Pengembangan Kelembagaan Petani
8. Pengembangan Kelembagaan Petani
Pada saat ini terdapat beberapa permasalahan dalam bidang Dari segi kelembagaan petani terdapat beberapa permasalahan,
inovasi penelitian pertanian, antara lain: sangat kecilnya anggaran yaitu: masih lemahnya kapasitas dan belum efektifnya kinerja
pemerintah untuk kegiatan penelitian, belum optimalnya diseminasi kelembagaan kelompok tani, belum berkembangnya kelembagaan
hasil-hasil penelitian, masih lemahnya sinergi penelitian antar yang berorientasi kepada aspek ekonomi petani, dan masih
berbagai instansi litbang dan universitas, belum berkembangnya rendahnya minat untuk membangun dan mengembangkan
penelitian oleh pihak swasta dan rendahnya insentif bagi para penelitian oleh pihak swasta dan rendahnya insentif bagi para
4. meningkatkan akses pangan (fisik dan ekonomi) bagi masyarakat kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
miskin;
a. meningkatkan kapasitas kelembagaan petani melalui
5. memperlancar distribusi pangan dari sentra produksi ke sentra pendampingan, pelatihan, magang, studi banding, dll;
konsumsi;
b. meningkatkan efektivitas kegiatan kelompok tani dengan
6. melakukan kampanye nasional penganekaragaman konsumsi memprioritaskan partisipasi petani;
pangan berbasis sumberdaya lokal sesuai dengan Peraturan
c. meningkatkan kemitraan kelompok tani dengan para pelaku
Presiden Nomor 22 tahun 2009;
ekonomi lainnya untuk mewujudkan koordinasi vertikal dalam
7. mendorong usaha pengolahan bahan pangan tepung untuk kegiatan agribisnis;
memudahkan pengolahan lanjut menjadi pangan non-beras;
d. mengarahkan organisasi ekonomi petani untuk turut serta
8. mendorong kembali pemberian makanan tambahan bagi anak melakukan kegiatan off-farm;
sekolah (PMTAS) serta ibu hamil dengan pola CSR (corporate
e. mendorong penumbuhan kelompok tani, koperasi
social responsibility).
atau kelembagaan petani lainnya pada wilayah-wilayah pengembangan baru; dan
Untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama kaum ibu dan
f. meningkatkan posisi tawar kelompok tani agar lebih mandiri. anak melalui ketersediaan, akses, konsumsi dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih dan sehat termasuk sadar gizi.
D. KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN
Kebijakan yang perlu ditempuh adalah:
1. perbaikan gizi masyarakat, difokuskan pada ibu pra-hamil, ibu Beberapa masalah terkait dengan ketahanan pangan dan gizi adalah:
hamil dan anak melalui ketersediaan dan jangkauan pelayanan pasokan bahan pangan pokok masih belum stabil dan porsi impor
kesehatan berkelanjutan;
masih cukup tinggi, rendahnya stabilitas harga pangan khususnya
2. peningkatan aksesibilitas pangan melalui peningkatan gabah/beras petani, kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE)
ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang difokuskan pada yang belum tersalurkan dengan lancar, belum berkembangnya
keluarga rawan pangan dan miskin;
lumbung-lumbung penyimpanan pangan dan belum tercapainya diversifikasi pola konsumsi pangan (masih tergantung pada beras).
3. peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan, melalui Untuk itu diperlukan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
peningkatan pengawasan keamanan pangan pada makanan jajanan yang dibuat oleh industri rumah tangga, menengah dan
1. terus meningkatkan kapasitas produksi pangan pokok sehingga
besar;
mencapai swasembada pangan secara berkelanjutan;
4. peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), melalui
2. menyediakan dana kredit pengadaan pangan dengan suku peningkatan pemberdayaan masyarakat serta keteladanan bunga rendah;
pimpinan formal dan non-formal terutama dalam perubahan
3. bersama-sama dengan masyarakat membangun lumbung- perilaku untuk diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber lumbung pangan modern berbasis perdesaan; 3. bersama-sama dengan masyarakat membangun lumbung- perilaku untuk diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber lumbung pangan modern berbasis perdesaan;
Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi
5. penguatan kelembagaan pangan dan gizi, melalui penguatan dan UKM, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian kelembagaan pangan dan gizi di tingkat nasional, provinsi dan
Dalam Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian kabupaten/kota dalam merumuskan kebijakan, program dan
Kehutanan, dan lainnya), (4) APBD provinsi dan APBD kabupaten/ kegiatan pangan dan gizi.
