Karateristik Responden di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

Gambaran persepsi responden diukur dengan mengajukan pertanyaan terkait hal-hal yang responden rasakan dalam memberikan ASI. Hasilnya menunjukkan mayoritas responden 51 tergolong dalam persepsi negatif. Secara rinci, distribusi frekuensi responden dapat dilihat dalam tabel 5.2. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Internal di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah n=98 Variabel Jumlah Persentase Usia 20 tahun 20-35 tahun 35 tahun Pengetahuan Baik Cukup Kurang Kondisi kesehatan Baik Tidak baik Persepsi Positif negatif 3 91 4 38 37 23 51 47 48 50 3,1 92,9 4,1 38,8 37,8 23,5 52 48 49 51 5.1.3. Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah Hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah terhadap 98 orang responden meliputi faktor eksternal yaitu pendidikan terakhir dimana mayoritas responden adalah SMA sebanyak 44,9 , pekerjaan responden mayoritas 74,5 tidak bekerjaIRT. Variabel dukungan petugas kesehatan diukur dengan ada tidaknya dukunganbantuan dan informasi yang diberikan petugas kesehatan. Hasilnya sebanyak 94,9 tergolong dalam kategori mendukung. Variabel promosi susu formula diukur dengan melihat informasi yang didapat responden terhadap promosi susu formula. Hasilnya sebagian besar responden 62,2 terpajan promosi susu formula. Variabel budaya diukur untuk mengetahui adanya pengaruh budayaadat istiadat terhadap pemberian ASI dan minumanmakanan tambahan. Hasilnya menunjukkan hampir seluruh responden 82,7 setuju memberikan minumanmakanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan karena kebiasaan keluarga. Hasil dari variabel budaya ini tampak dari jawaban yang diberikan oleh responden dimana 39,8 setuju memberikan makananminuman tambahan karena kebiasaan dalam keluarga. Variabel dukungan orang terdekat diukur dengan ada tidaknya dukungan yang didapat responden dari orang-orang terdekatnya. Hasilnya hampir semua responden 87,7 didukung oleh suami dalam memberikan ASI Eksklusif. Bentuk dukungan yang diberikan paling banyak 51 berupa dukungan motivasi. Paling banyak responden 43,9 didukung selama enam bulan atau lebih. Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3. Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah n=98 Variabel Jumlah n Persentase Tingkat pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA AkademiPT Pekerjaan Bekerja Tidak bekerjaIRT Dukungan petugas kesehatan Mendukung Tidak mendukung Promosi susu formula Terpajan Tidak terpajan Budaya Memberikan minumanmakanan tambahan karena 4 14 28 44 8 25 73 93 5 61 37 81 4,1 14,3 28,6 44,9 8,2 25,5 74,5 94,9 5,1 62,2 37,8 82,7 kebiasaan keluarga Memberikan ASI karena kebiasaan keluarga Dukungan orang terdekat Suami Ya Tidak Orang tua Ya Tidak Mertua Ya Tidak Saudara kandung Ya Tidak Teman Ya Tidak Tetangga Ya Tidak Dan lain-lain Ya Tidak 17 86 12 57 41 41 57 26 72 9 89 7 91 1 99 46 17,3 87,7 12,3 58,2 41,8 41,8 58,2 26,5 73,5 9,2 96,8 7,1 92,9 1,0 99 46,9 Bentuk dukungan orang terdekat Dukungan informasi Dukungan motivasi Dan lain-lain Lama pemberian dukungan 2 bulan 4 bulan 6 bulan atau lebih 50 2 22 33 43 51,0 2,1 22,4 33,7 43,9 5.2. Pembahasan 5.2.1. Faktor- Faktor Internal yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan ASI Eksklusif Variabel yang akan dibahas dalam faktor internal meliputi pengetahuan, kondisi kesehatan, persepsi, dan usia ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 38,8 responden memiliki pengetahuan baik terkait pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan responden terkait pemberian ASI Eksklusif dimana hampir seluruh responden mendapat dukungan dari petugas kesehatan dan juga seringnya responden mengikuti kegiatan posyandu sesuai hasil wawancara peneliti pada saat pengambilan kuesioner. Meskipun penelitian menunjukkan sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, namun cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Sarudik masih rendah. Hal ini bisa dipengaruhi oleh persepsi ibu terkait ASI mereka dan juga kebiasaan dalam keluarga mereka yang telah memberikan minumanmakanan tambahan pada usia bayi kurang dari enam bulan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tampak bahwa persepsi ibu masih negatif dimana 46,9 