TINJAUAN PUSTAKA Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kisah-kisah dari Al-Qur’an yang ditinjau dari sisi kesusastran sebahagian telah di bahas dan diteliti oleh Mahasiswa Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dalam bentuk skripsi diantaranya adalah “Kisah Nabi Musa Versus Fir’aun” oleh Ahmad Zubeir nim 040708040, mengkaji tentang kisah-kisah nabi khususnya kisah Nabi Musa a.s dengan Firaun. “Analisis Pesan Moral pada Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur’an” oleh Farida Hanum Pasaribu nim 040704004, mengkaji kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur’an khusus pada pesan moral, dan “Analisis Pesan dan Peristiwa Kisah Nabi Nuh a.s dalam Al-Qur’an” oleh Rejeyanti nim 050704012, menganalisis pesan dan peristiwa kisah Nabi Nuh a.s dalam Al-Qur’an. Karya tulis di atas ini menjadi bandingan bagi penulis dalam menguraikan proposal ini. Penulis membahas tentang “ Analisis Pesan Moral dan Konflik Kisah Nabi Musa a.s dan Khidir a.s pada Surah al-Kahfi ayat 60-82 dalam Al-Qur’an” melalui pendekatan sosiologi sastra. Sastra merupakan ungkapan yang penyampaiannya ditujukan dalam mempengaruhi perasaan, emosi para pembacanya atau para pendengar, baik itu yang berupa syair ataupun prosa. Sastra ataupun kesusastraan merupakan karya tulis yang memiliki ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan isi dan ungkapannya, jika dibandingkan dengan karya tulis lain Suprapto,1993 : 77. Sastra dalam arti yang lebih luas adalah seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra suatu komunikasi seni yang hidup bersama bahasa. tanpa bahasa, sastra tidak mungkin ada, melalui bahasa ia dapat mewujudkan dirinya berupa sastra lisan dan tertulis Aftaruddin dalam Jamaluddin, 2003: 31. Karya sastra itu dapat menimbulkan rasa keindahan baik bagi penulis dan pembaca, baik dari segi bahasa maupun isinya. Sedangkan sastra dalam bahasa Universitas Sumatera Utara Arab di kenal dengan ﺏﺩﻷﺍ al-adab menurut ahli sastra Arab Muhammad Abdul Fauzi Hasan. Menurut Abdul Aziz dalam Muzakki, 2006:32 sastra dalam bahasa Arab adalah ﺏﺩﻵﺍ ﻝﻛ ﻭﺃﺭﻌﺷ ﺭﺛﻧ ﺭﺛﺅﻳ ﻲﻓ ﺱﻔﻧﻟﺍ ﺏﺫﻬﻳﻭ ﻕﻠﺧﻟﺍ ﻭﻋﺩﻳﻭ ﻰﻟﺍ ﺔﻠﻳﺿﻔﻟﺍ ﺩﻌﺑﻳﻭ ﻥﻋ ﺔﻠﻳﺫﺭﻟﺍ ﺏﻭﻠﺳﺎﺑ ﻝﻳﻣﺟ Al- adabu kullu syi’rin aw naśrin yua ‘śśiru fī al-nafsi wa yuhżżibu al- khuluqa wa yad’ū ilā al-fadīlati wa yub’idu ‘an al-rażīlati bi uslūbin jamīlīn. ‘Sastra adalah setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan, mendidik budi pekerti dan mengajak kepada akhlak yang mulia serta menjauhkan perbuatan yang tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah’. Menurut Al Hamid 1994: 15, memberikan makna sastra dalam bahasa Arab menjadi dua bagian, yaitu secara umum dan khusus: ﺏﺩﻶﻟ ﻥﺎﻳﻧﻌﻣ : ﻡﺎﻌﻟﺍ ﻊﺗﻣﺗﻟﺍﻭﻫﻭ ﻕﻼﺧﻷﺎﺑ ﺔﻣﻳﺭﻛﻟﺍ ﻕﺩﺻﻟﺎﻛ ﺔﻧﺎﻣﻷﺍﻭ . ﻟﺍﻭ ﺹﺎﺧ ﻭﻫﻭ ﻡﻼﻛﻟﺍ ﻝﻳﻣﺟﻟﺍ ﻎﻳﻠﺑﻟﺍ ﺭﺛﻭﻣﻟﺍ ﻲﻓ ﺱﻔﻧﻟﺍ . Lil ādabi ma’nayāni: al-‘āmmu wa huwa al-tamattu ‘u bi al-akhlaqi al- karimati ka aş-şidqi wa al-amānati. Wa al-khāşşu wa huwa al-kalāmu al- jamilu al- balīgu al-mu’asiru fī al-nafsi. ‘Makna sastra dalam bahasa Arab terbagi dua, yaitu: makna umum adalah menggambarkan akhlak yang baik seperti sifat jujur dan amanah. Makna khusus adalah perkataan yang indah yang memberi pengaruh pada jiwa manusia’. Secara umum, mengklasifikasikan sastra dalam bahasa Arab Menurut Al- Hamid 1994: 16 menjadi dua bagian yaitu: ﺏﺩﻷﺍ ﻥﺎﻋﻭﻧ : ۱ ﻡﻼﻛﻟﺍﻭﻫﻭﺭﺛﻧ ﻝﻳﻣﺟﻟﺍ ﻱﺫﻟﺍ ﺱﻳﻟ ﻪﻟ ﻥﺯﻭ ﺔﻳﻓﺎﻗﻻﻭ ۲ ﻡﻼﻛﻟﺍﻭﻫﻭﺭﻌﺷﻭ ﻝﻳﻣﺟﻟﺍ ﻱﺫﻟﺍ ﻪﻟ ﻥﺯﻭ ﺔﻳﻓﺎﻗﻭ . Universitas Sumatera Utara Al- ādabu nau’āni: 1 naśrun wa huwa al-kalāmu al-jamīlu al-lażī laisa lahū waznun wa lā qāfiatun. 