kota, (5) BUMN, (6) investasi swasta, perbankan, koperasi dan masyarakat. Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana mensinergikan berbagai sumber pembiayaan tersebut, sehingga
E. KEBIJAKAN ANGGARAN
mampu memfasilitasi pencapaian target yang telah ditetapkan. Anggaran pemerintah hendaknya lebih difokuskan untuk membiayai
Guna mendukung implementasi pembangunan sistem pertanian- program penelitian dan pengembangan, penyediaan infrastruktur bioindustri berkelanjutan, diperlukan kebijakan penganggaran
publik dan pemberdayaan masyarakat, serta menciptakan regulasi yang memadai. Kebijakan penganggaran diwujudkan dalam bentuk
yang kondusif bagi para pelaku agribisnis. Motor penggerak ekonomi produk hukum seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah
terutama bertumpu pada investasi BUMN, swasta dan masyarakat. dan lainnya. Saat ini sudah diterbitkan produk hukum yang berkaitan dengan penganggaran dan juga produk hukum yang
Pada sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan di masa mendatang, berkaitan dengan aspek teknis pertanian yang berimplikasi kepada
diperlukan produk hukum yang berkaitan dengan teknis pertanian penganggaran.
dan juga berimplikasi kepada penganggaran. Produk hukum yang harus diselesaikan tersebut, antara lain: (1) menyelesaikan RUU
Produk hukum yang berkaitan dengan penganggaran yang ada tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang selaras saat ini meliputi UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU No.
dengan sistem pertanian-bioindustri terpadu dan mengarah kepada 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 25/2004 tentang
terbangunnya sejenis Bank Pertanian, Asuransi Usahatani dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No. 15/2004
Asuransi Petani, (2) menyelesaikan RUU tentang Pangan mengarah tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan
kepada terciptanya ketahanan pangan dan mengatasi daerah rawan Negara dan tindak lanjutnya dalam bentuk berbagai peraturan
pangan, (3) merevisi UU tentang MIGAS guna membatasi jumlah pemerintah terkait.
maksimal gas yang bisa diekspor ke luar negeri dan memprioritaskan penyediaan bahan baku untuk industri pupuk dalam negeri, (4)
Sumber-sumber pembiayaan/penganggaran yang ada selama menindaklanjuti berbagai produk UU ke dalam penerbitan Peraturan ini baik secara langsung maupun tidak langsung mendukung
Pemerintah, Perpres dan lainnya.
