Kategorisasi Indeks Gain

Tabel 8 Kategorisasi Indeks Gain

Nilai Indeks Gain

(Hake dalam Meltzer, 2002)

Adapun persyaratan analisis data yang harus dipenuhi untuk menentukan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Uji Prasyarat Analisis

Di dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t . Penggunaan uji-t digunakan untuk menguji perbedaan mean terhadap kedua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penggunaan uji-t dapat dilakukan saat memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas.

1) UjiNormalitas

“Uji Normalitasdilakukan dengan mengetahui apakah data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak“ (Noor, 2011:174). Uji normalitasdilakukan terhadap data pretest dan posttest tiap kelompok, baik itu kelompok kontrol maupun eksperimen. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melakukan uji normalitas data, antara lain: dengan kertas peluang normal, uji Chi- kuadrat, uji Liliefors, teknik Kolmogorov-Smirnov, dan teknik lainnya.

Uji normalitas pada penelitian ini akan menggunakan uji Kemiringan Kurva (Sudjana, 2005). Adapun langkah-langkah untuk uji normalitas yaitu:

a) Data disusun dalam tabel distribusi frekuensi Tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan langkah-langkah berikut: (1) Tentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil (2) Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Dengan

menggunakan aturan Sturges yaitu:

k = 1 + (3,3) log n

(3) Tentukan panjang kelas kelas interval p

(Sudjana, 2005 : 47)

(4) Pilih ujung kelas interval pertama (5) Setelah memperoleh panjang kelas, kemudian susun kelas interval

sesuai dengan panjang kelas yang diperoleh sesuai dengan panjang kelas yang diperoleh

𝑖 (Sudjana, 2005 : 70)

Keterangan: 𝑥 :nilai rata-rata

k : banyaknya kelas interval

i : 1, 2, 3, …, k 𝑓 𝑖 : frekuensi yang sesuai dengan tanda 𝑥 i

𝑥 i : nilai tengah kelas interval ke-i

c) Menghitung Modus dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Mo

= Modus

d = batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak

c = panjang kelas

d 1 = frekuensi pada kelas modus dikurang frekuensi kelas interval terdekat sebelumya.

d 2 = frekuensi kelas modus dikurang frekuensi kelas interval berikutnya

d) Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Keterangan :

𝑥 i : nilai tengah kelas interval ke-i n : jumlah frekuensi

e) Menentukan normalitas dengan menggunakan rumus:

(Sudjana, 2005)

Keterangan: K m = Kemiringan

𝑥 = Rata-rata Mo = Modus s = Simpangan baku

Dengan kriteria pengujian jika -1 < 𝐾 𝑚 <1, maka data berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi yang sama memiliki kesamaan (homogenitas) satu dengan yang lain. Tes statistik yang digunakan untuk menguji homogenitas ini dilakukan dengan test of variance pada distribusi skor kelompok-kelompok yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2009: 216).

Rumus yang digunakan untuk menghitung homogenitas varians secara manual adalah sebagai berikut:

(Sudjana, 2005:250)

Hasil perhitungan nilai F hitung kemudian dikonsultasikan kepada tabel nilai F. Jika nilai F hitung <F tabel pada tabel maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok tersebut variansinya tidak berbeda secara signifikan (homogen), sedangkan taraf signifikan yang ditetapkan sebesar

5% dengan dengan dk pembilang = (n b – 1) dan dk penyebut = (n k -1) Keterangan : n b : banyaknya data yang variansnya lebih besar n k : banyaknya data yang variansnya lebih kecil (Sudjana, 2005 : 250).

3) Uji Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapat suatu kesimpulan maka hasil data tes akan dianalisis dengan menggunakan uji-t. Adapun rumus hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H 0 :µ 1 =µ 2

H a :µ 1 ≠µ 2

µ 1 :Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaraan kooperatif tipe time token. µ 2 :Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

H 0 :Tidak terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa kelas

X di MANegeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

H a :Terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa kelas X di MANegeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

Adapun uji hipotesis tersebut menggunakan rumus uji-t sebagai berikut:

t =t hitung

𝑋 1 = Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token

𝑋 2 = Rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional 𝑛 1 = Jumlah siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token

𝑛 2 = Jumlah siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional 𝑠 2

1 = Nilai varians siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token 𝑠 2

2 = Nilai varians siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional

Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima

H 0 jika t hitung <t tabel dan tolak H 0 jika t mempunyai harga-harga lain.

Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n 1 +n 2 – 2) dengan peluang (1- α),dengan α = 0,05.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini, peneliti menyajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan metodologi penelitian yang telah dirancang sebelumnya. Peneliti juga akan memberikan pembahasan, baik itu keberhasilan maupun kendala yang terjadi selama penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar untuk meningkatkan hasil belajar siswa di MA Negeri

2 Palembang.

Hasil penelitian ini didasarkan pada studi lapangan yang telah dilakukan peneliti dalam memperoleh data dengan menggunakan teknik observasi dan tes. Variabel yang diteliti adalah hasil belajar siswa kelas X.IPA di MA Negeri 2 Palembang. Selain itu, peneliti juga menilai keaktifan belajar siswa pada kelas eksperimen selama masa penelitian berlangsung untuk mengetahui kebenaran konsep dari model pembelajaran kooperatif tipe time token yang digunakan peneliti. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik probability sampling jenis

cluster sampling sehingga diperoleh sampel X.IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan X.IPA 3 sebagai kelas kontrol. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keaktifan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelahditerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam cluster sampling sehingga diperoleh sampel X.IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan X.IPA 3 sebagai kelas kontrol. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keaktifan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelahditerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam

2 Palembang.

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 9 Rincian Kegiatan Penelitian

Observasi dan wawancara terhadap guru matematika di MA Negeri 2 Palembang

12 Oktober 2013

 Menyusun instrumen penelitian berupa RPP, LKS, dan soal pretest-posttest yang

12 Agustus 2014

dikonsultasikan kepada para pakar

Persiapan

(validasi pakar)

 Melakukan ujicoba soal posttest kepada

10 September 2014

siswa kelas XI untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir soal

 Memberikan pretest kepada siswa di kelas kontrol dan eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan treatment

 Memberikan treatment berupa penerapan model pembelajaran

1 September

kooperatif tipe time token di kelas X.IPA

Pelaksanaan

September 2014

sebagai kelas eksperimen dan metode konvensional di kelas X.IPA 3 sebagai kelas kontrol pada pokok bahasan bentuk akar  Memberikan posttest kepada siswa di kelas kontrol dan eksperimen untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan treatment

Menganalisis data yang diperoleh, memberikan pembahasan mengenai kegiatan yang terjadi selama proses

Pelaporan

1 Oktober 2014

penelitian, dan membuat kesimpulan terhadap hasil yang telah dilakukan di MA Negeri 2 Palembang

A. Hasil Penelitian

1. Tahap Persiapan

Setelah peneliti mengadakan observasi dan wawancara terhadap guru matematika di MA Negeri 2 Palembang, peneliti mengumpulkan bahan-bahan referensi yang berhubungan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Penyusunan instrumen penelitian menjadi langkah selanjutnya untuk menjalankan penelitian yang telah dirancang. Adapun instrumen penelitian yang dibutuhkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), soal pretest dan posttest siswa.

Dalam proses perancangan instrumen penelitian, peneliti melakukan uji validasi dengan bantuan tiga pakar, yaitu satu dosen matematika IAIN Raden Fatah Palembang dan dua guru matematika di sekolah MA Negeri 2 Palembang. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan proses penelitian sehingga instrumen penelitian dapat mengukur apa yang hendak diukur sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.Adapun pembahasan mengenai hasil validasi instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Hanafiah dan Suhana, 2012:120). Sebelum diterapkan dalam penelitian, RPP divalidasi terlebih dahulu oleh para pakar, Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Hanafiah dan Suhana, 2012:120). Sebelum diterapkan dalam penelitian, RPP divalidasi terlebih dahulu oleh para pakar,

Tabel 10 Komentar/Saran Validator

Validator Komentar/Saran

Riza Agustiani, M.Pd  Buat indikator pada setiap KD yang disesuaikan (Dosen Matematika)

dengan Kompetensi Inti  Sesuaikan penilaian dengan indikator yang

ingin dicapai  Cantumkan waktu pada setiap proses

pembelajaran

Drs.Amri M Buat Lembar Observasi “Keaktifan Belajar” (Guru Matematika)

Sri Pujiningsih, S.Pd

ACC

(Guru Matematika)

Setelah diadakan bimbingan selama beberapa saat dalam penyusunan RPP, kemudian dilakukan perhitungan pada lembar validasi, sehingga diperoleh nilai rata-rata yang diberikan oleh seluruh validator yaitu 3,41.Dari hasil validasi ini, disimpulkan bahwa RPP ini telah memenuhi kriteria valid dan siap untuk diterapkan pada sampel yang telah dipilih. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) disusun untuk menjadi salah satu media pembelajaran siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menjadi sarana pelaksanaan diskusi kelompok sehingga siswa dapat berbagi ilmu pada setiap anggotanya. LKS menjadi salah satu komponen penting dalam Lembar kerja siswa (LKS) disusun untuk menjadi salah satu media pembelajaran siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menjadi sarana pelaksanaan diskusi kelompok sehingga siswa dapat berbagi ilmu pada setiap anggotanya. LKS menjadi salah satu komponen penting dalam

Tabel 11 Komentar/Saran Validator

Validator Komentar/Saran

Riza Agustiani, M.Pd  Sesuaikan soal-soal dengan indikator yang (Dosen Matematika)

ingin dicapai  Perbaiki susunan kalimat di dalam soal Drs.Amri M

ACC

(Guru Matematika) Sri Pujiningsih, S.Pd

ACC

(Guru Matematika)

Setelah dilakukan perhitungan lembar validasi pakar, diperoleh rata-rata nilai yang diberikan oleh seluruh validator adalah 3,357. sehingga LKS ini telah memenuhi aspek kevalidan. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat dalam lampiran 14.

c. Soal

Jenis soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest. Hal ini dilakukan peneliti untuk dapat mengetahui besar atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah penelitian dilaksanakan.