responden setuju memberikan minumanmakanan tambahan karena merasa ASInya kurang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun pengetahuan responden baik belum tentu cakupan ASI Eksklusif tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Asmijati 2001 dalam Pertiwi, 2012 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Ini tidak relevan dengan teori Notoatmodjo 2007 bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku seseorang karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang . Pertiwi 2012 juga mengatakan bahwa informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang terkait pemberian ASI Eksklusif dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam memberikan ASI Eksklusif. Penelitian terkait yang sesuai dengan hasil penelitian Asmijati 2001 yaitu penelitian Josefa 2011 yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif dimana didapat hasilnya p=0,091. Gambaran kondisi kesehatan ibu dan bayi diukur dengan melihat pengaruh kondisi fisik dan emosional ibu dalam memberikan ASI dan juga kesehatan bayi. Hasil penelitian pada variabel kondisi kesehatan dikategorikan menjadi baiktidak menghambat dan tidak baikmenghambat. Hasil penelitian menunjukkan sebagian 52 untuk kategori tidak menghambat. Hai ini terlihat dari hasil jawaban dari responden terkait kondisi kesehatan dimana 52 tidak setuju jika bayi menderita kelainan mulut sehingga tidak memberikan ASI secara Eksklusif. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Harahap 2010 yang mengatakan bahwa kondisi kesehatan baik itu kondisi kesehatan ibu 36,7 dan bayi 50 mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan perbandingan ibu yang memiliki persepsi positif dan negatif secara berturut-turut sebesar 48 orang responden 49 memiliki persepsi positif dan 50 orang 51 memiliki persepsi negatif. Persepsi negatif yang paling banyak dirasakan ibu terkait dengan kebiasaan bayi sering menangis. Sebesar 52,5 ibu setuju untuk memberikan minumanmakanan selain ASI karena bayi sering menangis. Hasil penelitian ini sesuai dengan Pernyataan Notoadmojo 2010 yang menyatakan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu objek akan mempengaruhi perilakunya. Persepsi yang baik terhadap suatu objek akan mendorong seseorang untuk bertindak sesuai dengan persepsinya dan sebaliknya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Pertiwi 2012 mengatakan bahwa persepsi merupakan faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Hasil ini juga sejalan dengan pendapat Prasetyono 2009 dalam bukunya yang mengatakan bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu yang menyatakan bahwa produksi ASI-nya kurang, sebenarnya mempunyai cukup ASI tetapi kurang mendapatkan informasi tentang manajemen laktasi yang benar dan posisi menyusui yang tepat. Usia ibu dikelompokkan menjadi tiga yakni usia 20 tahun, 20-35 tahun, dan 35 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkanhampir seluruh responden berada pada usia reproduksi sehat yakni usia 20-35 tahun. Hasil ini didukung dengan data dari BPS Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu jumlah wanita usia 20 sampai 29 tahun lebih banyak dari jumlah wanita usia 35 sampai 49 tahun Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011. Ibu yang berusia 19-23 tahun umumnya memiliki produksi ASI yang lebih dibanding ibu yang berusia lebih tua. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan Novita 2008 dalam Pertiwi, 2012 bahwa terjadi pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai awal terjadinya menstruasi sampai usia 30 tahun, namun terjadi degenarasi payudara dan kelenjar penghasil ASI alveoli secara keseluruhan setelah usia 30 tahun. Namun demikian, meskipun hampir seluruh responden berada pada usia reproduksi sehat dan merupakan usia efektif dalam memproduksi ASI yakni usia ≤ 30 tahun Suraatmadja, 1997 dalam Pertiwi, 2012 tetapi cakupan ASI Eksklusif masih rendah di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persepsi ibu yang masih rendahnegatif terkait ASI yaitu sebesar 51 dan kebiasaan dalam keluarga memberikan minumanmakanan tambahan saat usia bayi kurang dari enam bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun usia ibu mayoritas 20-35 tahun dan merupakan usia yang umumnya memiliki produksi ASI yang lebih,