pembangunan pertanian antara lain: (1) APBN Kementerian Pertanian yang mencakup dana konsentrasi di Pusat, dana dekonsentrasi di
Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan penganggaran yang provinsi, dana tugas pembantuan di provinsi maupun kabupaten/
harus diselesaikan antara lain: (1) berbagai peraturan yang berkaitan kota, (2) APBN pos belanja subsidi (pupuk, benih, pangan), subsidi
dengan lahan pertanian, infrastruktur, sumberdaya insani pertanian, bunga skim kredit KKPE, KPEN-RP, KUPS, dan KUR, (3) APBN di
sarana pertanian, penelitian dan pengembangan, pembiayaan, sarana pertanian, penelitian dan pengembangan, pembiayaan,
VI. DUKUNGAN PERATURAN
10 persen dari total APBN dan APBD, (3) meningkatkan kualitas penggunaan anggaran dengan fokus pada penyediaan infrastruktur
PERUNDANGAN
lahan dan air, penelitian dan pengembangan serta penyuluhan yang mengarah kepada diversifikasi pangan, (4) menggali secara inovatif
PERTANIAN-BIOINDUSTRI
kegiatan produktif yang dapat memberdayakan masyarakat petani, meningkatkan pelayanan, serta menggerakkan investasi swasta
BERKELANJUTAN
dan masyarakat, (5) merespon ancaman krisis pangan, energi, lahan dan air, dengan kebijakan yang nyata dan alokasi anggaran yang memadai untuk pangan, bio-energi, lahan dan air, (6) koordinasi sistem pembangunan pertanian-bioindustri terpadu mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi termasuk dalam pengalokasian anggaran dikoordinasikan langsung oleh Wakil Presiden, dan (7) meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan daerah menuju predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Pada bab-bab terdahulu telah dikemukakan bahwa pertanian
2. Zaman Jepang
yang dibangun di masa depan adalah sistem pertanian-bioindustri Pada masa ini secara aturan perundang-undangan tidak banyak yang berkelanjutan. Ini berarti harus terdapat keterpaduan kebijakan yang
dilakukan oleh Jepang. Politik hukum pertaniannya hanya dilakukan erat berbagai sub-sektor yang terkait dengan pertanian-bioindustri.
untuk memenuhi kecukupan pangan bagi para prajurit yang sedang Keterpaduan lintas sektor dan spasial inilah yang akan menciptakan
berperang. Selain pemenuhan kebutuhan akan sandang, pangan, harmoni dan landasan yang kokoh untuk mencapai Indonesia yang
dan papan bagi prajurit, dikembangkan pula produk pertanian bermartabat, mandiri, maju, adil, dan makmur. Faktor strategis yang
sebagai sumber energi alternatif. Hal ini dilakukan mengingat sangat diperlukan adalah dukungan legislasi dan regulasi agar
keterbatasan sumber energi untuk kebutuhan perang sehingga tercipta keterpaduan.
energi dari minyak jarak (bioenergi) pada waktu itu dikembangkan sebagai energi alternatif untuk alat perang.
A. POLITIK HUKUM PERTANIAN
3. Indonesia Merdeka
Politik hukum pertanian Indonesia dimulai sejak jaman Hindia Dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal Belanda, jaman penjajahan Jepang, dan jaman Indonesia merdeka.
17 Agustus 1945, maka berubahlah politik hukum yang ada di Indonesia. Ditetapkanlah Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang
dalam pembukaannya terkandung Pancasila yang merupakan dasar Masuknya Belanda ke Nusantara dimulai dari usaha perdagangan
1. Zaman Hindia Belanda
bernegara.
rempah-rempah ke negara-negara Eropa. Tahun 1596 didirikan Vereenigde Oost-indische Compagnie (VOC) sebagai suatu perusahaan
Politik hukum Indonesia terlihat dari alinea keempat UUD 1945 multinasional yang menguasai perdagangan rempah dari Nusantara
yang menyatakan bahwa “... membentuk suatu Pemerintah Negara ke Eropa. Kekuasaan VOC sebagai perusahaan dagang bersifat kuasi
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh pemerintah dengan restu Kerajaan Belanda. Akan tetapi VOC pada
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan tahun 1799 mengalami kebangkrutan, sehingga pemerintahan di
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan Hindia Belanda diambil alih oleh kerajaan.
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”. Dengan demikian, jelas bahwa politik hukum
Tahun 1848 terjadi perubahan Undang-Undang Dasar Negeri Indonesia yang dijalankan adalah adil dan makmur, makmur dalam Belanda, dan ditetapkan peraturan dasar tata pemerintahan untuk
berkeadilan, dan adil dalam kemakmuran.
