﻭ ﺊﺷ ﻞﻛ ﻞﻴﺼﻔﺗﻭ ﻪﻳﻠﻳ ﻦﻴﺑ ﻯﺬﻟﺍ ﻖﻳﻠﺼﺗ laqad kāna fī qaşaşihim ‘ibrata li’awlī al-‘albābi mākāna hadīsān yaftara ya walakin taşdīqulladzī bayna yadayhi watafşīlun kullu sya’in wahudā warahmatān liqawmīn yū’minūn ‘Adapun kisah-kisah para nabi itu sebagai contoh bagi orang-orang yang berfikir sesungguhnya kisah-kisah itu dipastikan kebenarannya dari tangan mereka dan menyampaikan segala sesuatunya dengan petunjuk bagi kaum yang beriman’ Dhallat, ۱۹۷۸ : ﺃ Al-Qur’an juga menceritakan kisah dalam sejarah yang mengandung pesan moral yang penting bagi manusia. Salah satu kisah yang terkenal dan berulang kali dijelaskan dalam Al-Qur’an adalah kisah Nabi Musa a.s. ﻥﺁﺮﻘﻟﺍ ﻥﺃ ﺮﻛﺬﻓ ﺁﺮﻘﻟﺍ ﻰﻧ ﺺﺼﻘﻟﺍﺭﺍﺮﻜﺗ ﻰﻋﺍﻭﺩ ﻦﻋ ﺔﻧﺎﻫﺮﺑ ﻰﻓ ﻰﺸﻛﺭﺰﻟﺍ . ﻚﻟﺬﻟ ﻻﺎﺜﻣ ﺏﺮﺿ ﻢﺛ ،ﺎﺌﻴﺷ ﺎﻬﻴﻓ ﺩﺍﺯ ﺔﺼﻘﻟﺍ ﺭﺮﻛ al- żarkasyī fī burhānah:’an dawā’ī tikurāri al-qaşaşi al-qur’an fadzakara ‘an Al-Qur’ana karura al- qişşati żādafīhā syay’an, sum daraba misāl an lidzālika ‘Menurut Zarkasi dalam bukunya “al-Burhanah” ۱۹۷۸: ﻫ , bahwasannya pengulangan kisah-kisah Al-Qur’an disebutkan bahwa perulangan kisah itu sebenarnya menambah sesuatu dari kisah yang telah ada, kemudian menjadi suatu acuan atau pemisalan dari kisah Al-Qur’an itu’. Salah satu faktor dari pengulangan kisah Nabi Musa a.s dalam Al-Qur’an adalah untuk menguatkan hati Nabi Muhammad saw dalam berjuangkan menghadapi permusuhan, kecurangan dan penghianatan bangsa Yahudi di Madinah, yaitu Bani Qainuqo’, Bani Nadhir, dan Bani Quraizah, sehingga Allah SWT mengingatkan kembali kisah Nabi Musa a.s saat menghadapi kesombongan Fir’aun yang juga ingkar dan tidak mau beriman terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa a.s, agar menumbuhkan rasa percaya diri dan menguatkan hati sekaligus membangkitkan semangat Nabi Muhammad saw dan orang yang beriman dalam menghadapi cobaan yang mereka hadapi Hamka, 1982: 2-3. Allah SWT menurunkan kitab suci Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw, begitu juga dengan kitab suci Taurat yang diturunkan Allah SWT kepada Universitas Sumatera Utara Nabi Musa a.s. Di Madinah terdapat juga penduduk asli berbangsa Arab, yaitu Bani Aus dan Khazraz. Namun orang Yahudi meremehkan orang-orang Arab ini. Faktor lain dalam pengulangan kisah Nabi Musa a.s menurut Hamka 1982: 24 dalam Al-Qur’an adalah karena perjuangan yang dihadapi Nabi Musa a.s hampir sama beratnya dengan perjuangan yang dihadapi Nabi Muhammad saw, sehingga dapat menjadi perbandingan bagi Nabi Muhammad saw dan orang- orang beriman bahwa para nabi terdahulu juga menghadapi cobaan yang berat dalam menegakkan agama Allah swt. Kedua Nabi ini termasuk golongan Nabi dan Rasul yang bergelar ulul azmi. Nabi Musa a.s bin Imran bin Qahits bin ‘Azir bin Lawi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim merupakan salah satu nabi ulul azmi memiliki ketetapan hati yang kisahnya banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Kisah-kisah Nabi Musa a.s diceritakan secara berulang-ulang di berbagai surat dan tidak dikhususkan dalam satu surat saja sebagaimana kisah Nabi Yusuf a.s Al-Maghrubi dalam zubeir, 2009: 4 Menurut Khalil 2005: 83, nama Nabi Musa a.s disebutkan di dalam Al- Qur’an sebanyak 136 kali dan terdapat dalam 34 surat. Salah satunya pada surat