PEMBANGUNAN SEBAGAI TRANSFORMASI STRUKTURAL BERIMBANG DAN MENYELURUH
C. PEMBANGUNAN SEBAGAI TRANSFORMASI STRUKTURAL BERIMBANG DAN MENYELURUH
Pembangunan pada dasarnya adalah proses transformasi struktural dan perilaku, yakni proses dinamis modernisasi perekonomian, kependudukan, institusi dan tatakelola pembangunan yang memungkinkan Indonesia meningkat menuju ke tahapan yang lebih tinggi secara berkelanjutan yaitu Indonesia bermartabat, mandiri, maju adil dan makmur. Transformasi pembangunan pada hakekatnya ialah output dari upaya-upaya yang dirancang secara sistematis dan komprehensif dalam suatu rencana jangka panjang yang menjadi peta jalan dalam membawa seluruh rakyat keluar dari cengkeraman kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan umum, mewujudkan keadilan sosial dan melestarikan lingkungan hidup.
Dalam logika pembangunan berencana, transformasi struktural berimbang dan menyeluruh adalah sasaran antara yang menjembatani kebijakan dan program dengan tujuan akhir pembangunan. Dan, dengan paradigma Pertanian untuk Pembangunan tahapan pencapaian dan peta jalan ke depan, transformasi struktural merupakan landasan untuk menetapkan posisi sektor pertanian dalam pembangunan nasional, yang berarti pula landasan untuk menetapkan strategi, kebijakan dan program pembangunan pertanian. Transformasi yang esensial dalam merancang rencana jangka panjang pembangunan pertanian mencakup:
1. Transformasi demografi;
2. Transformasi ekonomi (intersektoral);
3. Transformasi spasial;
4. Transformasi institusional (sosial-budaya);
5. Transformasi tatakelola pembangunan. Transformasi demografi berkaitan dengan pengendalian jumlah
dan laju pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan wilayah tempat tinggal. Dalam dan laju pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan wilayah tempat tinggal. Dalam
juga menunjukkan bahwa penurunan peranan sektor pertanian dalam pemenuhan kebutuhan penyediaan pangan dan kebutuhan dasar
penciptaan PDB lebih cepat dari penciptaan lapangan kerja. Hingga lainnya, lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai
tahun 2013, Indonesia belum berhasil mencapai Titik Belok Lewis. subjek dan objek pembangunan, jumlah, tingkat pendidikan,
Kegagalan dalam mewujudkan transformasi intersektoral berimbang ketrampilan dan angkatan kerja yang sesuai merupakan kunci
menyebabkan semakin meningkatnya jumlah petani gurem, keberhasilan transformasi sektoral, transformasi spasial, transformasi
munculnya fenomena kemiskinan endemik petani dan perdesaan institusi, transformasi tatakelola pembangunan dan transformasi
serta semakin besarnya jenjang ketertinggalan kesejahteraan petani pertanian. Secara umum, population dividend dan demographic
dibanding dengan kelompok penduduk lainnya. Dengan demikian, window merupakan kesempatan yang perlu dioptimalkan dalam
mewujudkan transformasi intersektoral berimbang, khususnya Titik perencanaan pembangunan jangka panjang.
Belok Lewis pada tahun 2019, merupakan salah satu agenda utama pembangunan nasional.
Transformasi ekonomi (intersektoral) berkaitan dengan perubahan struktur dan relasi antar sektor dalam perekonomian nasional. Fakta
Kegagalan dalam mewujudkan transformasi intersektoral berimbang terpola berdasarkan pengalaman bangsa-bangsa menunjukkan
dapat membawa suatu bangsa terperangkap dalam rawan pangan bahwa peta jalan kemajuan setiap perekonomian diawali dengan
dan kemiskinan kronis. Sejumlah negara di Afrika yang hingga kini dominasi sektor pertanian (perekonomian berbasis pertanian), dan
terpuruk dalam kemiskinan dan ancaman rawan pangan merupakan bahwa kemajuan perekonomian berjalan seiring dengan penurunan
akibat dari kegagalan mereka dalam melaksanakan transformasi peran sektor pertanian dalam penciptaan PDB dan lapangan kerja,
intersektoral perekonomiannya. Lambatnya penurunan prevalensi yang secara bertahap posisi dominan diambil alih oleh sektor
kemiskinan di Indonesia sejak tahun 1990-an adalah juga karena industri (perekonomian berbasis industri), lalu oleh sektor jasa
kurang seimbangnya transformasi intersektoral, pangsa PDB sektor (perekonomian berbasis jasa), dan selanjutnya oleh sektor industri
pertanian menurun jauh lebih cepat dibanding pangsa penyerapan dan jasa berbasis inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi maju.