Soal pretest dan posttest ini terdiri dari 4 soal uraian dengan beberapa soal terdiri dari anak soal. Soal dibuat sesuai dengan indikator Soal pretest dan posttest ini terdiri dari 4 soal uraian dengan beberapa soal terdiri dari anak soal. Soal dibuat sesuai dengan indikator

Soal pretest dan posttest divalidasi terlebih dahulu oleh para pakar, yaitu dosen matematika Ibu Riza Agustiani, M.Pd dan dua guru matematika di sekolah tempat penelitian akan dilangsungkan, yaitu Drs. Amri M. dan Ibu Sri Pujiningsih, S. Pd.

Tabel 12 Komentar/Saran Validator

Validator Komentar/Saran

Riza Agustiani, M.Pd  Perhatikan ranah dan aspek yang akan dinilai (Dosen Matematika)

di dalam soal

Drs.Amri M

ACC

(Guru Matematika) Sri Pujiningsih, S.Pd

ACC

(Guru Matematika)

Setelah dilakukan perhitungan pada lembar validasi, sehingga diperoleh nilai rata-rata yang diberikan oleh validator yaitu 3,547. Dari hasil validasi ini, disimpulkan bahwa soal pretest dan posttest ini telah memenuhi kriteria valid dan siap untuk diterapkan pada sampel yang telah dipilih. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat dalam lampiran 14.

Selain dilakukan uji validasi pakar, peneliti juga mengujicobakan soal posttest kepada siswa kelas XI MA Negeri 2 Palembang yang terdiri dari 35 siswa. Pelaksanaan ujicoba ini dilakukan pada Rabu, 10 September 2014 pada pukul 09.15 hingga 10.00 WIB. Berikut adalah hasil analisis soal posttest yang telah dilakukan:

1) Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan instrumen pembelajaran sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengukur validitas soal tes, teknik yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:

(Arikunto, 2012:87)

Keterangan

r xy = koefisien validitas soal

N = banyaknya sampel

X = skor butir soal

Y = skor total

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 13 Uji Validitas Soal Posttest

r tabel (5%)

Kriteria

Keterangan

Valid 2 0.4555

Tinggi

Valid 3 0.8857

Sedang

Valid 4 0.8459

Tinggi

Tinggi

Valid

Pada taraf α = 5% dengan n = 35 diperoleh r tabel = 0.3338. Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk setiap butir soal koefisien r hitung ( 𝑟 𝑥𝑦 ) lebih besar dari r tabel . Dengan demikian semua butir soal tes

matematika tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan. Adapun perhitungan validitas instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12.

2) Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan tes yang akan digunakan. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji keajegan tes hasil

belajar adalah rumus Alpha r 11 yaitu:

r 11 = ( )(1 −

r 11 = reliabilitas tes

n = banyaknya item soal 𝜎 2

𝑖 = jumlah varians skor tiap-tiap item 𝜎 2

𝑡 = jumlah dari hasil kali antara p dan q

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil r 11 = 0.725. Karena r 11 lebih besar dari r xy (0.3338) maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas tes hasil belajar tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi atau reliabel.

Untuk perhitungan reliabilitas tes hasil belajar selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian berlangsung dari Senin, 1 September 2014 hingga Sabtu, 20 September 2014. Peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika yang sebelumnya belum pernah diterapkan oleh guru di sekolah setempat. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk menjadi sebuah solusi dari permasalahan yang terjadi selama proses observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti.

Populasi yang diambil oleh peneliti adalah kelas X.IPA di MA Negeri

2 Palembang yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah sebanyak 171 siswa. Peneliti mengambil sampel dengan acak sesuai dengan teknik probability sampling jenis cluster sampling, yaitu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang bukan didasarkan pada individual tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul

bersama. Adapun rinciannya adalah; sebagai kelas eksperimen X.IPA 1 dengan jumlah 42 siswa dan sebagai kelas kontrol X.IPA 3 dengan jumlah 44 siswa.

Selama penelitian, peneliti mengadakan tiga pertemuan untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan treatment yang telah ditetapkan pada masing-masing sampel, dan dua pertemuan untuk mengadakan pretestdan posttest kepada seluruh sampel. Masing-masing pertemuan terdiri dari 2 jam Selama penelitian, peneliti mengadakan tiga pertemuan untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan treatment yang telah ditetapkan pada masing-masing sampel, dan dua pertemuan untuk mengadakan pretestdan posttest kepada seluruh sampel. Masing-masing pertemuan terdiri dari 2 jam

a. Pelaksanaan Penelitian di Kelas Eksperimen

Pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen dilakukan pada kelas X.IPA 1 yang dipilih secara random dengan cluster sampling yang terdiri dari

14 laki-laki dan 28 perempuan. Penelitian dilakukan selama 10 x 45 menit dengan rincian; 4 x 45 menit untuk pretest dan posttest, dan 6 x 45 menit diberikan materi dengan treatment berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token pada materi bentuk akar.

Model pembelajaran kooperatif tipe time token ini merupakan model pembelajaran yang setiap siswa diberi kupon bicara, dalam arti bicara yang sesuai dengan materi yang dibahas. Setelah berbicara, baik berpendapat atau presentasi di depan kelas maka siswa tersebut menyerahkan kuponnya. Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi. Adapun penjelasan pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen ini diuraikan seperti berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama ini dilakukan pada hari Kamis, 4 September 2014. Sebelum mempelajari materi dan menerapkan model pembelajaran yang akan digunakan, peneliti memperkenalkan terlebih dahulu tujuan dari pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan kepada para siswa. Setelah itu peneliti menyampaikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari.

Pada hari yang sama, peneliti memberikan pretest atau tes kemampuan awal kepada siswa. Tes ini menjadi acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian selanjutnya sehingga peneliti dapat mengetahui kelemahan rata-rata siswa dalam proses pembelajaran mandiri yang telah dilakukan siswa sebelumnya. Selain itu, hasil pretest juga menjadi salah satu pedoman peneliti untuk membentuk kelompok belajar siswa yang heterogen selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dimaksudkan dengan tujuan sebagaimana yang disebutkan oleh Sanjaya (2012: 242) bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hubungan sosial, dan merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Setelah diadakan pretest selama 45 menit atau 1 jam pelajaran, peneliti melanjutkan pertemuan dengan mengenalkan model pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran materi bentuk akar berlangsung kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa mengerti dan dapat mengikuti aturan pembelajaran yang ada sesuai dengan sintaks atau langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang akan

diterapkan dalam kelas X.IPA 1 ini adalah sebagai berikut:

a. Guru akan membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan masing- masing kelompok terdiri dari 6-7 siswa;

b. Guru membagikan 2 “kartu bicara“ pada masing-masing siswa pada setiap pertemuannya; b. Guru membagikan 2 “kartu bicara“ pada masing-masing siswa pada setiap pertemuannya;

d. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok dengan menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada LKS;

e. Setelah selesai, siswa melakukan diskusi kelas dengan cara; Guru menunjuk kelompok yang akan menyelesaikan soal dalam LKS di depan kelas. Perwakilan kelompok yang telah selesai menyelesaikan soal dengan waktu 30 detik, diberi kesempatan untuk menunjuk kelompok yang belum maju. Begitu seterusnya hingga semua pertanyaan di jawab dengan benar dan tepat.

f. Selama proses diskusi kelas, guru berperan sebagai fasilitator dengan menambahkan penjelasan materi dari siswa yang telah menyelesaikan soal-soal kepada siswa lainnya.

g. Pada saat diskusi kelas berlangsung, siswa yang ingin bertanya, menjawab, atau menanggapi jawaban harus menggunakan “kartu bicara”.

Setelah siswa dianggap mengerti mengenai langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe time token, peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu subbab bentuk akar dan hubungan bentuk akar dengan bilangan berpangkat pecahan.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua ini dilakukan pada hari Sabtu, 6 September 2014. Setelah memperoleh hasil pretest yang diberikan pada pertemuan Pertemuan kedua ini dilakukan pada hari Sabtu, 6 September 2014. Setelah memperoleh hasil pretest yang diberikan pada pertemuan

Sebelum melaksanakan kegiatan inti, peneliti menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran serta apersepsi mengenai materi bilangan rasional dan irasional. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali dan menjadi salah satu proses memotivasi siswa untuk mengetahui konsep bentuk akar yang akan mereka pelajari. Selain pemberian apersepsi, peneliti juga memberikan tambahan motivasi berupa pemberian reward bagi kelompok yang mengumpulkan poin terbanyak dan punishment bagi kelompok yang memiliki poin terendah.

Setelah itu, peneliti mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing- masing kelompok sebagai bahan diskusi dan mencari informasi mengenai materi yang dipelajari, yaitu bentuk akar dan hubungan bentuk akar dengan bilangan berpangkat pecahan. Peneliti memberikan waktu 30 menit kepada semua kelompok untuk melaksanakan diskusi kelompok dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses menganalisis dan mengumpulkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Setelah kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan, peneliti melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan diskusi kelas.

Peneliti menunjuk kelompok yang akan menyelesaikan soal dalam LKS di depan kelas. Perwakilan kelompok yang telah selesai menyelesaikan soal dengan waktu 30 detik, diberi kesempatan untuk menunjuk kelompok yang belum maju. Begitu seterusnya hingga semua pertanyaan di jawab dengan benar dan tepat.

