Deskripsi Wilayah Penelitian

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Letak Kecamatan Telanaipura merupakan bagi an dari wilayah administrasi Kota

Jambi de ngan letak astronomis be rada dia nta ra 1 o

dan 9820714 9826863mU. Berda sarkan posisi astro nomis te rsebut Kecamatan Telanaipura berada p ada wilayah iklim tropis.

2. Luas Kecamatan Telanaipura memiliki luas 30,39 km 2 yang terbagi dalam 11 kelura han yaitu: Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Murni, Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan Sela mat, Kelurahan Teluk Kena li, Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan Legok, Kelurahan Sunga i put ri, Kelurahan Penyenga t Renda h, dan Kelurahan Pematang Sulur. Terbagi dala m 266 rukun tetangga. Berikut disajikan tabel rincian admi nistrasi Kecamatan Telanaipura. Tabel 16. Rincian Administrasi Kecamatan Telana ipura

No.

Kelur ahan

Luas (km 2 )

2 Simpang IV Sipin

3 Sela mat

4 Sunga i Putri

7 Solok Sipin

8 Buluran Kenali

9 Teluk Ke na li

10 Penyenga t Rendah

11 Pematang Sulur

Juml ah

Sumber. Kec amatan Telanaipura dal am Angka Tahun 2011

44

Gamb ar 4. D ia gram Persentase Luas Kecamatan Telanaipura

3. Batas Secara administratif Kecamatan Telanaipura be rbatasa n den gan :

a. Sebel ah utara dengan Kecamatan Danau Teluk

b. Sebel ah selatan dengan Kecamatan Kota B aru

c. Sebel ah barat dengan Ka bupaten Mu aro Jambi

d. Sebel ah timur dengan Kecamatan Pasar Jambi

Letak admi nist rasi Kecamatan Telanaipura dipresentasikan da la m p eta 1.

46

4. Keadaan Fisik

a. Geolo gi Berda sarkan peta geologi lembar 1014 Jambi, satuan batuan diloka si peneli tian yaitu : Aluvium (Qa) Satuan batuan ini merupakan sat uan terluas yang berada di Kecamatan Telanaipura. Terdapat di sebagian b esar wilayah Kecamatan Telanaipura bagian utara di sepanjang Sungai Batanghari yaitu b erada di Kelurahan Teluk Kenali, Kelurahan Buluran Kena li, Kelurahan Legok, sebagian wilayah Kelurahan Penyenga t Rendah bagian timur hingga ke ut ara, dan Kelura han Pematang Sulur bagian barat. Secara astronomis batuan aluvium berada pada 338309 345400 mT dan 982242 3 9826881 mU. Luas sa tuan bat uan ini adalah 1475,76 ha. Terdiri dari kerik il, ke rakal, pasir, lanau dan le mpung.

Formasi Muaraenim (Tmpm) Terdapat di bagia n t engah Kecamatan Telanaipura yaitu berada di Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Solok Sipin, Kelurahan Sunga i Putri, Kelurahan Sela mat , Kelurahan Simpang IV Sipin, Kelurahan Pematang Sulur bagian barat dan Kelurahan Penyenga t Rendah bagian timur. Secara astronomi s batuan in i terl etak pa da 337028 344574 mT dan 9820803 9826333 mU. Luas satuan ba tuan ini adala h 1472,45 ha. Terdiri atas perselingan antara batupasir tufan da n bat ulempun g tufa n, per seli ng an batupasi r kuarsa den gan batulempung k uarsa, bersisipan batu bara dan oksida besi.

Formasi Kasai (Q tk)

Terdapat diba gian timu r Kecamatan Telanaipura yaitu berada di Kelurahan Murni dan Kelurahan Solok Sipin bagian timur laut secara astron omis berada dia ntara 34410 4 345263 mT dan 9822763 9823818 mU. Luas satu an ba tuan i ni adalah 68 ,32 ha. Terdiri d ari pe rse lingan b atupasir tufan denga n batulempung t ufan.

b. Geomorfologi Geomorfologi ada lah ilmu yang me mpelajari tentang bentuk permukaan bumi serta proses-proses yang berl angsung terhadap permukaan bumi seja k bumi terbentuk sampai sekarang.