tenaga kerja. Akar penyebabnya ialah kesalahan dalam strategi industrialisasi, khususnya penempatan sektor pertanian dalam
Penurunan peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga
proses industrialisasi.
kerja sesungguhnya diperlukan untuk kebaikan kinerja usaha pertanian dan kesejahteraan petani. Dalam kondisi lahan dan modal
Transformasi spasial berkaitan dengan perubahan lokasi, aglomerasi investasi yang terbatas, penurunan jumlah petani merupakan
dan relasi geografis kegiatan ekonomi dan pemukinan penduduk. kunci untuk meningkatkan skala usaha, yang selanjutnya menjadi
Aspek spasial sangatlah penting dalam pembangunan sehubungan kunci dalam peningkatan daya saing usahatani dan kesejahteraan
dengan peranannya dalam menentukan kinerja perekonomian, petani. Transformasi intersektoral menciptakan jalan bagi petani
keadilan dalam pelaksanaan dan pemanfaatan hasil pembangunan dan penduduk perdesaan untuk keluar dari perangkap kemiskinan
dan kohesi kesatuan nasionalitas. Dalam hal kinerja perekonomian, kronis. Oleh karena itulah, penurunan secara absolut jumlah tenaga
skala ekonomi yang tercipta dengan adanya aglomerasi atau kerja di sektor pertanian (Titik Belok Lewis) merupakan penanda dari
agropolitan, koridor ekonomi dan koridor transportasi telah terbukti keberhasilan transformasi intersektoral.
menjadi sumber peningkatan efisiensi biaya transaksi, fasilitasi menjadi sumber peningkatan efisiensi biaya transaksi, fasilitasi
industri dan jasa. Di sisi lain, urbanisasi merupakan jalan keluar dari penduduk merupakan faktor penentu pemerataan kesempatan
cengkeraman kemiskinan bagi penduduk perdesaan, termasuk petani. usaha, perolehan lapangan kerja dan pendapatan bagi seluruh rakyat
Urbanisasi juga merupakan proses untuk mencapai Titik Belok Lewis di seluruh wilayah Indonesia. Dalam hal kesatuan dan persatuan
yang juga merupakan prasyarat terjadinya titik belok kecenderungan nasional, keterkaitan spasial kegiatan ekonomi serta konektivitas
peningkatan petani gurem. Namun demikian, semakin tingginya spasial merupakan faktor penguat kohesi relasi sosial-ekonomi yang
senjang kesejahteraan penduduk perdesaan dengan penduduk merupakan kunci utama dalam mempertahankan rasa kesatuan dan
perkotaan merupakan penanda dari kegagalan transformasi spasial. persatuan satu bangsa yakni NKRI.
Mewujudkan transformasi spasial desa-kota yang berimbang dan serasi dengan transformasi perekonomian secara sektoral merupakan
Tiga dimensi struktur spasial yang perlu diperhatikan dalam agenda pembangunan nasional jangka panjang. Mengintegrasikan pembangunan pertanian Indonesia yaitu: desa-kota, pulau-pulau,
perekonomian perdesaan-sektor pertanian-perekonomian perkotaan wilayah bagian barat Indonesia (WBBI) dan wilayah bagian timur
merupakan strategi yang tepat untuk itu.