Untuk soal pertama dalam LKS, peneliti menunjuk perwakilan kelompok II untuk menjawab dan menjelaskan jawaban mengenai materi konsep bilangan rasional dan irasional. Anggota yang maju dengan menggunakan “kartu bicara” nya adalah Ardiansyah dengan menjawab

secara tepat pengertian bilangan rasional dan irasional. Poin yang diperoleh adalah poin maksimal yaitu 10 untuk kelompok tersebut. Setelah selesai menjelaskan, dengan menggunakan “kartu bicara” anggota kelompok I, M. Agung Wijaksana, mengajukan pertanyaan mengenai contoh bilangan desimal berulang dan tidak berulang pada kelompok II. Poin yang diberikan pada kelompok I adalah 3. Kemudian pertanyaan tersebut ditanggapi oleh perwakilan kelompok II, Nabila, dengan menunjukkan contoh angka desimal berulang dan tidak berulang. Poin yang didapat adalah 5. Setelah peneliti menambahkan konsep bilangan rasional dan irasional kepada siswa, peneliti melanjutkan kegiatan dengan cara yang sama hingga menyisakan waktu 10 menit. Adapun rincian kegiatan siswa dalam menggunakan “kartu bicara” nya pada pertemuan ini dilampirkan pada lampiran 18.

Selama proses diskusi kelas berlangsung, suasana kelas menjadi tak terkendali karena terdapat beberapa siswa yang tidak disiplin dalam

mematuhi aturan pembelajaran. Beberapa siswa yang dominan dalam diskusi, gaduh kar ena ingin menggunakan “kartu bicara”nya dalam menyelesaikan ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan. Siswa secara tidak teratur ke depan kelas sebelum peneliti meminta perwakilan kelompok untuk maju menyelesaikan permasalahan dan mempresentasikannya. Untuk itu, peneliti memberhentikan proses diskusi selama 5 menit untuk kembali menjelaskan peraturan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali aturan pembelajaran dan memberikan motivasi berupa rewards ataupun punishment bagi kelompok yang mendapatkan poin tertinggi maupun terendah.

Setelah diskusi kelas selesai, siswa dikondisikan ke tempatnya semula dengan mengatur kembali meja dan kursinya. Kemudian peneliti melanjutkan pembahasan dengan memberikan umpan balik kepada siswa dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Selain itu, peneliti juga menyampaikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari pada subbab selanjutnya, yaitu proses menyederhanakan bentuk akar dan operasi aljabar pada bentuk akar.

Hasil penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan pada setiap kelompok di pertemuan kedua ini disajikan pada tabel berikut:

Tabel 14 Nilai LKS Materi I

No

Nama Kelompok

Adapun soal yang menjadi kendala sebagian besar siswa adalah pada soal analisis. Terutama pada saat membuat model matematika dalam pernyataan soal tersebut, seperti “panjang suatu persegi panjang adalah tiga kali lebar”. Sebagian besar siswa masih bingung ketika akan mengubah

pernyataan tersebut dan mensubstitusikannya pada rumus yang digunakan. Hal ini ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 1 Lembar Kerja Siswa I

Selain itu, kesulitan siswa juga terjadi pada saat proses perhitungan dan penggunaan rumus yang digunakan, seperti pada proses penentuan panjang diagonal persegi panjang seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2 Lembar Kerja Siswa II

Ketika guru menanyakan beberapa siswa secara acak, banyak dari mereka yang tidak dapat menjawab rumus yang digunakan, yaitu rumus phytagoras dengan sebelumnya menentukan nilai panjang dan lebar persegi panjang tersebut. Karena itu, guru membimbing siswa ketika melaksanakan diskusi kelas untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Selain pada bagian soal analisis, ada kelompok siswa yang juga mengalami kesulitan pada bagian menentukan bentuk akar dan bukan bentuk akar. Beberapa kelompok tertukar antara bentuk akar dan bukan Selain pada bagian soal analisis, ada kelompok siswa yang juga mengalami kesulitan pada bagian menentukan bentuk akar dan bukan bentuk akar. Beberapa kelompok tertukar antara bentuk akar dan bukan

Pada materi pertama ini, terdapat kelompok siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu kelompok 3 dengan nilai 64. Hal ini terjadi karena anggota kelompok tersebut tidak melakukan diskusi kelompok secara maksimal. Terdapat anggotanya yang tidak memperhatikan temannya ketika menyelesaikan soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini menyebabkan banyak soal yang tidak diselesaikan oleh kelompok ini. Karena itu, peneliti kembali mengingatkan kepada semua siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik karena terdapat punishment di akhir pertemuan bagi kelompok yang mendapat skor terendah.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga ini dilakukan pada hari Kamis, 11 September 2014. Sebelum melaksanakan kegiatan inti, peneliti menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran serta apersepsi mengenai pengulangan materi tentang konsep bentuk akar. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan siswa kembali mengenai konsep bentuk akar dan menjadi prasyarat untuk materi yang akan dibahas, yaitu menyederhanakan bentuk akar dan operasi bilangan pada bentuk akar. Selain pemberian apersepsi, peneliti juga terus memberikan motivasi kepada siswa berupa pemberian reward bagi kelompok yang mengumpulkan poin terbanyak dan punishment bagi kelompok yang memiliki poin terendah.

Seperti yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya, peneliti mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing kelompok sebagai bahan diskusi dan mencari informasi mengenai materi yang dipelajari, yaitu menyederhanakan bentuk akar dan operasi aljabar pada bentuk akar. Peneliti memberikan waktu 30 menit kepada semua kelompok untuk melaksanakan diskusi kelompok dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses menganalisis dan mengumpulkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Setelah kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan, peneliti melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan diskusi kelas. Peneliti menunjuk kelompok yang akan menyelesaikan soal dalam LKS di depan kelas. Perwakilan kelompok yang telah selesai menyelesaikan soal dengan waktu 30 detik, diberi kesempatan untuk menunjuk kelompok yang belum maju. Begitu seterusnya hingga semua pertanyaan di jawab dengan benar dan tepat. Kegiatan lebih rinci mengenai penggunaan “kartu bicara” pada pertemuan II ini dijelaskan pada lampiran 18.

Selama proses diskusi kelas berlangsung, suasana kelas lebih terkendali karena siswa telah memahami langkah-langkah pembelajaran yang digunakan. Siswa juga lebih disiplin daripada saat pertemuan sebelumnya. Siswa yang belum menggunakan “kartu bicara” nya berbicara sesuai dengan materi yang dibahas pada pertemuan ini.

Setelah diskusi kelas selesai, siswa dikondisikan ke tempatnya semula dengan mengatur kembali meja dan kursinya. Kemudian peneliti melanjutkan pembahasan dengan memberikan umpan balik kepada siswa dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Selain itu, peneliti juga menyampaikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari pada subbab selanjutnya, yaitu merasionalkan bentuk akar.

Adapun hasil penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan pada setiap kelompok di pertemuan ketiga ini disajikan pada tabel berikut:

Tabel 15 Nilai LKS Materi II

No

Nama Kelompok

Adapun soal yang menjadi kendala sebagian besar siswa pada materi kedua ini juga pada soal analisis. Terutama pada saat penggunaan rumus phytagoras. Beberapa kelompok siswa salah menggunakan operasi penjumlahan atau pengurangan pada saat proses perhitungan dengan rumus phytagoras. Banyak dari mereka salah menentukan sisi miring atau dua sisi Adapun soal yang menjadi kendala sebagian besar siswa pada materi kedua ini juga pada soal analisis. Terutama pada saat penggunaan rumus phytagoras. Beberapa kelompok siswa salah menggunakan operasi penjumlahan atau pengurangan pada saat proses perhitungan dengan rumus phytagoras. Banyak dari mereka salah menentukan sisi miring atau dua sisi

Gambar 3 Lembar Kerja Siswa III

Pada materi kedua ini, tidak terdapat kelompok siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Hanya saja belum ada kelompok yang mendapatkan nilai sempurna, karena siswa banyak terkecoh pada soal analisis yang diberikan. Untuk itu, peneliti kembali mengulang penggunaan rumus phytagoras dan meminta siswa untuk lebih teliti dalam melihat bangun segilima yang disediakan pada soal.

4) Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat ini dilakukan pada hari Sabtu, 13 September 2014. Sebelum melaksanakan kegiatan inti, peneliti menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran serta apersepsi mengenai pengulangan materi tentang konsep bentuk akar dan operasi aljabar pada bentuk akar. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan siswa kembali mengenai materi sebelumnya.

Seperti yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya, peneliti mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing kelompok sebagai bahan diskusi dan mencari informasi mengenai materi yang dipelajari, yaitu menyederhanakan bentuk akar dan operasi aljabar pada bentuk akar. Peneliti memberikan waktu 30 menit kepada semua kelompok untuk melaksanakan diskusi kelompok dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses menganalisis dan mengumpulkan informasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Setelah kegiatan diskusi kelompok dilaksanakan, peneliti melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan diskusi kelas. Peneliti menunjuk kelompok yang akan menyelesaikan soal dalam LKS di depan kelas. Perwakilan kelompok yang telah selesai menyelesaikan soal dengan waktu 30 detik, diberi kesempatan untuk menunjuk kelompok yang belum maju. Begitu seterusnya hingga semua pertanyaan di jawab dengan benar dan tepat. Kegiatan lebih rinci meng enai penggunaan “kartu bicara” pada pertemuan III ini dijelaskan pada lampiran 18.

Setelah diskusi kelas selesai, siswa dikondisikan ke tempatnya semula dengan mengatur kembali meja dan kursinya. Kemudian peneliti melanjutkan pembahasan dengan memberikan umpan balik kepada siswa dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga menyampaikan informasi mengenai adanya posttest untuk pertemuan selanjutnya sehingga siswa diharapkan untuk mengulangi kembali di rumah materi bentuk akar yang telah dipelajari.