Al-Maa’idah ayat 20, 22, 24, Al A’raaf ayat 103, 104, 115, 117, 122, 127, 128, 131, 134, 138, 142, 144, 148, 150, 154, 155, 159, 160, Yunus ayat 75, 77, 80, 81, 83, 84, 87, 88, Al-khafi ayat 60, 64, 66, 69, 71, 73, 74, 76, 77, Thaha ayat 9, 11, 17, 19, 36, 40, 49, 57, 61, 65, 67, 70, 77, 83, 86, 88, 91, Al-Mu’minuun ayat 45, 49, Asy-Syu’araa ayat 10, 43, 45, 48, 52, 61, 63, 65, An-Naml ayat 7, 9, 10, Al-Qashash ayat 3, 7, 10, 15, 18, 19, 20, 29, 30, 31, 36, 37, 38, 43, 44, 48, Az-Zhukhruf ayat 46. Bagi kaum muslimin Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril selama lebih kurang tiga belas tahun. Kandungan pesan ilahi yang disampaikan Nabi Muhammad saw telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial kaum muslimin dalam segala aspek kehidupannya Amal, 2005: 1. Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan kisah nyata, memberikan gambaran kepada umat manusia tentang kehidupan yang terjadi di masa lalu dan dapat diambil hikmahnya serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari seperti kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s yang terdapat dalam Al- Qur’an. Kisah ini dapat dijumpai pada surah al Kahfi Ayat 60-82 terdapat dalam Universitas Sumatera Utara juz 15-juz 16. Kisah tersebut yang diteliti oleh penulis dalam ruang lingkup sosiologi sastra. Sebagaimana hal di atas menurut Wellek dan Warren 1995: 111-112 ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan sosiologi dengan sastra antara lain: 1. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan pengarang sebagai penulis 2. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan dalam karya sastra itu sendiri dan berkaitan dengan masalah sosial 3. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Pada dasarnya sosiologi sastra memberi perhatian pada masalah yang kedua, yaitu dalam memahami unsur-unsur kemasyarakatan yang terkandung dalam karya sastra. Adapun yang mendorong penulis untuk menganalisis pesan moral dan konflik yang terdapat pada kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s dalam surah al- Kahfi ayat 60-82 adalah sebagai berikut: 1. Belum pernah diteliti oleh orang lain 2. Khidir a.s merupakan salah seorang nabi yang tidak termasuk 25 nabi dan rasul, namun kharisma Khidir a.s tetap abadi sepanjang masa. Dan telah tertulis dalam Hadist. 3. Mencermati kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s dari segi kajian struktural terutama pesan moral dan konflik. 4. Pada kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s ini banyak terdapat hikmah dan pelajaran yang dapat diambil, dipraktekkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menganalisis pesan moral dan konflik tersebut penulis menggunakan teori Burhan Nurgiyantoro yang memaparkan pesan moral dan konflik dengan jelas dan terperinci. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik mengangkat permasalahan tersebut sebagai suatu karya ilmiah yang berjudul, “Analisis Pesan Moral dan Konflik Kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s pada Surah al Kahfi Ayat 60-82 Universitas Sumatera Utara dalam Al-Qur’an”. Kisah ini belum ada yang mengkaji sebelumnya oleh Mahasiswa Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.2 Perumusan Masalah