Indonesia (WBTI). Wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau merupakan Perekonomian wilayah perdesaan pada umumnya didominasi oleh
tantangan yang tidak ringan dalam mewujudkan pembangunan sektor pertanian dan sektor primer berbasis Sumberdaya alam
yang merata bagi seluruh rakyat di seluruh wilayah NKRI. Tidak lainnya, sedangkan perekonomian wilayah perkotaan didominasi
dapat dipungkiri, sebagian pulau-pulau kecil dan terpencil masih oleh sektor industri dan atau jasa. Fakta berpola dari pengalaman
kurang terjangkau oleh fasilitas pembangunan pertanian. Pulau- bangsa-bangsa, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa setiap
pulau kecil pada umumnya mengandalkan perikanan dan pariwisata perekonomian diawali dengan dominasi wilayah perdesaan yang
sebagai basis ekonominya. Oleh karena lokasinya yang terpencil, ditopang oleh sektor pertanian, dan bahwa kemajuan perekonomian
kapasitas produksi pangan yang rendah, dan ancaman hambatan berjalan seiring dengan penurunan peranan wilayah perdesaan
distribusi pangan yang tinggi maka sejumlah pulau-pulau kecil dalam penciptaan PDB dan lapangan kerja yang secara bertahap
tersebut mengalami ancaman rawan pangan. Dengan demikian, posisi dominan diambil alih oleh wilayah perkotaan yang ditopang
pembangunan pertanian di pulau-pulau kecil dan terpencil sebaiknya oleh sektor industri dan atau jasa. Sebagai akibatnya, prevalensi
difokuskan pada upaya mewujudkan kemandirian pangan. kemiskinan dan tingkat pendapatan penduduk di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Kesenjangan tingkat penghidupan desa-
Secara umum, pembangunan WBTI, khususnya Papua, Maluku, kota juga terjadi karena kebijakan pembangunan cenderung lebih
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan, masih berpihak kepada penduduk perkotaan karena lebih kuat secara
nyata tertinggal jauh dari WBBI. Pendekatan pembangunan koridor politis daripada penduduk perdesaan.
ekonomi sebagaimana disusun dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025
Proses transformasi spasial desa-kota terjadi beriringan dengan yang telah dicanangkan Pemerintah pada tahun 2011 merupakan transformasi sektoral. Di satu sisi, perpindahan pekerja (penduduk)
bagian dari upaya transformasi spasial yang mesti diacu dalam SIPP. dari desa ke kota atau urbanisasi merupakan kunci dari pertumbuhan
Pendekatan koridor ekonomi memadukan potensi sumberdaya Pendekatan koridor ekonomi memadukan potensi sumberdaya
meningkatkan produktivitas, memacu inovasi dan menurunkan nasional maupun asing, diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
biaya transaksi serta penguatan modal politik.
mengembangkan perusahaan besar (korporasi) pertanian, termasuk dalam bidang pangan (food estate).
Transformasi politik diarahkan untuk menciptakan sistem pembentukan kebijakan dan tatakelola pemerintahan yang
Insitusi adalah norma, dalam pengertian peraturan dan organisasi baik. Faktor kunci untuk itu antara lain ialah pembentukan dan yang menentukan relasi dan pertukaran, sebagai mekanisme untuk
pemberdayaan organisasi petani dan organisasi pengusaha mengatasi masalah aksi kolektif (antar sektor, antar pekerjaan antar
skala kecil untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan perusahaan, antara perusahaan dan pekerja, antara perusahaan
dan dukungan politik para anggotanya. Belum berkembangnya dan pemerintahan) yang merupakan isu utama pembangunan
organisasi untuk advokasi aspirasi politik petani dan pengusaha kecil ekonomi. Dengan pengertian demikian, institusi merupakan modal
dapat menjadi penyebab dari kegagalan kebijakan.
pembangunan yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan distribusi hasil-hasilnya. Institusi pembangunan mencakup aturan
Tatakelola pembangunan (development governance) adalah proses perundangan resmi (modal regulasi), karakter dan organisasi sosial-
kolektif dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan perbaikan budaya (modal sosial), dan organisasi advokasi bisnis (modal politik).
kebijakan dan program pembangunan. Sebagai suatu proses Transformasi sosial-budaya merupakan bagian dari transformasi
kolektif, tatakelola pembangunan merupakan penerapan otoritas institusi. Institusi dapat menjadi pendorong (institusi pemberdaya)
ekonomi politik dan administrasi dalam mengelola pembangunan. atau penghambat kegiatan (penyakit institusional) pembangunan
Tatakelola pembangunan meliputi mekanisme, proses dan institusi ekonomi. Transformasi insitusi termasuk mengisi kekosongan melalui
melalui mana setiap warga negara, kelompok dan perserikatan penumbuhan baru, memperluas dan memperkuat institusi yang ada,
memperjuangkan kepentingan, melaksanakan hak-hak hukum memperbaiki institusi yang mengalami perusakan (renovasi institusi)
dan melakukan kewajiban masing-masing serta mencari resolusi dan mengembangkan institusi baru yang lebih baik (inovasi institusi).
perbedaan diantara mereka.