Adapun hasil penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan pada setiap kelompok di pertemuan keempat ini disajikan pada tabel berikut:

Tabel 16 Nilai LKS Materi III

No

Nama Kelompok

Adapun bagian soal yang menjadi kendala sebagian besar siswa pada materi ketiga ini adalah pada proses perhitungan dalam merasionalkan bentuk akar. Beberapa kelompok kurang cermat dalam melakukan perhitungan saat merasionalkan bentuk akar. Begitu pula pada bagian soal Adapun bagian soal yang menjadi kendala sebagian besar siswa pada materi ketiga ini adalah pada proses perhitungan dalam merasionalkan bentuk akar. Beberapa kelompok kurang cermat dalam melakukan perhitungan saat merasionalkan bentuk akar. Begitu pula pada bagian soal

Gambar 4 Lembar Kerja Siswa IV

Pada materi ketiga ini, tidak terdapat kelompok siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Hanya saja belum ada kelompok yang mendapatkan nilai sempurna, karena siswa masih banyak kurang cermat dalam melakukan perhitungan dalam operasi aljabar bentuk akar.

5) Pertemuan Kelima

Kamis, 18 September 2014, peneliti melaksanakan penelitian terakhir di kelas X.IPA 1 sebagai kelas eksperimen. Sebelum peneliti memberikan soal posttest dengan tujuan mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan, peneliti mengajak siswa mengulas kembali materi bentuk akar yang telah Kamis, 18 September 2014, peneliti melaksanakan penelitian terakhir di kelas X.IPA 1 sebagai kelas eksperimen. Sebelum peneliti memberikan soal posttest dengan tujuan mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan, peneliti mengajak siswa mengulas kembali materi bentuk akar yang telah

Setelah selesai, peneliti mengatur siswa untuk duduk secara acak dengan tujuan untuk meminimalisir kecurangan antar teman. Kemudian peneliti membagikan soal posttest kepada siswa. Soal ini berbentuk uraian dengan jumlah 5 soal. Waktu yang diberikan adalah 60 menit. Selama pelaksanaan, masih terdapat siswa yang melakukan kecurangan dengan melihat jawaban temannya. Tetapi hal itu diatasi oleh peneliti dengan selalu mendekati dan berkeliling kelas sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan contoh kepada teman lainnya selama pelaksanaan ujian posttest berlangsung.

b. Pelaksanaan Penelitian di Kelas Kontrol

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan setiap hari Senin dan Sabtu selama 2 x 45 menit setiap pertemuannya dengan pokok bahasan bentuk akar. Kelas X.IPA 3 yang terdiri dari 18 laki-laki dan 26 perempuan dipilih secara random sebagai kelas kontrol, yaitu siswa diberikan materi oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Adapun deskripsi pelaksanaan penelitian tiap pertemuan di kelas kontrol dijelaskan sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama ini dilakukan pada hari Sabtu, 6 September 2014. Sebelum mempelajari materi dan menerapkan model pembelajaran yang akan digunakan pada kelas kontrol ini, peneliti memperkenalkan terlebih dahulu tujuan dari pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan kepada para siswa. Setelah itu peneliti menyampaikan informasi mengenai materi yang akan dipelajari.

Pada hari yang sama, peneliti juga memberikan pretest atau tes kemampuan awal kepada siswa. Tes ini menjadi acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian selanjutnya sehingga peneliti dapat mengetahui kelemahan rata-rata siswa dalam proses pembelajaran mandiri yang telah dilakukan siswa sebelumnya dan menjadi perbandingan kemampuan siswa antara kelas kontrol dan eksperimen dengan harapan kedua kelas ini memiliki kemampuan awal yang sama sehingga hasil penelitian yang diperoleh nantinya dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

Peneliti kemudian menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu subbab bentuk akar dan hubungan bentuk akar dengan bilangan berpangkat pecahan.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilakukan pada Senin, 8 September 2014. Pada pertemuan ini, peneliti memberikan materi tentang pengertian bentuk akar serta hubungan bentuk akar dengan bilangan berpangkat pecahan.

Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian apersepsi. Apersepsi yang diberikan sama dengan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu pengulangan materi tentang bilangan rasional dan irasional.Pemberian apersepsi dilakukan dengan memberikan contoh bilangan rasional dan irasional. Setelah dirasa semua siswa paham, peneliti melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan materi.

Dalam penyampaian materi, peneliti menggunakan model konvensional dengan metode ceramah. Peneliti memberikan contoh dan bukan contoh bentuk akar kepada siswa. Dari beberapa contoh yang diberikan, siswa diminta untuk mengamati dan menganalisis contoh-contoh tersebut. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai contoh yang diberikan. Setelah itu, peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan pengertian dari bentuk akar yang juga berhubungan dengan bilangan rasional dan irasional yang telah dijelaskan sebelumnya.

Setelah memperoleh pengertian bentuk akar, peneliti melanjutkan materi mengenai hubungan bentuk akar dengan bilangan berpangkat pecahan. Dengan cara yang sama peneliti menyampaikan materi tersebut. Kemudian peneliti memberikan beberapa contoh soal untuk dikerjakan secara bersama-sama. Pada tahap ini, peneliti juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi atau soal yang tidak dimengerti. Setelah selesai, peneliti memberikan latihan kepada siswa dan dikumpul setelah waktu pelajaran habis.

Pada pertemuan kedua ini, siswa yang aktif untuk bertanya ataupun menyelesaikan soal-soal di depan kelas hanya beberapa orang saja.Hal ini disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dengan proses pembelajaran dengan guru yang baru. Selain itu, siswa masih kaku dan malu untuk maju dan berbicara pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa juga masih belum termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut terjadi pada saat pembelajaran selanjutnya, pada saat pertemuan pertama hampir selesai peneliti memotivasi siswa dengan memberikan reward bagi siswa yang aktif dan mendapatkan nilai terbaik pada saat posttest dilaksanakan. Setelah waktu pembelajaran habis, peneliti menginformasikan kepada siswa tentang materi selanjutnya yaitu menyederhanakan bentuk akar dan operasi aljabar pada bentuk akar.

3) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ini dilakukan pada Sabtu, 13 September 2014. Pada pertemuan ini, peneliti memberikan materi tentang menyederhanakan bentuk akar dan operasi aljabar pada bentuk akar. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari penyampaian tujuan pembelajaran. Selain itu, peneliti mengulang kembali materi sebelumnya mengenai pengertian bentuk akar. Peneliti memberikan contoh soal dan meminta beberapa siswa menjawab soal tersebut. Setelah selesai, peneliti memberikan materi awal mengenai pengertian akar sejenis dan akar senama sebagai salah satu syarat dalam mengoperasikan operasi aljabar dalam bentuk akar.

Dengan cara yang sama dengan pertemuan sebelumnya, peneliti menggunakan model konvensional dengan metode ceramah. Peneliti menjelaskan mengenai proses menyederhanakan bentuk akar. Peneliti memberikan beberapa contoh soal agar siswa dapat mengerti mengenai cara menyederhanakan bentuk akar. Setelah itu, peneliti melanjutkan materi mengenai operasi aljabar pada bentuk akar. Dengan cara yang sama peneliti menyampaikan materi tersebut. Kemudian peneliti memberikan beberapa contoh soal untuk dikerjakan secara bersama-sama. Pada tahap ini, peneliti juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi atau soal yang tidak dimengerti. Setelah selesai, peneliti memberikan latihan kepada siswa dan dikumpul setelah waktu pelajaran habis

Pada pertemuan ketiga ini, siswa sudah mulai kelihatan aktif untuk bertanya ataupun menyelesaikan soal yang diberikan di depan kelas. Namun, dalam beberapa situasi, dominasi siswa masih terlihat sepertipada saat menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Siswa lainnya masih terlihat malu atau enggan untuk menjawab pertanyaan secara langsung yang disampaikan oleh peneliti. Untuk itu, pada situasi seperti itu, terkadang peneliti menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan secara langsung dan meyakinkan siswa bahwa dalam proses pembelajaran,menjawab salah adalah hal yang wajar. Setelah waktu pembelajaran habis, peneliti menginformasikan kepada siswa tentang materi selanjutnya yaitu merasionalkan bentuk akar.

4) Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat ini dilakukan pada Senin, 15 September 2014. Pada pertemuan ini, peneliti memberikan materi tentang merasionalkan bentuk akar. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari penyampaian tujuan pembelajaran. Dengan cara yang sama dengan pertemuan sebelumnya, peneliti menggunakan model konvensional dengan metode ceramah. Peneliti menjelaskan mengenai proses merasionalkan bentuk akar. Peneliti memberikan beberapa contoh soal agar siswa dapat mengerti. Pada tahap ini, peneliti juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi atau soal yang tidak dimengerti. Setelah selesai, peneliti memberikan latihan kepada siswa dan dikumpul setelah waktu pelajaran habis.

Pada pertemuan keempat ini, siswa masih seperti pertemuan sebelumnya. Dominasi siswa masih terlihat bahkan lebih jelas. Setelah waktu pembelajaran habis, peneliti menginformasikan kepada siswa untuk mengulang kembali materi bentuk akar yang telah dipelajari karena pertemuan selanjutnya siswa harus mengerjakan posttest untuk mengetahui hasil belajar yang mereka peroleh setelah pembelajaran dilangsungkan.