daerah jajahan di Nusantara, yaitu Regeling Reglement. Pada masa ini politik hukum di bidang pertanian yang terkenal adalah cultuurstelsel
4. Politik Hukum Pertanian
yang digunakan untuk meningkatkan produk pertanian yang akan Politik hukum pertanian merupakan salah satu komponen dari politik diekspor ke negara-negara di Eropa. Semua kebijakan politik hukum
hukum nasional secara keseluruhan, dimana dalam politik hukum pada zaman Belanda ini dibuat hanya untuk memenuhi kebutuhan
pertanian ini diarahkan kepada ketersediaan pangan, sandang, pasar di Eropa, sedangkan bagi masyarakat negara jajahan tidak ada
dan papan serta pemenuhan bahan baku industri melalui sistem keuntungan yang berarti.
pertanian-bioindustri berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan pertanian-bioindustri berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan
2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Namun demikian pelaksanaan berbagai undang-undang dan
Dengan berpedoman pada ketentuan tersebut di atas maka hukum peraturan pelaksanaannya belum dapat berjalan sebagaimana yang di bidang pertanian disusun secara sistemik dan terpadu yang
diharapkan. Oleh karena itu perlu adanya penyempurnaan peraturan mengatur mulai dari pengelolaan sumberdaya, prasarana dan
perundang-undangan yang ada agar memenuhi rasa keadilan sarana, proses produksi, panen dan pasca panen (bioindustri), serta
masyarakat.
pemasaran. Secara terpadu dimaksudkan bahwa hukum di bidang pertanian ini bukan merupakan hukum yang tidak berdiri sendiri,
2. Lembaga Keuangan (Bank Pertanian/Asuransi)
tetapi terkait dengan hukum di bidang lainnya. Pertanian merupakan usaha yang sangat dipengaruhi kondisi alam. Selain itu pertanian yang ada di Indonesia sebagian besar dijalankan oleh para petani berlahan sempit atau bahkan tidak mempunyai
B. ISU PEMBANGUNAN HUKUM PERTANIAN
lahan. Dengan usaha pertanian yang demikian menyebabkan pihak
1. Reforma Hukum Agraria/Pertanahan
perbankan tidak mau untuk memberikan kredit kepada para petani tersebut.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan untuk
Dengan kondisi ini maka dibutuhkan Bank Pertanian dan Asuransi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Prinsip tersebut telah
Pertanian. Bank Pertanian yang dimaksud merupakan bank yang diakomodasikan dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
dapat memberikan pinjaman dengan persyaratan yang mudah Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), yang didalamnya negara
dan proses yang cepat, dengan bunga yang rendah kepada menjamin hak-hak masyarakat atas tanahnya dan memberikan
petani. Sehingga petani dapat memanfaatkan bank tersebut untuk pengakuan atas hak-hak atas tanah yang ada, termasuk hak ulayat.
menambah modal usahanya dan menyimpan uang hasil panen yang Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria
didapatnya. Sedangkan Asuransi Pertanian terutama petani kecil dan Pengelolaan Sumberdaya Alam telah menetapkan prinsip-
dimaksudkan untuk memberikan jaminan penghasilan bagi petani prinsip dan arah kebijakan pembaruan agraria serta pemanfaatan
apabila usaha pertanian yang dilakukannya gagal akibat adanya Sumberdaya alam secara berkeadilan dan berkelanjutan. Ketetapan
bencana, baik berupa bencana alam maupun bencana lainnya tersebut memberikan mandat kepada Pemerintah Indonesia untuk
termasuk adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan dan melakukan penataan peraturan perundang-undangan penguasaan,
wabah penyakit hewan menular.
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Dengan adanya Bank Pertanian dan Asuransi Pertanian ini
Peraturan perundang-undangan di bidang agraria/pertanahan diharapkan akan dapat membuka akses permodalan petani untuk
yang telah ditetapkan meliputi: UU Nomor 2 tahun 1960 tentang berusaha meningkatkan taraf hidup petani yang pada gilirannya
Bagi Hasil Tanah Pertanian, UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960 tentang
Indonesia.