Transformasi aturan perundangan untuk pembangunan diarahkan Oleh karena kebijakan dan program pembangunan adalah keputusan untuk menciptakan lingkungan yang memberdayakan dunia bisnis,
politik, maka tatakelola pembangunan pada dasarnya ialah isu termasuk menjamin keamanan dan ketertiban umum, perlindungan
ekonomi politik. Tatakelola pembangunan sangat ditentukan oleh hak kepemilikan, menjamin kepastian berusaha, mencegah praktek
keberadaan modal politik yang merupakan bagian dari modal usaha tidak sehat, yang kesemuanya merupakan prasyarat tumbuh-
institusi sebagaimana diuraikan sebelumnya. Dengan pengertian kembangnya usaha ekonomi swasta, mengurangi ongkos transaksi
demikian maka tatakelola pembangunan merupakan instrumen dan instrumen serta mencegah dan memperbaiki kegagalan pasar.
untuk mencegah dan mengoreksi kegagalan kebijakan (policy failure) dan kegagalan negara (state failure) dalam pelaksanaan
Transformasi modal sosial dilakukan dengan menumbuhkembangkan pembangunan. Tatakelola pembangunan merupakan faktor penentu karakter bangsa, yang terkenal terpercaya, pekerja keras, disiplin,
utama keberhasilan pembangunan.
bersemangat kerjasama dan peduli sesama, sebagai habitus
Dengan demikian, transformasi tatakelola pembangunan ialah komersialisasi yang dicirikan oleh orientasi usaha pertanian yang proses dalam mewujudkan tatakelola pembangunan yang baik (good
berubah dari tujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan tanpa development governance). Transformasi tatakelola pembangunan
menggunakan mediasi pasar (subsisten) ke usaha komersial yang mencakup transformasi birokrasi pemerintahan sebagai penanggung
berorientasi pada perolehan laba dan menggunakan media pasar jawab administrasi pembangunan dan transformasi proses perumusan
untuk memperoleh input dan menjual output usahatani. Diantara kebijakan pembangunan. Dalam hal birokrasi pemerintahan,
usaha tani subsisten dan usahatani komersial ada pula jenis usahatani desentralisasi sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan
semi-komersial yang berorientasi pada campuran pemenuhan merupakan salah satu perwujudan dari transformasi tatakelola
kebutuhan sendiri dan perolehan uang tunai dengan menjual pembangunan yang secara teoritis lebih baik dari sentralisasi. Namun
sebagian output. Komersialisasi bermanfaat dalam peningkatan fakta menunjukkan bahwa harapan itu belum terwujud, desentralisasi
efisiensi, daya saing dan peningkatan skala usahatani. Dengan malah menimbulkan masalah dalam pengelolaan pembangunan,
demikian, transformasi pertanian diarahkan untuk mempercepat termasuk pertanian. Penerapan tatakelola pembangunan yang baik
komersialisasi usahatani rakyat.
dalam desentralisasi pemerintahan merupakan kunci keberhasilan pembangunan pertanian di masa datang.
Transformasi skala usaha berkenaan dengan perubahan besaran skala usaha (diukur berdasarkan luas lahan, jumlah ternak, luas perairan akuakultur, ukuran kapal dan alat penangkapan ikan,
D. TRANSFORMASI PERTANIAN SEBAGAI POROS
kapasitas penggunaan input, kapasitas produksi, dsb). Skala usaha
TRANSFORMASI PEMBANGUNAN NASIONAL
merupakan salah satu determinan efisiensi dan daya saing usahatani maupun pendapatan keluarga operator usahatani tersebut. Dengan
Transformasi pertanian adalah perubahan orientasi, skala, bentuk, demikian, transformasi pertanian yang sehat, dalam arti mendorong
cakupan bidang dan manajemen rantai pasok dan teknologi usaha peningkatan efisiensi, daya saing dan kesejahteraan petani,
pertanian menurut komoditas, sub-sektor, sektor dan lokasi spasial. dicirikan oleh peningkatan skala usaha. Peningkatan skala usahatani
Usaha pertanian terdiri dari usahatani rakyat dan perusahaan besar ditentukan oleh tekanan angkatan kerja di sektor pertanian.
pertanian, dan kemitraan antara usahatani rakyat dan perusahaan Inilah salah satu media keterkaitan transformasi intersektoral dan
besar pertanian. Transformasi pertanian haruslah dikelola sedemikian
transformasi internal sektor pertanian.