5) Pertemuan Kelima

Sabtu, 20 September 2014, peneliti melaksanakan penelitian kelima di kelas X.IPA 3 sebagai kelas kontrol. Sebelum peneliti memberikan soal posttest dengan tujuan mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan, sama seperti pada Sabtu, 20 September 2014, peneliti melaksanakan penelitian kelima di kelas X.IPA 3 sebagai kelas kontrol. Sebelum peneliti memberikan soal posttest dengan tujuan mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan, sama seperti pada

Setelah selesai, peneliti mengatur siswa untuk duduk secara acak sebagaimana yang dilakukan di kelas eksperimen dengan tujuan untuk meminimalisir kecurangan antar teman. Kemudian peneliti membagikan soal posttest kepada siswa. Soal ini berbentuk uraian dengan jumlah 5 soal. Waktu yang diberikan adalah 60 menit. Selama pelaksanaan, masih terdapat siswa yang melakukan kecurangan dengan melihat jawaban temannya. Tetapi hal itu diatasi oleh peneliti dengan selalu mendekati dan berkeliling kelas sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan contoh kepada teman lainnya selama pelaksanaan ujian posttest berlangsung.

3. Tahap Pelaporan

a. Observasi

Dalam penelitian ini, selain untuk mengetahui keadaan dan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di sekolah yang akan diteliti, observasi juga dilakukan untuk melihat keaktifan belajar siswa di kelas eksperimen selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time Dalam penelitian ini, selain untuk mengetahui keadaan dan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di sekolah yang akan diteliti, observasi juga dilakukan untuk melihat keaktifan belajar siswa di kelas eksperimen selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time

Nilai Akhir =

Penelitian dilakukan selama lima kali pertemuan dengan rincian; tiga pertemuan untuk penyampaian materi dan dua pertemuan untuk memberikan pretest dan posttestkepada siswa. Setelah diadakan penelitian, berikut adalah hasil observasi yang dilakukan selama tiga pertemuan ketika penyampaian materi dan dibantu oleh guru matematika di MA Negeri 2 Palembang, Drs. Amri M.

1) Pertemuan pada Materi Pertama

Dengan menggunakan rumus diatas, berikut adalah rekapitulasi hasil observasi keaktifan belajar siswa pada semua indikator:

Tabel 17 Hasil Observasi Materi Pertama

No Indikator

Skor Perolehan

Skor Maksimal Nilai Akhir

Kepatuhan terhadap

aturan dalam pembelajaran Memberikan ide, usul, dan

saran dalam pembelajaran Mengikuti pembelajaran 3 dengan

semangat dan antusias Memperhatikan 4 ketika teman

lain sedang lain sedang

kelompok

2) Pertemuan pada Materi Kedua

Dengan menggunakan rumus diatas, berikut adalah rekapitulasi hasil observasi keaktifan belajar siswa pada semua indikator:

Tabel 18 Hasil Observasi Materi Kedua

No Indikator

Skor Perolehan

Skor Maksimal Nilai Akhir

Kepatuhan terhadap

1 aturan dalam

pembelajaran Memberikan ide, usul, dan

saran dalam pembelajaran Mengikuti pembelajaran 3 dengan

semangat dan antusias Memperhatikan ketika teman lain sedang

menyampaikan presentasi atau pendapat Bertanggung 5 jawab dalam

kelompok

3) Pertemuan pada Materi Ketiga

Dengan menggunakan rumus diatas, berikut adalah rekapitulasi hasil observasi keaktifan belajar siswa pada semua indikator:

Tabel 19 Hasil Observasi Materi Ketiga

No Indikator

Skor Perolehan

Skor Maksimal Nilai Akhir

Kepatuhan terhadap

aturan dalam pembelajaran Memberikan ide, usul, dan

2 saran dalam

pembelajaran Mengikuti pembelajaran 3 dengan

semangat dan antusias Memperhatikan ketika teman lain sedang

4 menyampaikan

presentasi atau pendapat Bertanggung 5 jawab dalam

kelompok

Adapun hasil perhitungan dan indikator yang tampak pada hasil observasi terlampir pada lampiran 36.

b. Tes

Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa.Sebelum mengerjakan posttest, peneliti memberikan pretest kepada semua siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kesetaraan pengetahuan dan pemahaman mereka. Berikut adalah hasil pretest yang telah dikerjakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 20 Hasil Pretest Siswa Kelas Eksperimen

Tabel 21 Hasil Pretest Siswa Kelas Kontrol

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, diberikan posttest dan diujikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing diikuti oleh 42 dan 44 siswa, berikut adalah hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 22

Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen

86-100 13 Sangat Baik 71-85

24 Baik 56-70

2 Cukup 41-55

3 Tidak Baik 0 – 40

0 Sangat Tidak Baik

Tuntas 37 88,09% Tidak Tuntas

Hasil Posttest Siswa Kelas Kontrol

86-100 3 Sangat Baik 71-85

27 Baik 56-70

10 Cukup 41-55

2 Tidak Baik 0 – 40

2 Sangat Tidak Baik

Tuntas 30 68,18% Tidak Tuntas

14 31,82% Jumlah

Dari tabel di atas jika dibandingkan dengan KKM materi bentuk akar yang dipakai di MA Negeri 2 Palembang yaitu 71, maka dapat terlihat bahwa siswa mendapat nilai tuntas di kelas eksperimen dan kontrol sebanyak 37 dan 30 siswa atau sekitar 88,09% dan 68,18%. Sedangkan Dari tabel di atas jika dibandingkan dengan KKM materi bentuk akar yang dipakai di MA Negeri 2 Palembang yaitu 71, maka dapat terlihat bahwa siswa mendapat nilai tuntas di kelas eksperimen dan kontrol sebanyak 37 dan 30 siswa atau sekitar 88,09% dan 68,18%. Sedangkan

1) Uji Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesa, data yang diperoleh terlebih dahulu diuji kenormalan dan kehomogenannya. Berikut adalah uji prasyarat hipotesa penelitian:

a. Uji Normalitas

1) Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen

Uji normalitas data kelas eksperimen dalam penelitian ini menggunakan uji kemiringan kurva. Uji normalitas ini dilakukan pada data pretest dan posttest siswa di kelas eksperimen. Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih dahulu dicari mean, modus dan simpangan bakunya. Berikut ini adalah hasil perhitungannya:

Tabel 24

Hasil Perhitungan Mean, Modus dan Simpangan Baku Data Pretest Kelas Eksperimen

Dari data yang diperoleh, kemudian ditentukan uji normalitas datanya dengan menggunakan uji kemiringan kurva dengan rumus sebagai berikut:

Karena -1 < K m < 1, maka data pretest siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

Tabel 25

Hasil Perhitungan Mean, Modus dan Simpangan Baku Data Posttest Kelas Eksperimen

Dari data yang diperoleh, kemudian ditentukan uji normalitas datanya dengan menggunakan uji kemiringan kurva dengan rumus sebagai berikut:

Karena -1 < K m < 1, maka data posttest siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

2) Uji Normalitas Data Kelas Kontrol

Uji normalitas data kelas kontrol dalam penelitian ini menggunakan uji kemiringan kurva. Uji normalitas ini dilakukan pada data pretest dan posttest siswa di kelas kontrol. Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih dahulu dicari mean, modus dan simpangan bakunya. Berikut ini adalah hasil perhitungannya:

Tabel 26

Hasil Perhitungan Mean, Modus dan Simpangan Baku Data Pretest Kelas Kontrol

Dari data yang diperoleh diatas, lalu dicari normalitas datanya dengan manggunakan uji kemiringan kurva dengan rumus sebagai berikut:

Karena -1 < K m < 1, maka data pretest kelas kontrol berdistribusi normal.

Tabel 27

Hasil Perhitungan Mean, Modus dan Simpangan Baku Data Posttest Kelas Kontrol

Dari data yang diperoleh diatas, lalu dicari normalitas datanya dengan manggunakan uji kemiringan kurva dengan rumus sebagai berikut:

11,6673 𝐾 𝑚 = −0,2924 Karena -1 < K m < 1, maka data posttest kelas kontrol

berdistribusi normal.

3) Uji Normalitas Data N-gain

Uji normalitas data kelas eksperimen dalam penelitian ini menggunakan uji kemiringan kurva. Uji normalitas ini dilakukan pada indeks data pretest dan posttest siswa di kelas eksperimen dan kontrol. Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih dahulu dihitung Uji normalitas data kelas eksperimen dalam penelitian ini menggunakan uji kemiringan kurva. Uji normalitas ini dilakukan pada indeks data pretest dan posttest siswa di kelas eksperimen dan kontrol. Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih dahulu dihitung

Tabel 28

Hasil Perhitungan Mean, Modus dan Simpangan Baku Data N-gain Kelas Eksperimen

Dari data yang diperoleh, kemudian ditentukan uji normalitas datanya dengan menggunakan uji kemiringan kurva dengan rumus sebagai berikut:

Karena -1 < K m < 1, maka data indeks siswa kelas eksperimen berdistribusi normal.

Tabel 29

Hasil Perhitungan Mean, Modus dan Simpangan Baku Data N-gain Kelas Kontrol

Dari data yang diperoleh, kemudian ditentukan uji normalitas datanya dengan menggunakan uji kemiringan kurva dengan rumus sebagai berikut:

Karena -1 < K m < 1, maka data indeks siswa kelas kontrol berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan sampel yang homogen, dengan hipotesis:

H a : 2 𝑠 2 1 ≠𝑠 2

Dengan kriteria pengujianya H 0 diterima jika F hitung <F 1

1) Uji Homogenitas Data Pretest

Dari perhitungan pada uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol telah diperoleh:

2 = 202,221 Sehingga dapat dihitung:

𝐹 𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1.11 Dari perhitungan di atas diperoleh F hitung = 1.161 sedangkan dk untuk pembilang 41 dan penyebut 43 dengan α = 5% dari daftar distribusi diperoleh F 0,025(41,43) = 1,66819, karena

F hitung ≤F 1 sehingga H 0 diterima, dengan demikian sampel

yang digunakan dalam penelitian merupakan sampel yang homogen.