2 wa syi’ru wa huwa al-kalāmu al-jamīlu al- lazī lahū waznun wa qafiatun. ‘Sastra dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua bagian yaitu: 1 Prosa adalah kata-kata yang indah yang tidak terikat dengan wazanpola irama maupun qafiyahsajak. 2 Syair adalah kata-kata yang terikat pada wazanpola irama maupun qafiyahsajak’. Di dalam karya sastra terdapat unsur-unsur pembangun yang membentuk sebuah totalitas karya sastra. Selain unsur bahasa, masih ada unsur-unsur pembagian karya sastra yang lain. Pembagian unsur karya sastra yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik ﺔﻴﻠﺧﺍﻠﻟﺍﺮﺻ ﻌﻟﺍ ﻨﺎ al- ‘anāşiru addākhiliyyatu adalah unsur-unsur yang membangun dan menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur intrinsik merupakan yang secara langsung turut serta membangun cerita, seperti: peristiwa ﺔﺛﺩﺎﺤﻟﺍ al- hādisatu , cerita ﺔﻳﺎﻜﺤﻟﺍ al- hikāyatu , plot ﺔﻜﺒﺤﻟﺍ al-habkatu, penokohan ﺔﻴﺼﺨﺸﻟﺍ as- sakhsīyyatu, tema ﻉﻮﺿﻮﻤﻟﺍ al- maudūu, Latar ﻥﺎﻣﺰﻟﺍ ﻭ ﻥﺎﻜﻤﻟﺍ al- makānu wa az-zamānu, sudut pandang ﺮﻈﻧ ﺔﻬﺟﻭ wijhatu nazrin, bahasa atau gaya bahasa ﺏﻮﻠﺳﻷﺍ al-uslub, dan pesan moral ﺔﻧﺎﻣﺃ ’amā’nah. Menurut Khalafullah 2002: 19 penggunaan metode pendekatan sastra dalam menafsirkan kisah-kisah Al-Qur’an masih tergolong baru. Melalui pendekatan metodologis semacam ini akan banyak terungkap dimensi seni dan sastra yang dimiliki Al-Qur’an sebagai salah satu bukti kemukjizatannya. Dalam menyampaikan sebuah kisah, Al-Qur’an menggunakan metode gaya bahasa dan deskripsi tersendiri. Kejadian kisah dalam Al-Qur’an merupakan deskripsi sastra yang memiliki nuansa batin, dengan kesimpulan yang disusun atas dasar kekuatan perasaan yang mampu menggugah dan menarik perhatian, Universitas Sumatera Utara sehingga kisah Al-Qur’an diharapkan dapat menggugah jiwa pembaca dan pendengarnya sehingga mau berfikir dan memahami kebesaran Allah SWT. Menurut Hafist 1990: 13 kisah dalam Al-Qur’an Al-Karim adalah peristiwa-peristiwa nyata yang diceritakan kembali untuk mengarahkan manusia mengambil pelajaran darinya sekaligus member perumpamaan bagi manusia serta menjelaskan perihal orang-orang sesat dan tempat yang akan mereka huni dan perihal orang-orang yang mendapat petunjuk serta ganjaran yang akan diterima, selain itu kisah dalam Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan perjuangan para nabi dan dilanjutkan oleh para da’i yang menyeru kepada jalan kebenaran. Salah satu dari unsur terpenting dalam kisah adalah tokoh. Tokoh-tokoh yang dimaksudkan dalam kisah sastra bukanlah tokoh-tokoh yang berwujud manusia saja, akan tetapi lebih luas. Artinya setiap tokoh dalam kisah Al-Qur’an adalah peran utama kisah di mana semua pembicaraan, peristiwa, dan pemikiran hal-hal yang terjadi dalam kisah dan berputar pada dirinya. Bila demikian halnya, maka tokoh-tokoh kisah Al-Qur’an adalah para malaikat, jin, dan berbagai jenis hewan seperti burung dan hewan melata, baru tokoh manusia baik laki-laki maupun perempuan Khalafullah, 2002:207. Dalam penelitian ini tokoh-tokoh yang dimaksud pada surah al-Khafi ayat 60-82 adalah Nabi Musa as, Khidir as, Yusa’ nun, ikan, masyarakat yang zalim perompak laut, orang yang baik hidupnya orang yang punya kapal, dan seorang ayah yang meninggalkan harta untuk kehidupan anaknya.

2.1 Pesan Moral