rupa sehingga ketiga jenis usaha pertanian tersebut dapat berkembang dengan saling mengisi dan saling menunjang. Namun
Bentuk usahatani berkaitan dengan status hukum dan bentuk demikian, mengingat peranannya dalam menentukan hajat hidup
organisasi usaha. Fakta terpola pengalaman bangsa-bangsa rakyat yang jauh lebih besar, maka perhatian pemerintah mestilah
menunjukkan bahwa pada awal pembangunan pertanian, usahatani lebih difokuskan untuk pengembangan usahatani rakyat dan
didominasi oleh usaha pertanian rumahtangga skala kecil, mandiri kemitraan antara usahatani rakyat dan perusahaan besar pertanian.
dan tidak berbadan hukum (informal). Seiring dengan modernisasi, usahatani semakin beorientasi komersial, skala usaha kian
Orientasi usaha berkenaan dengan tujuan usaha serta peranan meningkat dan bentuk usaha pun semakin banyak yang berbadan
transaksi pasar dalam perolehan input dan penggunaan output hukum (formal). Selain berbadan hukum, bentuk organisasi usaha
usahatani. Seiring dengan modernisasi, usahatani rakyat mengalami usahatani. Seiring dengan modernisasi, usahatani rakyat mengalami
usaha pertanian.
perusahaan merupakan bagian dari proses untuk mengurangi biaya transaksi sehingga perusahaan makin efisien, berdaya saing dan
Tanpa mengurangi peranan faktor-faktor lainnya, transformasi berkelanjutan.
teknologi merupakan penentu utama sosok pertanian dunia, termasuk Indonesia, di masa mendatang. Kalau pada akhir abad ke-
Cakupan jenis usaha berkaitan dengan jenis dan bauran bisnis
20 kita telah mengalami Revolusi Hijau yang berbasis pada benih inti perusahaan. Jenis dan cakupan usaha sangat ditentukan
unggul yang ditemukan melalui pemuliaan konvensional maka pada oleh basis produksi (antara lain, lahan, perairan, ternak, pabrik),
awal abad ke-21 revolusi pertanian akan berbasis pada bioteknologi penguasaan teknologi, modal, dan peluang pasar. Fakta terpolakan
dan nanoteknologi. Walaupun masih terus menimbulkan dari pengalaman historis bangsa-bangsa menunjukkan bahwa
perdebatan, penerapan bioteknologi (biosains dan bioenjinering) transformasi pertanian yang sehat dicirikan oleh kemampuannya
telah berkembang pesat sejak awal tahun 2000-an. Revolusi dalam mengubah produk yang dihasilkan ke arah yang bernilai
nanoteknologi diperkirakan akan menggeser revolusi bioteknologi tinggi (high value products), baik pangan maupun non pangan. Selain
dan akan menjadi basis dari Revolusi bio (Biorevolution) pada tahun itu, bauran produk juga mengalami perubahan ke menjadi semakin
2020-an.
terspesialisasi. Mesti diakui bahwa Indonesia tertinggal jauh dalam hal kemajuan Transformasi teknologi berkenaan dengan metode, teknik dan proses
teknologi pertanian. Hingga kini bioteknologi pertanian belum produksi usaha pertanian (on-farm), penanganan pasca panen,
diterapkan secara luas di Indonesia. Kemajuan teknologi yang pengolahan dan pengelolaan usaha. Kiranya dimaklumi bahwa seiring
demikian pesat pada tataran global, apalagi dengan mulai dengan kemajuan teknologi dan semakin langkanya lahan dan air
berkembangnya nanoteknologi, merupakan tantangan serius dan untuk pertanian maka ke depan basis produksi pertanian akan semakin
sekaligus menjadi kesempatan besar bagi eksistensi dan kemajuan intensif dalam penggunaan lahan dan air yang diikuti dengan semakin
pertanian Indonesia. Tidak ada pilihan lain, Indonesia harus intensifnya penggunaan teknologi dan modal (termasuk peralatan).
menjadikan penguasaan teknologi pertanian mutakhir sebagai Bahkan dapat dikatakan bahwa kemampuan untuk menerapkan
prioritas pembangunan jangka panjangnya.
teknologi yang paling sedikit menggunakan lahan, air dan energi menjadi kunci kemampuan bersaing usahatani di masa mendatang.
Akhirnya, transformasi pertanian secara spasial merupakan kunci untuk mewujudkan sektor pertanian yang efisien, progresif, berdaya
Transformasi teknologi adalah juga penentu utama dalam saing, merata dan berkelanjutan. Salah satu agenda mendesak ialah menentukan kemampuan melaksanakan inovasi produk dalam
menyusun peta jalan transformasi spasial sentra produksi pangan rangka meningkatkan nilai tambah melalui pendalaman dan
pokok, seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi/kerbau, perluasan produk turunan hasil pertanian primer. Penguasaan
sayuran dan buah-buahan yang selama ini sangat terkonsentrasi di teknologi juga penentu dari kapasitas manajemen rantai nilai
Pulau Jawa. Pulau Jawa diperkirakan akan terus berkembang sebagai produk pertanian yang kini, dan lebih-lebih ke depan, juga telah
wilayah konsentrasi terbesar penduduk Indonesia. Pulau Jawa juga wilayah konsentrasi terbesar penduduk Indonesia. Pulau Jawa juga
dengan demikianlah, peta jalan pembangunan perekonomian penurunan. Tidak ada pilihan lain, Indonesia harus membuka lahan
nasional dapat berjalan progresif menuju Indonesia bermartabat, Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045 pertanian baru di luar Pulau Jawa.
mandiri, maju, adil dan makmur. Konsep ini dapat dirumuskan seperti Gambar 3.3.
Lambannya pengembangan usaha pertanian, utamanya produksi
pada transformasi pertanian (Gambar 4).
pangan pokok, di luar Jawa yang berakibat pada konsentrasi produksi pangan di Jawa, tidak saja telah mengakibatkan hilangnya kesempatan dalam meningkatkan laju pertumbuhan pertanian tetapi juga telah menimbulkan inefisiensi dalam sistem distribusi dan tingginya disparitas harga pangan secara regional. Hal itu juga merupakan salah satu faktor resiko kerentanan pangan secara regional. Kiranya dimaklumi pula bahwa disparitas harga pangan spasial yang sangat tinggi, lebih-lebih bila tercipta sebagai akibat dari kebijakan pemerintah, merupakan suatu bentuk ketidakadilan perlakuan negara terhadap sebagian warga negaranya yang tidak sesuai dengan amanat konstitusi dan yang dapat memunculkan sentimen kedaerahan yang dapat berkembang menjadi ancaman bagi kesatuan dan persatuan NKRI.
Gambar 3.3. Transformasi Pertanian Sebagai Poros Transformasi
Gambar 4. Transformasi Pertanian Sebagai Poros Pembangunan Nasional
Dengan demikian, transformasi spasial juga termasuk sebagai agenda besar dan prioritas dalam program strategis transformasi pertanian.
E. TRANSFORMASI REVOLUSI HIJAU MENJADI
Agenda transformasi pertanian secara spasial ini tentulah mesti
REVOLUSI HAYATI: PEMBANGUNAN SISTEM
dimasukkan sebagai bagian integral dari pelaksanaan MP3EI tahun
PERTANIAN-BIOINDUSTRI BERKELANJUTAN
2011-2025. Namun kiranya dimaklumi bahwa fokus pengembangan
BERLANDASKAN PARADIGMA BIOKULTURA
dalam MP3EI ialah perusahaan besar swasta (dan BUMN). Berbeda dengan MP3EI, transformasi pertanian secara spasial dalam SIPP ini
Indonesia merupakan salah satu negara yang dinilai dapat akan lebih mengutamakan pengembangan usaha pertanian rakyat.
memanfaatkan teknologi Revolusi Hijau pada akhir tahun 1960-an hingga akhir 1980-an. Teknologi Revolusi Hijau telah memungkinkan
Sesuai dengan paradigma Pembangunan untuk Pertanian, sektor pertanian, utamanya subsektor padi-beras, tumbuh sangat
transformasi pertanian merupakan poros penggerak transformasi pesat dan meraih swasembada beras pada tahun 1984. Kini teknologi pembangunan nasional secara keseluruhan. Dengan paradigma ini,
Revolusi Hijau telah mengalami saturasi hasil dan bahkan telah proses transformasi pembangunan nasional dikelola sedemikian
menimbulkan dampak ikutan sindroma overintensifikasi sehingga rupa sehingga dapat berlangsung dengan terpadu, sinergis, selaras
hasil uasahatani padi mengalami stagnasi atau bahkan cenderung turun. Oleh karena itu, masa depan pertanian Indonesia sangat hasil uasahatani padi mengalami stagnasi atau bahkan cenderung turun. Oleh karena itu, masa depan pertanian Indonesia sangat
Kesatuan usahatani hayati (biofarming), biomedis dan bioindustri akan menciptakan suatu sektor perekonomian yang sangat dinamis (yang disebut bioekonomi) dan akan menjadi basis utama perekonomian setiap negara maju di masa mendatang. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan sektor pertanian Indonesia sehingga mampu mengemban multi-fungsinya serta menjadi poros transformasi dan motor penggerak pembangunan nasional sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam membangun bioekonomi nasional.
Tabel 3.1. Perbandingan Ciri-ciri Revolusi Hijau dan Revolusi Hayati Aspek
Revolusi Hijau
Revolusi Hayati
kembangnya Revolusi Hayati (Biorevolution), yang akan mendorong
1. Sasaran output
Bahan pangan (beras, terigu,
Biomassa (bahan pangan,
jagung)
feedstock biorefinery)
perubahan mendasar dan cepat pada pertanian global di masa
2. Sifat teknologi
datang. Tenaga penggerak utama (driving force) Revolusi Hayati
· Input
· Tinggi, eksternal
· Rendah, internal
antara lain: Kecenderungan semakin langkanya energi asal fosil; Peningkatan kebutuhan pangan, pakan, energi dan serat; Perubahan
· Pengolahan lahan
· Intensif
· Minimal
· Toleransi lingkungan
· Rendah, lingkungan
· Tinggi, atau teknologi
disesuaikan dengan teknologi disesuaikan dengan
iklim global dan internalisasi dalam sistem ekonomi-politik;
lingkungan
Peningkatan kelangkaan sumberdaya lahan dan air; Peningkatan
3. Sistem usahatani
Monokultur
Sistem plurifarming terpadu Tanaman pangan, tanaman
permintaan terhadap jasa lingkungan; Peningkatan jumlah petani
4. Cakupan komoditas
Tanaman pangan pokok: padi, jagung, gandum
hutan, rumput, cacing,
marginal. Konsekuensi dari setiap tenaga penggerak utama tersebut
mikroba, ternak, ikan
ditampilkan pada Tabel 3.2.
5. Industri pengolahan
Industri pangan dan pakan
Bioindustri Pangan, pakan, bionergi,
Kunci utama untuk dapat mewujudkan Revolusi Hayati itu ialah
6. Produk
Pangan dan pakan
biokimiawi, biomaterial (plastik, biomedikal,
keberhasilan dalam menumbuhkembangkan Paradigma Biokultura.
biopartikel)
Paradigma Biokultura adalah kesadaran, semangat, nilai budaya, dan
7. Kepemilikan teknologi
Publik (Terbuka untuk umum) Privat (Tertutup untuk umum)
tindakan (sistem produksi, pola konsumsi, serta kesadaran akan jasa
ekosistem) memanfaatkan sumberdaya hayati bagi kesejahteraan Kemajuan bioscience dan bioengineering telah mendorong tumbuh 9. Dampak sosial ekonomi Kontroversial Kontroversial
8. Pelaku diseminasi
Pemerintah
Swasta, komunitas, individu, keluarga
manusia dalam suatu ekosistem yang harmonis.
10. Dampak lingkungan
Kontroversial
Ramah lingkungan
Paradigma Biokultura menjadi landasan merumuskan etika dalam
Urgensi efisiensi dan konservasi: pengendalian
mengkaji ulang kondisi saat ini, mengevaluasi kondisi mendatang
4 Peningkatan kelangkaan
konversi lahan dan perbaikan jaringan irigasi,
secara kritis dan menyusun kebijakan kebijakan untuk mewujudkan
Sumberdaya lahan dan air
pertanian dengan limbah minimal, pertanian dengan minimum input, pertanian ramah
dan menjaga kelestarian ekosistem. Paradigma biokultura menuntut
lingkungan
adanya perubahan pada dimensi sistem produksi (sisi penawaran),
Peningkatan permintaan
Peluang pengembangan pertanian ekologis,
sistem konsumsi (sisi permintaan) dan dimensi ekosistem.
5 terhadap jasa lingkungan
Kualitas- lansekap pertanian (landscape quality
dan jasa amenity
agriculture)
Pada tataran praksis, transformasi pertanian dilaksanakan dengan Urgensi pengembangan pluriculture
6 Peningkatan petani
marginal
(sistem biosiklus terpadu)
pendekatan Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan yang mencakup Sistem Usaha Pertanian Terpadu pada tingkat mikro,
Sistem Usaha Pertanian Terpadu yang berlandaskan pada Sistem Rantai Nilai Terpadu pada tingkat industri atau rantai pasok
pemanfaatan berulang zat hara atau pertanian biosiklus (bio-cyce dan Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan pada tingkat industri
farming) seperti sistem integrasi tanaman-ternak-ikan dan sistem atau komoditas. Sistem tersebut berlandaskan pada pemanfaatan
integrasi usaha pertanian-energi (biogas, bioelektrik) atau sistem berulang zat hara atau pertanian agroekologi seperti sistem integrasi
integrasi usaha pertanian-biorefinery yang termasuk Pertanian Hijau tanaman-ternak-ikan dan sistem integrasi usaha pertanian-energi
(Green Agriculture) merupakan pilihan sistem pertanian masa depan (biogas, bioelektrik) atau sistem integrasi usaha pertanian-biorefinery
karena tidak saja meningkatkan nilai tambah dari lahan tetapi juga yang termasuk Pertanian Hijau merupakan pilihan sistem pertanian
ramah lingkungan.
masa depan karena tidak saja meningkatkan nilai tambah dari lahan Pengembangan klaster rantai nilai dilaksanakan dengan tetapi juga ramah lingkungan. Pengembangan klaster rantai nilai
mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dan dilaksanakan dengan mengembangkan industri pengolahan hasil
komponen-komponen penunjangnya dalam satu kawasan guna pertanian dan komponen-komponen penunjangnya dalam satu
memanfaatkan ekonomi aglomerasi.
kawasan guna memanfaatkan aglomerasi ekonomi. Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan merupakan totalitas
Tabel 3.2. Driving Force Revolusi Hayati
atau kesatuan kinerja pertanian terpadu yang terdiri dari (1)
No Tren Besar
Konsekuensi
Subsistem sumberdaya insani dan IPTEK; (2) subsistem pertanian
1. Kelangkaan energi asal fosil Urgensi sumber energi terbarukan dan makin langka berkelanjutan (bio-energi)
terpadu hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi, dan teknologi; (3) subsistem tata ruang yang berupa
Peningkatan kebutuhan
Trade off food-feed-fuel-fibre berbasis
2. pangan, pakan, energi dan
bahan pangan dan petrokimia: urgensi
pengaturan tata ruang kegiatan pertanian secara terpadu; (4) Usaha
serat
pengembangan bio-produk, perubahan pola
Pertanian Biokultura Terpadu; (5) Subsistem pengolahan bioindustri;
hidup, pola konsumsi (bio-kultura)
(6) subsistem pemasaran, baik pemasaran domestik maupun
Perubahan iklim global dan 3. internalisasi dalam sistem
Peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi
global; (7) subsistem pembiayaan baik melalui perbankan maupun
ekonomi-politik
sistem pertanian
non perbankan; (8) subsistem infrastruktur dari hulu sampai hilir, yaitu dukungan sarana dan prasarana berbasis perdesaan; serta (9) subsistem legislasi dan regulasi, berupa aturan-aturan yang non perbankan; (8) subsistem infrastruktur dari hulu sampai hilir, yaitu dukungan sarana dan prasarana berbasis perdesaan; serta (9) subsistem legislasi dan regulasi, berupa aturan-aturan yang
Kesembilan:
Subsistem infrastruktur dan jasa yang menyediakan infrastruktur
secara nasional (Tabel 3.3).
dan jasa bagi subsistem pertanian terpadu hulu, subsistem usahatani dan subsistem pertanian terpadu hilir. Termasuk dalam subsistem ini adalah perkreditan dan asuransi, transportasi, sistem
Pertama:
Subsistem sumberdaya insani dan IPTEK, yakni kegiatan-kegiatan informasi dan dukungan kebijakan pemerintah (ekonomi mikro, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan untuk peningkatan
tata ruang, ekonomi makro).
keterampilan dan jiwa entrepreneur petani dan usaha kecil dari hulu sampai ke hilir, pendidikan, penelitian dan pengembangan.
Kedua:
Subsistem pertanian terpaduhulu (up-stream agribusiness) yakni
Kesembilan subsistem tersebut beserta usaha-usaha di dalamnya