2) Uji Homogenitas Data Posttest

Dari perhitungan pada uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol telah diperoleh:

2 = 126,9809 Sehingga dapat dihitung:

Dari perhitungan di atas diperoleh F hitung = 1,15,sedangkan dk untuk pembilang 41 dan penyebut 43 dengan α = 5% dari daftar distribusi diperoleh F 0,025(41,43) = 1,66819, karena F hitung <F 1

2 𝛼(𝑉 1 , 𝑉 2 ) sehingga H 0 diterima, dengan demikian sampel yang digunakan

dalam penelitian merupakan sampel yang homogen.

3) Uji Homogenitas Data N-gain

Dari perhitungan pada uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol telah diperoleh:

2 = 0,018 Sehingga dapat dihitung:

Dari perhitungan di atas diperoleh F hitung = 0,6833 ,sedangkan dk untuk pembilang 41 dan penyebut 43 dengan α = 5% dari daftar distribusi diperoleh F 0,025(41,43) = 1,66819, karena

F hitung <F 1 sehingga H 0 diterima, dengan demikian sampel

yang digunakan dalam penelitian merupakan sampel yang homogen.

c. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapat suatu kesimpulan maka hasil data tes akan dianalisis dengan menggunakan uji-t. Pada penelitian ini, dilakukan uji-t terhadap nilai pretest, posttest, dan indeks gain siswa di kelas konrol dan eksperimen.

1) Uji T-Test Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

H a : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Ketentuan hipotesis H 0 diterima jika t hitung <t tabel karena dalam perhitungan sebelumnya telah diperoleh bahwa kedua data tersebut normal dan homogen, maka rumus t hitung yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh:

2 = 202,221 Sehingga dapat dilakukan perhitungan uji-t pada data pretest siswa kelas kontrol dan eksperimen sebagai berikut:

X 1 −X 2

t hitung =

t hitung = 42−1 224,6326+ 44−1 202,221 1 1

t hitung =

0,0129

t hitung =

√9,9198

t hitung = 0,004

Dari hasil perhitungan, diperoleh t hitung = 0,004 dengan dk=84 dengan taraf signifikan 5%, maka t tabel adalah 1,6632. Sehingga didapat t hitung < t tabel , maka H o diterima atau H a ditolak. Berdasarkan kriteria pengujian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pokok bahasan bentuk akar di kelas X MA Negeri 2 Palembang.

2) Uji T-Test Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H 0 :Tidak terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

H a :Terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token.

Adapun uji hipotesis tersebut menggunakan rumus uji-t sebagai berikut:

Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima H 0 jika t hitung < t 1- α dan tolak H 0 jika t mempunyai harga- harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n 1 +n 2 – 2) dengan peluang ( 1 – α ), α = 0,05. Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh: n 1 = 42 n 2 = 44

𝑥 1 = 79,167 𝑥 2 = 71,7045

1 = 146,0317 𝑠 2

2 = 126,9809 Sehingga dapat dilakukan perhitungan pengujian hipotesis sebagai berikut:

𝑋 1 −𝑋 2

𝑡 𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =

−1 𝑠 1 + 𝑛 2 −1 𝑠 2 1 1

𝑛 −2

79,167 − 71,7045

𝑡 𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =

42−1 146,0317+ 44−1 126,9809 1 1

42 + 44

42+ 44 −2

7,4621

𝑡 𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =

5987,3016+5460,1782

84 0,0465

𝑡 𝑕𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,9631 Dari hasil uji t, diperoleh t hitung = 2,9631 dengan dk = 84 dengan taraf signifikan 5%, maka t tabel adalah 1,6632. Sehingga didapat t hitung >t tabel , maka H a diterima. Berdasarkan kriteria pengujian uji-t dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token.

3) Uji T-Test Data N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H 0 :Tidak terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa kelas

X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

H a :Terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

Adapun uji hipotesis tersebut menggunakan rumus uji-t sebagai berikut:

Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima H 0 jika t hitung < t 1- α dan tolak H 0 jika t mempunyai harga- harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n 1 +n 2 – 2) dengan peluang ( 1 – α ), α = 0,05.

Dari hasil perhitungan sebelumnya diperoleh: n 1 = 42 n 2 = 44

2 = 0,018 Sehingga dapat dilakukan perhitungan pengujian hipotesis

sebagai berikut:

Dari hasil uji-t, diperoleh t hitung = 2,636 dengan dk = 84 dengan taraf signifikan 5%, maka t tabel adalah 1,6632. Sehingga didapat t hitung > t tabel , maka

H a diterima. Berdasarkan kriteria pengujian uji-t dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token.

B. Pembahasan

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang terjadi di MA Negeri 2 Palembang sebagai hasil observasi selama PPLK II yaitu adanya sebagian besar siswa yang tidak termotivasi untuk aktif bahkan cenderung lebih pasif dalam pembelajaran karena peserta didik hanya dituntut untuk menerima pengetahuan bukan menggali makna. Hal itu juga berpengaruh pada hasil belajar sebagian besar siswa yang tidak sesuai dengan KKM yang berlaku di sekolah tersebut.

Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan teknik probability

sampling jenis cluster sampling sehingga diperoleh sampel X.IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan X.IPA 3 sebagai kelas kontrol. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keaktifan siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar kelas X di MA Negeri

2 Palembang.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan observasi dan tes. Observasi berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengetahui keadaan dan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di sekolah tersebut. Selain itu, observasi juga

digunakan peneliti untuk mengetahui keaktifan belajar siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Guru mata pelajaran selaku observer mengamati jalannya kegiatan pembelajaran siswa dengan menilai beberapa aspek keaktifan yaitu kepatuhan terhadap aturan dalam kelompok; memberikan ide, usul, dan saran dalam pembelajaran; mengikuti pembelajaran dengan semangat dan antusias; memperhatikan ketika teman lain sedang menyampaikan persentasi atau pendapat; dan bertanggung jawab dalam kelompok . Berikut adalah gambaran mengenai hasil observasi keaktifan belajar siswa pada kelas eksperimen:

Diagram 1 Persentase Rata-Rata Keaktifan Belajar Siswa Setiap Pertemuan

Indikator Indikator 1 2 3 4 5

Diagram diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi keaktifan Pertemuan 3 90.48% 90.48% 83.33% 85.71% 95.24% belajar siswa kelas eksperimen pada setiap indikator di setiap pertemuannya mengalami peningkatan. Salah satu faktor penyebabnyaadalah motivasi yang selalu diberikan peneliti di setiap awal pertemuannya berupa pemberian reward bagi kelompok yang mengumpulkan skor terbanyak dan juga bagi siswa yang memiliki nilai posttest tertinggi. Sebagaimana Aqib (2013: 33) menyimpulkan bahwa model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen ini merupakan model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan keterampilan sosial siswa, Diagram diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi keaktifan Pertemuan 3 90.48% 90.48% 83.33% 85.71% 95.24% belajar siswa kelas eksperimen pada setiap indikator di setiap pertemuannya mengalami peningkatan. Salah satu faktor penyebabnyaadalah motivasi yang selalu diberikan peneliti di setiap awal pertemuannya berupa pemberian reward bagi kelompok yang mengumpulkan skor terbanyak dan juga bagi siswa yang memiliki nilai posttest tertinggi. Sebagaimana Aqib (2013: 33) menyimpulkan bahwa model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen ini merupakan model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan keterampilan sosial siswa,

Dalam pelaksanaannya, indikator pertama mengalami peningkatan di setiap pertemuannya. Semakin lama siswa semakin terbiasa dalam menggunakan model pembelajaran ini sehingga tingkat kepatuhan mereka terhadap aturan yang berlaku semakin tinggi.Walaupun pada pertemuan di awal materi, beberapa siswa yang ingin menyampaikan pendapat tidak teratur dengan langsung berada di depan kelas sebelum ditentukan kelompok mana yang akan mempresentasikan jawabannya. Namun hal tersebut dapat ditanggulangi peneliti dengan mengulangi aturan dalam pembelajaran ini.

Indikator kedua juga mengalami peningkatan. Keterampilan berbicara siswa lebih terlihat pada indikator ini. Pertanyaan, jawaban, dan tanggapan siswa dalam kegiatan pembelajaran menjadi faktor utama dalam mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe time token ini. Hanya saja dalam pelaksanaannya, sebagian besar siswa baru mampu menggunakan “kartu bicara” nya dalam menyampaikan ide berupa jawaban dari soal-soal yang diberikan di Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibagikan.Walaupun begitu, terdapat siswa yang menyampaikan pertanyaan sehingga siswa lain tidak mampu menanggapinya. Sebagai contoh, pertanyaan yang disampaikan oleh Adella Indah Nurjanah

mengenai alasan mengapa 𝑎 + 𝑏 ± 2√𝑎𝑏 = √𝑎 ± √𝑏 . Untuk itu, peneliti selaku guru yang menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan pembuktian kepada semua siswa di papan tulis bahwa 𝑎 + 𝑏 ± 2√𝑎𝑏 = √𝑎 ± √𝑏 .

Pada indikator ketiga, setiap pertemuannya siswa terlihat semangat dan antusias dalam melaksanakan langkah-langkah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini terjadi karena model pembelajaran ini belum pernah digunakan sebelumnya. Selain itu, pembentukan kelompok membuat siswa semakin semangat dalam bertukar informasi yang mereka ketahui tentang materi yang sedang dipelajari.

Sama seperti indikator sebelumnya, persentase indikator keempat ini juga mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Namun banyak dari siswa belum secara mandiri dapat memperhatikan ketika teman lainnya menyampaikan presentasi atau pendapat. Siswa masih banyak terganggu konsentrasinya yaitu “mengobrol“ dengan teman kelompoknya. Oleh karena itu, jika hal tersebutterjadi, guru selalu meminta perhatian siswa untuk dapat memperhatikan ketika teman lainnya sedang menyampaikan pendapat atau presentasi.