Secara umum kondisi geomorfologi l ok asi pen elitian merupakan bentuklahan asal proses fl uvia l yang pembentukannya berkaitan dengan proses fluvial. Proses fluvial adalah semua proses yang terja di di a lam baik fisika, maupun kimia yang mengaki ba tka n ada nya perubah an bentuk permu kaa n bumi, yang disebabkan oleh air pe rmuka an. Proses fluvial akan menghasil kan suatu

bentangalam yang khas sebagai akibat tingkah lak u air ya ng mengalir di permukaan. Proses yang be rlangsung da lam oleh ai r permukaan dapat berupa proses erosi, transportasi maupun proses sediment asi yang era t kait ann ya sa tu sama lain.

Proses fluvial dimul ai den gan pro ses erosi (pengikisan material), kemudian mater ial terangkut oleh ai r dan akhirnya diend apkan ditempat lai n yang lebih rendah baik i tu be rupa da ta ran ren dah ataupun c ekung an. Pro ses sedimentasi ini terjadi ka re na lereng atau ali ran permukaan menja di kecil sehin gga kecepatan dan e ner gi ali ran se makin berkurang. Akibatnya , te naga mengan gkut material menjadi berkurang sehingga material tersebut mengendap.

Pengenda pan di loka si penel itian terjadi di bagian utara, tepatnya ditepi Sunga i Batanghari . Hal ini disebabkan oleh berkurangnya da ya transport air permukaan a kibat perubaha n g radien sungai yang besar dib agi an hu lu tepatnya di Pegunungan Bukit Bari san ke gradien k ecil d i Kec amatan Tela naipura. Selain itu, meander Sungai Bata nghari jug a menyebabkan kecepatan aliran berku rang dan meterial diendapkan p ada kiri kan an sungai saat ba njir.

Berda sarkan interpret asi ci tra ikono s lokasi penelitian, satua n bentuklahan lokasi penelitian d ii dentifikasi se bagai be rikut :

a. Dataran Banjir Dataran banjir merupakan satuan bentukla han yang berada pada kiri kanan su ngai dan te rbentuk oleh sedimen a kibat l impasa n ban ji r sungai tersebut. Satuan bentuk lahan ini memiliki topografi data r yaitu sebesar 0-2%.

Ma terial pada satuan bentuklahan in i berupa pasir, la nau, dan lumpur. Secara peri odik tergenang oleh air ketika musim hujan. Lokasi dataran banjir ini terdapat di Kelurahan Pe nyengat Rendah.

Gamb ar 5. Wil ayah dat ar an banji r di Kelurahan Penyengat Rendah

b. Danau Ta pal Kuda Danau tapal kuda merupakan bentuklahan yang terdapa t pada bagia n utara Keca matan Telanaipura. da nau ini merupak an perkemb angan dari sungai meande r. Danau tapal kuda terbentuk bila sun gai yang berkelok-kelok atau sun gai meander mel intasi daratan me ngambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan ya ng akhirnya membentuk danau tapal kuda. Oxbow lake terbentuk dar i wak tu ke waktu sebagai akibat dari e rosi dan sediment asi da ri ta nah disekita r sungai meande r.

Gamb ar 6. Proses Terbentuknya Danau Tapal Kuda

Proses terbentuknya danau tap al kuda :

1. Sungai me ander yang terben tuk aliran airnya relatif datar ka rena liku -liku yang ada belum terlalu meleng kung, sehingga arus air sung ai masih pelan. Air mulai men galir den gan kecepat an yang berbeda, ketika mengalir pada lekukan pada suatu sungai kelok-kelok.

2. Air yang mel ew ati lekukan yang me njo ro k keluar menyeba bkan terjadinya erosi terus sehingga menyebabkan lekukan tergerus semakin melebar. Sementara itu, di sisi lekukan yang lain aka n terj adi pen gendapan .

3. proses erosi d an pengendapan lekukan su nga i yang terus terjadi a kan membentuk lekukan ya ng semakin taj am dan akan terhubung dengan

ujung lekuka n yang lai n. Jika te rjadi hujan, air akan mampu menge rosi lekukan tepi sungai yan g kemudian aka n mampu membentuk alira n sunga i baru yang lebih lurus dan aliran sungai yang l ama ditingga lkan.

Danau t apal kuda lokasi peneliti an bera da pada bagian utara Kecamatan Te lanaipura, te patnya b erada di Kelurah an Legok. Nama lokal danau tersebut yaitu Da nau Dipin dengan luas 90,24 ha.