Penetapan Luas Tanah Pertanian, Undang-Undang Nomor 26 Penetapan Luas Tanah Pertanian, Undang-Undang Nomor 26
3. Multifungsi Pertanian
kerugian yang sangat besar baik kerugian waktu, materi, maupun digunakan untuk menggambarkan bahwa pertanian mempunyai
kerugian moril lainnya. Untuk itu benih/bibit menjadi suatu hal yang fungsi ganda, antara lain sebagai:
sangat penting untuk dipenuhi.
a. Pengembangan sumberdaya insani;
b. Ketahanan Pangan;
b. alat dan mesin
c. Penguatan ketahanan penghidupan keluarga (household alat dan mesin baik untuk pertanian menjadi salah satu sarana livelihood security);
produksi yang digunakan dalam meningkatkan produksi maupun
d. Basis untuk ketahanan energi (pengembangan bioenergi); produktivitas usaha pertanian termasuk di dalamnya usaha
e. Pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan; peternakan. Dengan ketersediaan dan penggunaan alat dan mesin
f. Jasa lingkungan alam (ekosistem); yang tepat maka produksi maupun produktivitas akan meningkat.
g. Basis untuk pengembangan bioindustri; Hal ini juga sejalan dengan modernisasi pertanian guna mencukupi
h. Penciptaan iklim yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan; kebutuhan pangan masyarakat, sehingga produksi dan produktivitas
i. Penguatan daya tahan perekonomian nasional (economic pertanian perlu ditingkatkan dengan penggunaan alat dan mesin resilient); dan
pertanian.
j. Sumber pertumbuhan berkualitas.
c. pupuk
Fungsi-fungsi tersebut di atas harus didukung oleh perangkat hukum Penggunaan pupuk dalam usaha pertanian merupakan salah satu agar dapat diimplementasikan dengan baik.
upaya meningkatkan produksi pertanian. Penggunaan pupuk yang memenuhi standar dan tepat pada waktu akan meningkatkan
produksi. Kelangkaan pupuk pada saat musim tanam berakibat Pertanian berkelanjutan merupakan suatu keniscayaan. Hal ini
4. Pertanian Berkelanjutan
kepada hasil panen yang kurang optimal sehingga kelangkaan pupuk merupakan keharusan agar generasi penerus diwarisi dengan
menjadi isu yang harus segera ditangani. Selain itu penggunaan pupuk sumberdaya yang dapat memberikan kemakmuran. Sumberdaya
yang berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya kesuburan yang merupakan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa harus dijaga agar
tanah, sehingga pengembangan pupuk organik dan pembenah tetap lestari. Sumberdaya (Sumberdaya genetik, lahan, air, sinar
tanah memerlukan menjadikan yang harus dikembangkan. matahari, udara, dan iklim) harus bisa dikelola dan dimanfaatkan. Sarana produksi benih/bibit, pupuk, pakan hewan, pestisida, obat
d. pestisida/obat hewan
hewan jangan sampai merusak keseimbangan alam. Sarana produksi lain yang menjadi dasar kebijakan publik, yaitu pestisida dan obat hewan. Kedua hal ini berimplikasi kepada
keamanan produk pertanian dan peternakan yang dihasilkan. merupakan sarana terpenting bagi usaha di bidang pertanian.
a. benih/bibit
Penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak tepat akan Apabila benih/bibit yang ada merupakan benih/bibit yang tidak
mencemari lingkungan dan membahayakan keselamatan manusia. baik atau bahkan benih (palsu) maka hasil yang didapat tidak akan
Selain penggunaan pestisida, penggunaan obat hewan, khususnya Selain penggunaan pestisida, penggunaan obat hewan, khususnya
e. Pakan
Ketersediaan pakan menjadi hal yang strategis untuk dijadikan kebijakan publik. Kompetisi penggunaan bahan baku pakan yang diimpor untuk pakan dan keperluan lainnya menjadikan harga pakan mahal. Untuk itu diperlukan upaya untuk dapat berswasembada pakan agar tidak tergantung kepada impor Dengan mencukupi kebutuhan pakan maka produk ternak dan ikan Indonesia akan dapat bersaing dengan produk hewan di luar negeri.