Dan pada indikator terakhir, siswa dapat terlihat bertanggungjawab dalam kelompok pada setiap pertemuannya. Hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok berlangsung, siswa saling bertukar informasi mengenai materi yang dipelajari dan bertanya mengenai cara menyelesaikan soal yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS).

Sehingga berdasarkan diagram hasil observasi keaktifan belajar siswa ini disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe time token, kegiatan pembelajaran dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan, memacu keaktifan belajar siswa, melatih rasa percaya diri siswa dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri.

Sedangkan tes digunakan peneliti untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah diadakan treatment pada kelas kontrol dan eksperimen. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 30 Rincian Soal Tiap Item

Nomor Soal Pretest

Aspek Kognitif

Indikator Hasil Belajar

Posttest

Siswa dapat mengetahui

1 1 Pemahaman

contoh dan bukan contoh bentuk akar Siswa dapat menyelesaikan

2 2 Pemahaman

operasi aljabar pada bentuk akar Siswa dapat mengubah bentuk akar dengan bilangan

3 3 Penerapan

berpangkat pecahan, atau sebaliknya Siswa dapat merasionalkan

4 4 Pemahaman

bentuk akar

Dalam penelitian ini, hasil belajar menjadi variabel yang diperhatikan. Menurut Sudjana (2005:22), hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melalui pengalaman belajarnya. Kemampuan yang dimaksud adalah pemikiran, sikap, maupun keterampilan yang diperoleh siswa setelah diadakan proses pembelajaran. Penelitian ini mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Penjelasan lebih rinci mengenai soal-soal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hasil Pretest

a. Hasil Pretest Soal Ke-1

Diagram 2 Persentase Jawaban Pretest

Siswa Soal Nomor 1

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Soal uraian pretest nomor 1 ini mengukur aspek pemahaman pada ranah kognitif siswa, yaitu bukan hanya mengukur kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari siswa, tetapi juga kemampuan menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan bahan yang telah dipelajari bersama. Soal ini terdiri dari 4 anak soal uraian. Adapun bentuk soal pretest ini adalah:

Manakah yang merupakan bentuk akar dan bukan bentuk akar dari bentuk-bentuk bilangan berikut disertai alasannya!

d. 6 √64 Diagram diatas menunjukkan hasil siswa dalam menjawab

pertanyaan soal pretest nomor 1 dengan persentase sebesar 54% dan 52% masing-masing di kelas eksperimen dan kontrol sebagaimana terlampir pada lampiran 19. Hal ini berarti sebagian besar siswa telah mampu mempelajari pertanyaan soal pretest nomor 1 dengan persentase sebesar 54% dan 52% masing-masing di kelas eksperimen dan kontrol sebagaimana terlampir pada lampiran 19. Hal ini berarti sebagian besar siswa telah mampu mempelajari

Gambar 5

Jawaban Siswa Soal Pretest Nomor 1

b. Hasil Pretest Soal Ke-2

Diagram 3 Persentase Jawaban Pretest

Siswa Soal Nomor 2

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Soal uraian pretest nomor 2 ini juga mengukur aspek pemahaman pada ranah kognitif siswa, yaitu mengukur kemampuan siswa dalam menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan bahan yang telah dipelajari bersama. Soal ini juga terdiri dari 4 anak soal uraian. Adapun bentuk soal pretest ini adalah:

Selesaikan operasi bentuk akar berikut:

d. (5 + 2√3) (5 - 2√3)

Dari hasil yang diperoleh siswa, soal nomor 2 ini dapat dikerjakan dengan persentase sebesar 30% dan 37% masing-masing di kelas eksperimen dan kontrolsebagaimana terlampir pada lampiran 19. Sebagian besar siswa hanya mampu menjawab soal nomor 2a dan 2c karena, proses penjumlahan pada soal 2a telah ada pada bentuk akar senama yaitu bentuk akar yang mempunyai eksponen dan basis yang sama, sehingga berlaku sifat

𝑝 √𝑟 𝑛 + 𝑞 √𝑟 = 𝑝 + 𝑞 √𝑟 , sedangkan untuk soal 2c bentuk akar telah sejenis, yaitu bentuk akar yang mempunyai eksponen yang sama sehingga

berlaku sifat 𝑛 𝑎 √𝑏 𝑥 𝑐 √𝑑 = 𝑎𝑥𝑐 𝑏𝑥𝑑 .Adapun contoh jawaban

siswa pada soal pretest nomor 2 ini adalah seperti berikut:

Gambar 6 Jawaban Siswa Soal Pretest Nomor 2 Gambar 6 Jawaban Siswa Soal Pretest Nomor 2

Diagram 4

Persentase Jawaban Pretest

Siswa Soal Nomor 3

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Soal uraian pretest nomor 3 ini mengukur aspek penerapan atau aplikasi pada ranah kognitif siswa, yaitu mengukur kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata. Adapun bentuk soal pretest ini adalah:

Jika diketahui x = 16 dan y = 27, sederhanakan dan ubah ke dalam

bentuk akar kemudian tentukan nilai dari bentuk ( 2 ) 4

Dari hasil yang diperoleh siswa, soal nomor 3 ini hanya dapat dikerjakan dengan persentase sebesar 5% dan 0% masing-masing di kelas eksperimen dan kontrol sebagaimana terlampir pada lampiran 19. Hal ini berarti bahwa siswa belum mampu mengubah bentuk pangkat pecahan ke bentuk akar walaupun materi ini telah dipelajari pada pokok bahasan bentuk pangkat sebelumnya.

d. Hasil Pretest Soal Ke-4

Diagram 5 Persentase Jawaban Pretest

Siswa Soal Nomor 4

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Soal uraian pretest nomor 4 ini mengukur aspek pemahaman pada ranah kognitif siswa, yaitu bukan hanya mengukur kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari siswa, tetapi juga kemampuan menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan bahan yang telah dipelajari bersama. Soal ini terdiri dari 4 anak soal uraian. Adapun bentuk soal pretest ini adalah:

Sederhanakan bentuk-bentuk akar berikut ini dengan merasionalkan penyebut-penyebutnya!

a.

b.

c. 3+

d. 9 − 4√5

Dari hasil yang diperoleh siswa, soal nomor 4 ini hanya dapat dikerjakan dengan persentase sebesar 9% dan 5% masing-masing di kelas eksperimen dan kontrol sebagaimana terlampir pada lampiran 19. Hal ini berarti bahwa siswa belum mampu mempelajari secara mandiri cara merasionalkan dan menyederhanakan bentuk akar. Adapun contoh jawaban siswa pada soal pretest nomor 4 ini adalah seperti berikut:

Gambar 8 Jawaban Siswa Soal Pretest Nomor 4

2. Hasil Posttest

Soal-soal posttest ini memiliki kesamaan aspek pada ranah yang akan diukur dengan soal pretest sebelumnya. Jenis soal juga memiliki kesamaan namun angka-angka yang digunakan pada setiap soal dibedakan dengan soal pretest sebelumnya. Hal ini bertujuan agar siswa memperoleh variasi pengetahuan dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan bentuk akar. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai hasil posttest dijelaskan di bawah ini: Soal-soal posttest ini memiliki kesamaan aspek pada ranah yang akan diukur dengan soal pretest sebelumnya. Jenis soal juga memiliki kesamaan namun angka-angka yang digunakan pada setiap soal dibedakan dengan soal pretest sebelumnya. Hal ini bertujuan agar siswa memperoleh variasi pengetahuan dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan bentuk akar. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai hasil posttest dijelaskan di bawah ini:

Diagram 6 Persentase Jawaban Posttest

Siswa Soal Nomor 1

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Soal uraian posttest nomor 1 ini mengukur aspek pemahaman pada ranah kognitif siswa, yaitu mengukur kemampuan menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan bahan yang telah dipelajari bersama. Soal ini terdiri dari 4 anak soal uraian. Soal ini bertujuan untuk mengetahui konsep dasar bentuk akar yang dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Adapun bentuk soal posttest ini adalah:

Manakah yang merupakan bentuk akar dan bukan bentuk akar dari bentuk-bentuk bilangan berikut disertai alasannya! a. √200, b. 3 4√16 ,

c. √121, d. 4 √81 ,

Dari hasil yang diperoleh siswa, soal nomor 1 ini dapat dikerjakan di kelas eksperimen dengan rata-rata persentase sebesar 92%. Sedangkan di kelas kontrol, persentase rata-rata siswa yang mampu mengerjakan soal ini sebesar 88%sebagaimana terlampir pada lampiran 26. Hal ini berarti proses Dari hasil yang diperoleh siswa, soal nomor 1 ini dapat dikerjakan di kelas eksperimen dengan rata-rata persentase sebesar 92%. Sedangkan di kelas kontrol, persentase rata-rata siswa yang mampu mengerjakan soal ini sebesar 88%sebagaimana terlampir pada lampiran 26. Hal ini berarti proses

Gambar 9 Jawaban Siswa Soal Posttest Nomor 1

b. Hasil Posttest Soal Ke-2

Diagram 7 Persentase Jawaban Posttest

Siswa Soal Nomor 2

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Soal uraian posttest nomor 2 ini juga mengukur aspek pemahaman pada ranah kognitif siswa, yaitu mengukur kemampuan menangkap Soal uraian posttest nomor 2 ini juga mengukur aspek pemahaman pada ranah kognitif siswa, yaitu mengukur kemampuan menangkap

Selesaikan operasi bentuk akar berikut!

d. (3√2 + 8) (3√2 - 8)