Gamb ar 7. C itra Ikonos danau tapal ku da di Keluraha n Legok

Kondisi geomorfologi Kecamata n Tela naipura yang berupa bentuklahan asal proses fluvia l juga dapa t diidentifikasi dari kondisi reliefnya. Dilihat dari topografinya, Kecamata n Tel anaipura relatif datar dengan ketinggia n antara 2-40 m diatas permukaan laut. Aliran Sungai Batan ghari sebaga i sungai utama terdapat diba gian uta ra Kecamatan Telanai pu ra.

c. Hidrologi

1) Air Tanah Air ta nah merupakan sumber d aya alam ya ng kete rsediannya mencakup kuanti tas maupun kual itasnya sanga t dipengaruhi ol eh kondi si lingkungan tempat proses penimbunan, penga liran, dan pelepasan air tan ah tersebut be rl angsung pada suatu wad ah yang disebut cekungan air ta nah (groundwater basin). Batas ce kungan air tanah, yang me ncakup bat as horizontal dan vertikal, ditentukan ole h sifat hidrauli k ai r tanah dan dikontrol oleh tataan hidrogeologinya .

Keberada an ce kun gan air tanah tida k dibatasi oleh batas a dministrasi sua tu daerah. Suatu cekungan air tan ah dapat berada pada sat u wilaya h kabup aten/kota, lintas batas k abupaten/kota, lintas batas p rovinsi, bahka n lintas batas negara.

Kondisi air tanah beba s pada sumur-sumur gali yang dijumpai pada jarak 1-2 km di sisi kiri dan kanan Sungai Bat ang hari, muka air ta nah bebasnya relatif dangkal (berkisar 1 5 m). Hal t ersebut disebabkan karen a sumur-sumur tersebut terleta k pada dataran ba njir ata u bekas dataran banjir yang terd iri atas endapan al lu vial. Berdasarkan kondisi geo login ya, jenis batuan wila yah ini berupa batuan aluvium yang terdir i atas kerikil, kerakal, pasir, lana u dan lempung. Umumnya jenis bat uan ini memiliki porosita s dan permeabili tas tinggi. Hal ini memungkinkan t erdapat nya a ir tanah cukup besar yang berasal dari a ir sungai dan dan au. (Sumber: ma sterplan saluran drai na se Kota Jambi tahun 2006)

2) Air Permukaan Sunga i Batanghari merupaka n a ir permukaa n utama dan mengali r di bagian utara Kecamatan Telanaipura. Sun gai Batangh ari memiliki panjang total 775 km, hulu sungai terleta k di pegun ungan bukit ba ri san di provi nsi Sumatera ba rat dan hilir di Selat Berha la. Sunga i Batanghari mengalir dari bara t ke timur, memper lihatkan morfologi pegunun gan dise be lah barat dan dataran serta rawa disebe lah timur. S eca ra umum 60% morfologi DAS Batanghari memperlihatk an bentuk perb ukitan bergelombang.

Bagian utara Kec amata n Tela naipura me rupakan Su nga i Ba tanghari bagian hilir denga n morfologi berupa data ra n. Lebar Sungai Batangha ri p ada bagian ini men capai 450 m denga n elevasi yaitu 10 mdpl. Tinggi muka air rata - rata pada tahun 2010 adalah 11,75 m. Ting gi muka air ekstrim ya ng pernah

tercat at adalah 15,15 m pad a tahun 200 3, da n d ebit te rkecil yaitu 6,11 m pada tahun 2004. ( Sumber : DPU Kot a Ja mbi)

Kecamatan Te lanaipura juga me miliki air permukaan berupa danau yaitu Danau Kenali yang luasnya 38,01 ha terlet ak di Kelurahan Teluk Kenali , dan menerima ali ra n air dari Sungai Kenali B esar dan Ke nali Keci l. Se lain i tu juga terdapa t danau tap al kuda ya itu Danau Sipin yang merupakan danau terbesar di kota Jambi, denga n panjang 4,5 k m, lebar 250 m, seluas 90,24 ha . Pada bagian tengah Danau Sipin terdapat perkampungan penduduk yang bermukim di tanah da ratan yan g oleh penduduk setempat se ring disebut d engan

ulau Pandan Pulau Pa nda n merupakan da ratan yang dulunya bera da di dekat l ekuka n meander Sungai Batanghari . Akibat proses fluviati l meander terp utus, terbe ntuk al iran sungai ya ng ba ru, da n a liran meander yang lama ditinggalkan sehin gga terbentuk danau ta pal kuda.

Secara a dmi nistrasi, Danau Sipin yang menjadi muara b eberapa sungai di wilayah Kot a Jambi i ni termasuk ke dalam w ila ya h Kelurahan Legok . Danau Sipin mene rima aliran air dar i beb erapa a liran yakni dari Danau Kenali, Sunga i Kambang, Sugai Sri Sude wi, dan Sungai Telana i. Pada kondi si dima na Sunga i B atanghari melua p, maka air Danau Sipin turut naik, sehingga menggenangi pula u yang ada diten gah nya. Kondisi Danau Sipin yang selal u bera ir sepan jang tahunnya juga difungsikan masyaraka t untuk bu diday a peri ka nan air tawar .

d. Iklim

1) Tipe Iklim Tipe iklim lok asi pe nelitian ditentuka n dengan menggunakan Metode Koppen. Metode Koppe n mer up aka n metode yang membagi tipe iklim berdasarkan rata-rata curah hujan dan te mparaturnya. Me tode ini membagi permukaan bumi ini menjadi 5 tipe iklim yaitu: ik lim hujan tropika (A), iklim keri ng (B), ikli m sedang (C), iklim d ingin (D), dan ik lim kutub (E).

Sebag ian besar wila ya h Indonesia terma suk kedala m tip e i klim A

kare na te lah memenuhi syarat suhu ud ara/temp aratur lebih dari 1 8 o

C. Dalam

klasifikasi Koppen, tipe iklim A terbagi atas :

a) Tropi ka Basah (Af) Wilayah iklim ini memiliki cir i-ciri yaitu pada saat bula n te rke ring masih memiliki hujan rata- rata le bih besar dari 60 mm.

b) Tropi ka Lembab (Am) Wilayah ini memiliki ciri-ciri yaitu pada bulan-bula n basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe in i memiliki bulan basah dan bul an keri ng, teta pi bulan-bula n kering masih dapat diimbangi oleh bulan-bula n basah, sehingga pada wilayah ini ma si h te rdapat h ut an yang cukup lebat.

c) Tropi ka Kering (Aw) Jumlah hujan pada bula n-bula n basah tidak da pat me ngimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering, sehingga vegetasi yang ada adalah pa dang rumpu t dengan p epo honan ya ng ja rang. (Wi snubroto, 1983: 70).

Tempa ra tur bulanan wilayah peneliti an disajikan pad a Tabel 17.

Tabel 17. Suhu Udara Bul anan Stasiun Klima tologi Sultan Thaha Tahun 20 10

No.

Bulan

Suhu Udara/Temparatur ( o C)

10 Oktobe r

11 Novembe r

12 De sember

Sumber. Stasiun Klimatologi Sultan Thaha Tahun 201 0

Data di atas menunjukkan ba hwa wilayah penelitian memiliki nila i suh u

udara rata-rata bula nan sebesar 27,1 o

C dengan suhu udara tertinggi yaitu sebesar

28 o

C yang terjadi pa da Bulan mei dan suhu udar a tere ndah sebe sar 26,7 o

C yang

terjadi pada Bulan Juli dan September. D enga n d emikian nila i suhu udara rata-rata

wila yah penelitian lebih besar dari 1 8 o

C sehingga dapat disimpulkan bahwa wilayah

tersebut berada pada tipe iklim A. Data curah hujan wila yah p enelitia n disajika n pad a Tabel 18.

Tabel 18. Data Curah Huja n Wila yah Penelitia n.

No.

Bulan

Curah Hujan ( mm)

jumlah

rata- rata

Jumlah bulan basah

Jumlah bulan lembab

Jumlah bulan kering

Sumber. Stasiun Klimatologi Sultan Thaha Kota Jambi

Berda sarkan Tabel 18 dike tahui bahwa rata -rata cura h hujan bula n terkering sebesar 128,8 mm yang terajadi pada Bulan Agustus. Rat a-rata jumla h h ujan tahunan adalah se besar 41 05,2 mm. Data rata-rata curah huja n tahunan da n curah hujan bula nan terkering digunakan untuk me nentuk an tip e iklim Af, Am, atau Aw. Data ini dimasukkan dalam grafik Koppen yang menunjukka n garis batas Tipe Iklim Af, Am, dan Aw. Anali sis tipe iklim lokasi penelitian disajikan pad a gamba r 8.

56

Rata-rata Curah Hujan Tahunan (mm) Gamb ar 8 . Tipe Iklim Lokasi Penelitian Me nurut Koppen

Berda sarkan hasil diat as, lokasi pene liti an memil iki tipe iklim Af. Hal ini dipe rkuat deng an besarnya hujan yang turun tiap tahun dan jujmlah bulan basah dapat menutupi jumlah bulan k ering.

2. Tipe Curah Hujan Penen tuan tipe cu rah h ujan di lokasi penelitian berdasarkan metode Schmidt dan Ferguso n. Klasifikasi tipe cur ah hu jan be rdasarkan metode ini adalah dengan berdasa rkan pada perban dingan rata-rata jumlah bulan ba sah dan ra ta-rata jumlah Bulan kering. Krit eria untuk menentukan bulan basah dan keri ng be rdasarkan klasif ikasi da ri M ohr yaitu :

a) Bulan basah yaitu suatu bulan yang curah huj annya lebih dari 100 mm. Pada bula n basah, curah hujan lebih besar dari penguapa n yang terjadi.

b) Bulan le mbab yaitu suatu bul an yang curah hu jannya leb ih besar dari 6 0 mm t etap i kurang dari 100 mm. Pa da bul an ini, curah hujan kur ang lebih sama denga n penguapan yang terjadi.

c) Bulan kering yaitu suatu bu lan dengan curah hujan kuran g dari 60 mm. Pada bula n basah , curah huja n lebih kecil d ari p enguapa n yang terjadi. (Wisnubroto dalam Agustinus 1983: 61)

R a ta -r at a C u ra h H

u ja n B

u la n

T e rk e ri n g m ( m )

57

Penggolonga n tipe curah hujan menuru t Schmidt dan Ferguson b erdasa rkan pada nilai Q ya itu :

Berda sarkan be sarnya nilai Q, tipe c urah hujan di Indonesia diba gi menjadi 8 golongan yai tu : Tabel 19. Tipe Curah Hujan Di Indonesia

1 A Sangat basah (very wet)

2 B Basah (wet )

3 C Agak basah (fairly wet)

4 D Sedan g (fair)

5 E Agak kering (fairly dry )

6 F Kering (dry )

7 G Sangat keri ng ( very d ry)

Lua r biasa kering (extremely dry)

Sumber : Wisnubroto dalam Agu stimus (2009: 62)

Data c urah hujan ya ng digunakan untuk mewakili ko ndisi curah hujan loka si penelitian adalah data dari Stasiun Met eorol ogi Sultan Thaha Jambi. Data Tabel menunjukkan bahwa jumla h curah huj an terting gi terdapat pada tahun 2010 sebesar 5217 mm. Rata-rata curah huja n tertinggi terja di pada Bulan Desember yaitu sebesar 2 55,14 mm. Rata-rata curah hujan teren dah t erjadi pa da Bulan Juli yaitu sebesar 128,79 mm. Jumlah bulan basah pal ing banya k b erada pada tahun 2010 yait u sebanyak 12 bulan . Jumlah bulan ke ring paling banya k terjadi pa da tahun 2004 yaitu sebanyak 7 bulan. Nilai rata-rata bulan ke ring dalam r entang t ahu n 2 001-2010 adalah sebesar 2 ,2 dan nilai rat a-rata bulan basah dalam rentang tahun 2001-2010 adalah sebesar 8,1.

Penen tuan tipe c urah hujan menurut me tode Schmidt -Ferguson yait u sebagai berikut :

Rata -rata Bulan Basah

Gamb ar 9. Tipe Curah Hujan Lokasi Pene li tian

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tipe curah hujan lokasi penelitia n menurut Schmidt dan Ferguson yaitu termasuk curah hu jan tipe B yang bersifa t basah karena berada pada k isar an nil ai

5. Penggunaan lahan Jenis penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura bervariasi dan masing - masing jenis pengguna an l ahan me milik i luasa n areal yang beragam pula. Namun areal terbangun menempati luasan wilayah terbesar. Info rmasi Penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura disajikan pada tabel 20.

Tabel 20. Penggunaan Lahan Kecamatan Telanaipura Tahun 2012

No.

Jenis penggunaan Lahan

7 Permukiman Teratur

8 Permukiman Tidak Teratur

11 Tanah kosong

Sumber : Bappeda Kota jambi Penggunaan lahan Kecamatan Telanaipura terbesar adalah permuk iman

denga n menempati a real selu as 7,12 km 2 (23,42%). Dibandingkan denga n jenis pengg una an lainnya seperti pe nggunaan lahan k ebun seluas 5,57 km 2 (18,33%) dan Belukar seluas 4,19 km 2 (13,77%) yang merupakan wil ayah non terbangun, kondisi ini menunjukkan bahwa masih te rdapat b anyak lahan yang da pat digunakan apabila terjadi peningkatan jumlah penduduk sehingga kebutuhan a kan lahan unt uk permukiman sema kin meningkat da n perub aha n penggunaan lahan da ri lahan non terbangun menjadi lahan terb angun tidak te rhindarka n.

6. Keadaan Penduduk

a. Jumlah dan Penyebaran Pendud uk Jumlah penduduk Kecamatan Telanaipura pa da tahun 2010 adalah sejumlah 77.203 juwa dengan rinc ian 38.856 jiwa laki -laki (50,33%) dan 38.346 ji wa pere mpuan (49,67%), menempa ti wi layah administrasi seluas 30,39 km 2 . Data jumlah dan p ersebaran penduduk Kecamatan Telana ipura seca ra rinci disajikan pada tabel 22.

Tabel 21. Jumlah dan Penyebaran Pendudu k Kecamatan Telanaipura Ta hun 2010

No.

Kelurahan

Luas Wilayah km²

Jumlah Pendud uk Jiwa

1 Penyenga t Rendah

2 Teluk Ke na li

5 Sunga i Putri

6 Sela mat

7 Solok Sipin

9 Simpang IV Sipin

10 Pematang Sulur

11 Buluran Kenali

Sumbe r : Kec amatan Telanaipur a dalam Angka 2010

Tabel 21. menunjukkan jumlah penduduk tert inggi berada pada Kelurahan Simpang IV Sipin denga n jumlah penduduk 11.776 Jiwa atau 15,25% dan jumla h pendu duk terendah ber ada pada Kelurahan Teluk Ke nali dengan jumlah pendud uk 1.155 atau 1,50%.

b. Kepadata n Penduduk Kepadata n penduduk merupaka n perbandingan antara jumlah penduduk denga n luas wilayah yang ditempati. Pada umumnya kepadatan penduduk di suatu kota men galami pening kat an yan g dicirik an de ng an tingginya tingkat pertumbuhan pendu duk di kota terse but. Kepada tan penduduk Keca mat an Telanaipur a dihitung denga n meto de aritmatik yaitu dengan men ghitung j umla h penduduk rata-rata p er kilometer pe rsegi daera h tanpa memperhitungkan kualitas daera h maupun kualitas pendu duk. Ke padatan pen duduk Kecamata n Telanaipura d ihitung meng gun akan rumus :

Data ke padat an penduduk Kecamatan Telanaipura disajikan pad a tabel 22.

Tabel 22. Kepadata n Penduduk Kecamatan Telana ipura Ta hun 2010

Kelur ahan

Luas Wi layah

Jumlah Penduduk

Kepadat an

Km 2 ( Jiwa )

(jiwa/km²)

Penyenga t Rendah

Teluk Ke na li

Sunga i Putri

Sela mat

Solok Sipin

Simpang IV Sipin

Pematang Sulur

Buluran Kenali

Sumber. Kec amatan Telanaipura Dalam Angka 2010

Tabel 2 2. menunjukkan jumla h kepadatan pe nduduk Kecamatan Telanaipura adala h seb esar 254 0 jiwa /km². W ilayah dengan kepadatan pendu duk tertinggi yaitu Kelurahan Murni sebesar 14.131 jiwa/km². Kondisi ini ter jadi karena luas Kelurahan Murni cukup sempit di ba ndi ngkan jumlah penduduk yang bermukim. Wilayah de nga n kepadata n penduduk terendah yaitu Kelurahan Penyenga t Rendah sebesar 485 jiwa/km².

Wirosuha rdjo dalam Agustinus (2009: 67), mengklasifik asikan kepadata n pendu duk menjadi enam go longan:

1. Sangat re nda h, jika ke padatan pe ndu duk kura ng da ri 101 jiwa/km².