Dari hasil yang diperoleh siswa, soal nomor 2 ini dapat dikerjakan di kelas eksperimen dengan rata-rata persentase sebesar 84%. Sedangkan di kelas kontrol, persentase rata-rata siswa yang mampu mengerjakan soal ini sebesar 86%sebagaimana terlampir pada lampiran 26. Hal ini berarti proses pembelajaran juga dapat dikatakan berhasil karena sebagian besar siswa telah mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan operasi aljabar pada bentuk akar. Kesulitan sebagian siswa yang belum tepat menyelesaikan soal ini adalah pada bagian menyederhanakan bentuk akar, seperti pada soal 2c. Selain itu proses mengalikan bentuk akar juga menjadi kendala bagi siswa, seperti pada soal 2d. Adapun contoh jawaban siswa pada soal posttest nomor 2 ini adalah seperti berikut:

Gambar 10 Jawaban Siswa Soal Posttest Nomor 2

c. Hasil Posttest Soal Ke-3

Diagram 8 Persentase Jawaban Posttest

Siswa Soal Nomor 3

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Soal uraian posttest nomor 3 ini mengukur aspek penerapan atau aplikasi pada ranah kognitif siswa, yaitu mengukur kemampuan siswa menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata. Soal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengubah bentuk pangkat pecahan ke dalam bentuk akar serta menyelesaikannya Soal uraian posttest nomor 3 ini mengukur aspek penerapan atau aplikasi pada ranah kognitif siswa, yaitu mengukur kemampuan siswa menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata. Soal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengubah bentuk pangkat pecahan ke dalam bentuk akar serta menyelesaikannya

Jika diketahui x = 16 dan y = 27, ubahlah bentuk di bawah ini ke

dalam bentuk akar kemudian tentukan nilai dari bentuk 4 𝑥 4 + 2 𝑦 3 Dari hasil yang diperoleh siswa, soal nomor 3 ini dapat dikerjakan di kelas eksperimen dengan rata-rata persentase sebesar 76%. Sedangkan di kelas kontrol, persentase rata-rata siswa yang mampu mengerjakan soal ini sebesar 62%sebagaimana terlampir pada lampiran 26. Hal ini berarti proses pembelajaran juga dapat dikatakan cukup berhasil karena sebagian besar siswa telah mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan mengubah bentuk pangkat pecahan ke dalam bentuk akar serta menyelesaikannya dengan operasi aljabar yang telah dipelajari. Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal ini adalah menentukan variabel mana yang harus diubah ke dalam bentuk akar. Hal ini berarti bahwa sebagian siswa yang belum mampu menyelesaikan soal ini dengan tepat dipengaruhi oleh faktor pemahaman mengenai proses mengubah bentuk pangkat pecahan ke bentuk akar. Adapun contoh jawaban siswa pada soal posttest nomor 3 ini adalah seperti berikut:

Gambar 11 Jawaban Siswa Soal Posttest Nomor 3

d. Hasil Posttest Soal Ke-4

Diagram 9 Persentase Jawaban Posttest

Siswa Soal Nomor 4

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Soal uraian posttest nomor 4 ini mengukur aspek pemahaman pada ranah kognitif siswa, yaitu bukan hanya mengukur kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari siswa, tetapi juga kemampuan menangkap pengertian, menerjemahkan, dan menafsirkan bahan yang telah dipelajari bersama. Soal ini terdiri dari 4 anak soal uraian. Adapun bentuk soal posttest ini adalah:

Sederhanakan bentuk-bentuk akar berikut ini dengan merasionalkan penyebut-penyebutnya!

a.

b.

c.

d. 7 − √24

Dari hasil yang diperoleh siswa, soal nomor 4 ini dapat dikerjakan di kelas eksperimen dengan rata-rata persentase sebesar 66%. Sedangkan di kelas kontrol, persentase rata-rata siswa yang mampu mengerjakan soal ini sebesar 59%sebagaimana terlampir pada lampiran 26. Hal ini berarti proses pembelajaran juga dapat dikatakan cukup berhasil karena sebagian besar siswa telah mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan merasionalkan bentuk. Kesulitan siswa dalam mengerjakan soal ini lebih kepada proses perhitungannya. Mereka mengetahui perkalian dengan akar senama yang digunakan untuk proses merasionalkan dan menyederhanakan bentuk soal tersebut, namun sebagian besar siswa kurang memahami proses perhitungan aljabarnya.Adapun contoh jawaban siswa pada soal posttest nomor 4 ini adalah seperti berikut:

Gambar 12 Jawaban Siswa Soal Posttest Nomor 4

Setelah melaksanakan pembelajaran pada materi bentuk akar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token, terdapat peningkatan skor pretest ke posttest. Nilai rata-rata pretest ke posttest kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 49,432, (71,7045 – 22,2727). Data pretest kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 3 dan tertinggi sebesar

60. Sedangkan data posttest kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 38 dan nilai tertinggi 98.

Sedangkan peningkatan nilai rata-rata pretest ke posttest pada kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Peningkatan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 56,8813, (79,167 – 22,2857). Data pretest kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 2 dan nilai tertinggi adalah 63. Sedangkan data posttest kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 47 dan nilai tertinggi 97. Hasil penelitian pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa tidak terdapat siswa yang mengalami penurunan nilai dari pretest ke posttest pada materi bentuk akar. Begitu pula dengan hasil penelitian pada kelas kontrol yang menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mengalami penurunan nilai dari pretest ke posttest.

Untuk mengukur secara tepat ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token, peneliti menggunakan indeks gain. Berikut adalah daftar perhitungan distribusi frekuensi nilai indeks gain kelas kontrol dan eksperimen:

Diagram 10 Distribusi Frekuensi Indeks Gain Siswa

10 g. 18 Eksperimen

h.

0 0 Sangat Baik

i. Cukup

Sedang

Perbedaan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terjadi pada selisih (gain) peningkatan nilai pretest dan posttest yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk akar. Berdasarkan diagram diatas sesuai dengan kategori indeks gain yang tercantum pada metodologi, kategori sangat baik pada siswa kelas kontrol terjadi pada 17 siswa atau sekitar 38,6% dari jumlah siswa, sedangkan pada kelas eksperimen 24 siswa atau sekitar 57,1% siswa yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Persentase ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan pada proses pembelajaran dengan kategori sangat baik lebih tinggi dibandingkan siswa di Perbedaan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terjadi pada selisih (gain) peningkatan nilai pretest dan posttest yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk akar. Berdasarkan diagram diatas sesuai dengan kategori indeks gain yang tercantum pada metodologi, kategori sangat baik pada siswa kelas kontrol terjadi pada 17 siswa atau sekitar 38,6% dari jumlah siswa, sedangkan pada kelas eksperimen 24 siswa atau sekitar 57,1% siswa yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Persentase ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan pada proses pembelajaran dengan kategori sangat baik lebih tinggi dibandingkan siswa di

Hasil analisis uji hipotesis data pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh besarnya t hitung adalah 0,004 dengan dk 84. Nilai t hitung tersebut dikonsultasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikansi 5 % dengan dk84yaitu 1,6632.Sehingga dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel

(t hitung < t tabel ). Berdasarkan hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki tingkat kemampuan awal yang sama atau setara.

Hasil analisis uji-t data posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh besarnya t hitung adalah sebesar 2,9631 dengan dk 84. Nilai t hitung tersebut dikonsultasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk 84 yaitu 1,6632. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token.

Sedangkan hasil analisis uji-t data indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh besarnya t hitung 2,636 dengan dk 84. Nilai t hitung tersebut dikonsultasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikansi 5 % dengan dk 84 yaitu 1,6632. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Peningkatan yang terjadi pada hasil belajar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat menjadi salah satu alternatif dalam proses pembelajaran. Menurut Yuanita (2010), kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe time token diciptakan dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep atau menyelesaikan persoalan.

Hasil peningkatan dan penurunan perolehan hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terjadi karena adanya beberapa permasalahan antara lain: 1) terdapat siswa yang mengabaikan soal pretest dan posttest karena dianggap tidak penting, 2) terdapat beberapa siswa yang gaduh sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain, 3) terdapat siswa yang mengalami kesulitan memahami materi dan soal, 4) terdapat siswa yang mulai bosan dengan kegiatan pembelajaran.

Penggunaan “kartu bicara” dalam proses pembelajaran menjadi motivasi bagi siswa untuk melatih keaktifan dan keterampilan berbicara mereka, baik dalam menyampaikan pendapat maupun ketika mengajukan pertanyaan. “Kartu bicara” yang dibagikan sebanyak 2 kartu pada masing-masing siswa membuat Penggunaan “kartu bicara” dalam proses pembelajaran menjadi motivasi bagi siswa untuk melatih keaktifan dan keterampilan berbicara mereka, baik dalam menyampaikan pendapat maupun ketika mengajukan pertanyaan. “Kartu bicara” yang dibagikan sebanyak 2 kartu pada masing-masing siswa membuat

Dalam pelaksanaannya, setiap siswa diberikan 2 “kartu bicara” selama proses pembelajaran bentuk akar. Hal ini dilakukan karena jumlah siswa yang terlalu banyak jika harus berbicara di setiap pertemuan. Ini menjadi kendala utama dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Selain itu, kendala yang terjadi lainnya adalah terdapat keterbatasan bagi siswa yang aktif dalam menyampaikan pendapat maupun mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, siswa tersebut diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kepada anggota kelompoknya atau jika dalam satu kelompok tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi, anggota kelompok tersebut yang masih memiliki

“kartu bicara” diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat maupun mengajukan pertanyaan yang diajukan oleh anggotanya kepada guru.

Pada umumnya semakin banyak model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran akan meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam keaktifan berbicara dikarenakan siswa lebih merasa senang dan tertarik menggunakan model pembelajaran yang berbeda dan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Hal ini dapat diketahui dari perbedaan hasil belajar yang diperoleh siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN