PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BENTUK AKAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI MANEGERI 2 PALEMBANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BENTUK AKAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI MANEGERI 2 PALEMBANG SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh MAFTUKHAH PRIHASTINI NIM 10221021

Program Studi Pendidikan Matematika FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2015

HALAMAN PERSETUJUAN

Hal : Persetujuan Pembimbing

Kepada Yth.

Lamp : - Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Raden Fatah Palembang

Assalamu’alaykum Wr. Wb. Setelah melalui proses bimbingan, arahan, dan koreksian, baik dari segi isi maupun teknik penulisan terhadap skripsi saudari : Nama

: Maftukhah Prihastini NIM

: 10221021 Program

: S1 Pendidikan Matematika Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Bentuk Akar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X di MA Negeri 2 Palembang

Maka, kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudari tersebut dapat diajukan dalam Sidang Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang. Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaykum Wr. Wb.

Palembang, Januari 2015 Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Rohmalina Wahab, M.Pd.I Agustiany Dumeva Putri, M.Si NIP. 19531215 198203 2 003

NIP. 19720812 200501 2 005

Skripsi Berjudul :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BENTUK AKAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI MANEGERI 2 PALEMBANG

yang ditulis oleh saudara MAFTUKHAH PRIHASTINI, NIM. 10221021 telah dimunaqasyahkan dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal 27 Januari 2015

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Palembang, 27 Januari 2015 Universitas Islam Negeri Raden Fatah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Sekretaris

Hj. Agustiany Dumeva Putri, M.Si Gusmelia Testiana, M.Kom NIP. 19720812 200501 2 005

NIP. 19750801 200912 2 001

PengujiUtama

: Amilda, MA

NIP. 19770715 200604 2 003

Anggota Penguji : M. Win Afgani, M.Pd ( ) NIP. 19821210 200912 1 002

Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Kasinyo Harto, M.Ag NIP. 19710911 199703 1 004

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :  Bapak (Pamuji) dan Ibu (Suntini) tercinta, terima kasih atas segenap

ketulusan cinta dan kasih sayangnya selama ini serta d o’a, perjuangan, pengorbanan, dan motivasi yang tak pernah henti.

 Adik-Adikku (Jiwo Nugroho dan Muhammad Ramadhan) tersayang yang selalu mewarnai perjuanganku menggapai mimpi.  Kedua dosen pembimbingku,Ibu Dra. Rohmalina Wahab, M. Pd.I dan Ibu Agustiani Dumeva Putri, M. Si, terima kasih atas kesabaran dan motivasi serta waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan memberikan banyak saran dalam penyusunan skripsi ini.

 Dosen-Dosen Prodi Pendidikan Matematika yang dengan tulus memberikan ilmu dan perhatiannya untuk mendidik kami. Ma’af untuk semua tingkah laku yang menyakiti kalian.

 Sahabat-sahabat terbaikku (Tika Damayanti, Ovilianti, Veni Oktasari, Herla, dll) yang tak pernah meninggalkanku dalam suka dan duka, yang selalu memberikan semangat, dukungan dan do’a. Bersama kalian aku belajar memaknai hidup

 Saudara-Saudariku di Rayon I/II Burai, kalian adalah motivator hebat dalam perjuangan ini.  Teman-teman se-angkatan dan almamaterku

MOTTO

“Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian

akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”. (Q.S. An-Najm/53: 39-41)

“Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tetapi bergeraklah! maka kamu akan termotivas i“

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Maftukhah Prihastini

Tempat dan Tanggal Lahir : Tanjung Batu, 13 April 1992 Program Studi

: Pendidikan Matematika

NIM

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi, interpretasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan.

2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di UIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini.

Palembang, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,

MaftukhahPrihastini NIM. 10221021

ABSTRACT

This research was motivationbecause the using of models oflearning was less varied inMANegeri2Palembangso thatmost of the students learning outcomesin mathematicsdid not reach theminimum completeness criteriathathas been established, especiallyin radical. After theobservation, there were thedominanceof studentswithhighcategoryinexpressionwhenlearning takes placeso thatmost of theother studentswere notmotivationto be activein the learning process. Therefore, the researchers took thetitle"The Application of Cooperative Learning ModelofTimeToken Types in Mathematics Learningonthe Subject of RadicaltoImproveStudent Learning OutcomesClass Xin MANegeri2Palembang" in order to determinethe application ofcooperative learning model of timetoken type, knowinglivelinessstudent learningafter application ofcooperative learning model of timetoken type, andtoknow theimprovement ofstudent learning outcomesusingcooperative

timetoken type inmathematicslearningon the subject of radical. This research wasa field researchwithtrueexperimental designtechniqueskind ofpretest-posttest control group design. Byusingthe method of observationandtest, researcherscollecting datawithquantitativedata analysis techniques. Based on the analysis ofthe data knownthatthe application ofcooperative learning model of timetoken type canimprove student learning outcomes. It was evidence bythe percentage of completenessstudentlearning

students inthe controlandexperimentalclasswas68.18% and88.09%. Itmeantthatthe application ofthis modelcanimprove student learning outcomesasbased onthe results oft-test analysisofthe datais known thatthe index gain t count >t table , at the5% significance level is 2.636 >

Keywords: Mathematics, Radical, Cooperative Learning ModelofTimeToken Type, Learning Outcomes

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi karena kurang bervariasinya penggunaan model pembelajaran di MA Negeri 2 Palembang sehingga hasil belajar pada mata pelajaran matematika sebagian besar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, khususnya pada materi bentuk akar. Setelah dilakukan observasi, diketahui juga bahwa penyebab rendahnya hasil belajar karena adanya dominasi siswa dengan kemampuan tinggi dalam menyampaikan pendapat ketika pembelajaran berlangsung sehingga sebagian besar siswa lainnya tidak termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena i tu, peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Bentuk Akar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X di MA Negeri 2 Palembang” dengan tujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token, mengetahui keaktifan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar. Jenis penelitian ini adalah field research denganteknik true experimental design jenis pretest-posttest control group design. Dengan menggunakan metode observasi dan tes, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik analisis data kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan persentase ketuntasan hasil belajar yang diperoleh siswa pada kelas kontrol dan eksperimen adalah 68,18% dan 88,09%. Hal ini juga berarti bahwa penerapan model inidapat meningkatkan hasil belajar siswakarena berdasarkan hasil analisis uji-t dari data indeks gain diketahui bahwa t hitung > t tabel , pada taraf signifikansi 5% yaitu 2,636 >1,6632.

Kata Kunci: Matematika, Bentuk Akar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Time Token, Hasil Belajar

KATA PENGANTAR ميح رلا نمحرلا الله مسب

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji dan rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di MA Negeri 2 Palembang.” Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan ajaran, tuntutan dan tauladan yang sempurna kepada umatnya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Aflatun Muchtar, M.A selaku Rektor UIN Raden Fatah Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Rohmalina Wahab, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Agustiani Dumeva Putri, M. Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

5. Bapak Drs.Tugino, M.Pd.I selaku Kepala Sekolah MA Negeri 2Palembang beserta staf yang telah mengizinkan dan membantu saya untuk meneliti.

6. Bapak Drs. Amri M, Ibu Masnah, S.Pd, dan Ibu Sri Pujiningsih, S.Pd selaku guru matematika di MA Negeri 2 Palembang yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7. Kedua orang tua (Pamuji dan Suntini) yang selalu memberikan semangat, mendoakan dan berkorban baik material maupun moral demi keberhasilanku.

8. Kedua saudara yang kusayangi (Jiwo Nugroho dan Muhammad Ramadhan) yang selalu memberikan motivasi dan mengharapkan keberhasilanku.

9. Teman-teman seperjuanganku (Angkatan 2010) terkhusus Matematika 2010, kalian adalah inspirasi terindah dalam hidupku.

10. Teman-teman seperjuangan KKN-63 dan PPLK II, semoga tetap semangat dan semoga perjuangan kita dalam menimba ilmu dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Akhirnya kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dapat bermanfaat dan menjadi amal shaleh di sisi-Nya. Aamiin.

Palembang, Januari 2015 Penulis

Maftukhah Prihastini NIM. 10221021

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam al- Qur’an dan al-Hadits, banyak perintah yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya kepada manusia untuk senantiasa menuntut ilmu, berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat, maupun mendengar. Salah satu hadits yang berisi tentang kewajiban menuntut ilmu adalah:

Artinya: “Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat.” (HR. Muslim)

Artinya: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga .” (HR. Muslim) Hadits-hadits ini menggambarkan bahwa Islam mewajibkan pemeluknya untuk menjadi manusia yang berilmu dan berpengetahuan sehingga dapat bermanfaat dan berguna dalam hal-hal yang berkaitan dengan dunia dan akhirat. Selain itu agar umat muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu dan zaman, salah satunya adalah tuntutan globalisasi.

Globalisasi adalah suatu fenomena yang muncul di seluruh Negara, termasuk Negara Indonesia. Kemunculannya ini mempengaruhi semua aspek kehidupan, baik di masyarakat, bangsa, maupun Negara. Tuntutan demi tuntutan Globalisasi adalah suatu fenomena yang muncul di seluruh Negara, termasuk Negara Indonesia. Kemunculannya ini mempengaruhi semua aspek kehidupan, baik di masyarakat, bangsa, maupun Negara. Tuntutan demi tuntutan

Proses pembimbingan yang dilakukan inilah disebut sebagai proses pembelajaran bidang pendidikan. Pendidikan merupakan bagian sentral dalam memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut karena dapat membentuk kepribadian dan kualitas masyarakat yang diperlukan sesuai dengan zaman. Pendidikan ini menyediakan ilmu pengetahuan yang menuntut manusia untuk selalu berpikir dan berusaha dalam menguasai dan mengembangkan pemikiran. Dalam suatu hadits dinyatakan:

Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat) maka dengan ilmu.” (HR. Turmudzi)

Hadits ini menjelaskan betapa pentingnya pendidikan, dengan tujuan untuk memperoleh dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dengan baik. Dengan ilmu pengetahuan, setiap individu dapat memperoleh kesuksesan yang diharapkan, baik dunia maupun akhirat. Untuk itulah, manusia sangat dituntut Hadits ini menjelaskan betapa pentingnya pendidikan, dengan tujuan untuk memperoleh dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dengan baik. Dengan ilmu pengetahuan, setiap individu dapat memperoleh kesuksesan yang diharapkan, baik dunia maupun akhirat. Untuk itulah, manusia sangat dituntut

Secara luas, pendidikan adalah hidup. Segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu juga didefinisikan sebagai pendidikan (Mudyahardjo, 2010:3).Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas berdasarkan kepribadian yang baik dan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, hal ini dapat terjadi jika semua komponen pendidikan dapat terlaksana dengan maksimal. Adapun yang menjadi bagian dari pendidikan yang dapat meningkatkan mutu dari pendidikan itu sendiri adalah lembaga sekolah, pendidik (guru), peserta didik, dan evaluasi.

Selain keempat faktor tersebut, terdapat faktor lain yang juga sangat mempengaruhi kualitas peserta didik dan mutu pendidikan diantaranya pendidik Selain keempat faktor tersebut, terdapat faktor lain yang juga sangat mempengaruhi kualitas peserta didik dan mutu pendidikan diantaranya pendidik

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Guza, 2008:3).

Artinya di dalam proses belajar mengajar harus terjadi proses interaksi dan kerja sama antara pendidik dengan peserta didik sehingga proses pembelajaran pun dapat berlangsung dengan maksimal. Proses interaksi tersebut dapat terjadi jika pendidik mampu memberikan pembaharuan informasi kepada peserta didik dengan cara yang sesuai sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar, karena pada hakikatnya teaching’s teach the students for learn , mengajar adalah mengajarkan peserta didik untuk belajar.

Adapun komponen yang dibutuhkan dalam proses belajar-mengajar adalah; tujuan instruksional yang hendak dicapai, materi pelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi (Usman, 2010:5).

Dari komponen diatas yang saat ini sering diabaikan oleh sebagian besar pendidik adalah metode pembelajaran. Padahal metode pembelajaran sangat diperlukan oleh pendidik untuk mengaktifkan proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik. Seorang pendidik harus dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar yang membuat siswa termotivasi untuk melakukan pembelajaran, artinya pendidik tersebut harus menguasai bagaimana cara mengelola kelas Dari komponen diatas yang saat ini sering diabaikan oleh sebagian besar pendidik adalah metode pembelajaran. Padahal metode pembelajaran sangat diperlukan oleh pendidik untuk mengaktifkan proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik. Seorang pendidik harus dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar yang membuat siswa termotivasi untuk melakukan pembelajaran, artinya pendidik tersebut harus menguasai bagaimana cara mengelola kelas

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran (Sani, 2013: 89)

Dalam proses pembelajaran matematika, model yang digunakan mempunyai jenis yang bervariasi dan semua model mempunyai karakteristik tersendiri. Oleh sebab itu, seorang pendidik harus mengetahui dengan jelas kelebihan dan kelemahan dari suatu model yang yang akan digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan karakteristik materi dan peserta didiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Pengetahuan matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang pesat perkembangannya. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berperan dalam kehidupan sehari- hari. Melalui pendidikan matematika yang baik, siswa dimungkinkan memperoleh berbagai macam bekal dalam menghadapi tantangan di era globalisasi saat ini. Kemampuan berpikir kritis, logis, cermat, sistematis, kreatif dan inovatif merupakan

yang dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan matematika yang baik (Heruman, 2003: 3).

beberapa

kemampuan

Dari hasil pengamatan selama Praktek Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK) II dan wawancara yang telah dilakukan kepada guru matematika di MA Negeri 2 Palembang sebagaimana terlampir pada lampiran 7,

Sabtu, 12 Oktober 2013, diketahui bahwaproses pembelajaran matematika yang dilakukan pada semua tingkatan kelas masih berpusat pada guru. Ketika guru menjelaskan, siswa hanya mendengarkan. Siswa menjadi lebih pasif karena tidak diberikan umpan balik dalam menggali konsep pembelajaran. Siswa terkesan hanya menerima pengetahuan tanpa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari.Selain itu, dominasi siswa dalam menyampaikan pendapat maupun mengajukan pertanyaan, menjadi kendala dalam menghidupkan semangat siswa untuk turut serta aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi pengaruh dari masalah yang ada. Banyak siswa yang tidak memahami bagaimana cara penyelesaian soal yang diberikan karena tidak memahami konsep dengan baik.

Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan peserta didik dan memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosialnya berupa keterampilan dalam berbicara, baik itu dalam kelompok maupun di depan kelas. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam mempelajari matematika tidak cukup dengan hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar.

Isjoni (2010:2) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa

untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.Model pembelajaran kooperatif ini tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan pada proses berpikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil, sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan peserta didik akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa peneliti terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama peserta didik dalam meningkatkan prestasi.

Pada model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai tipe diantaranya Time Token . Time Token adalah salah satu tipe pada model pembelajaran kooperatif yang menuntut semua siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Setiap siswa secara merata diberikan beberapa karcis bicara untuk bertanya, menjawab, atau menanggapi berbagai persoalan yang muncul dalam pembelajaran dengan skor yang berbeda-beda sesuai dengan perjanjian awal. Sebagaimana Pinahayu, dkk (2012) mengutip rumusan Richard I. Arends bahwa, ketika guru memiliki kelompok-kelompok cooperative learning dengan beberapa orang mendominasi pembicaraan dan beberapa orang pemalu serta tidak pernah Pada model pembelajaran kooperatif terdapat berbagai tipe diantaranya Time Token . Time Token adalah salah satu tipe pada model pembelajaran kooperatif yang menuntut semua siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Setiap siswa secara merata diberikan beberapa karcis bicara untuk bertanya, menjawab, atau menanggapi berbagai persoalan yang muncul dalam pembelajaran dengan skor yang berbeda-beda sesuai dengan perjanjian awal. Sebagaimana Pinahayu, dkk (2012) mengutip rumusan Richard I. Arends bahwa, ketika guru memiliki kelompok-kelompok cooperative learning dengan beberapa orang mendominasi pembicaraan dan beberapa orang pemalu serta tidak pernah

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian de ngan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Time Token dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Bentuk Akar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X di

MANegeri 2 Palembang”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keaktifan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar kelas X di MANegeri 2 Palembang?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di MANegeri 2 Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keaktifan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar kelas X di MANegeri 2 Palembang.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di kelas X setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bentuk akar di MANegeri 2 Palembang.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti, untuk mengetahui hasil belajar matematika pada pokok bahasan bentuk akar setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token pada siswa kelas X MANegeri 2 Palembang;

b. Bagi guru, penelitian ini sebagai salah satu cara untuk mengetahui apakah penerapan model kooperatif tipe time token ini mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di MANegeri 2 Palembang serta sebagai referensi model pembelajaran dalam pelaksanaan proses belajar matematika;

c. Bagi siswa, penelitian penerapan metode timetoken ini dapat melatih keterampilan sosialnya berupa keterampilan berbicara ketika mengemukakan pendapat dan meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Di dalam pembelajaran, al- Qur’an telah mengatur pola interaksi belajar mengajar yang harus dilakukan guru dalam penyampaian pembelajaran di dalam kelas.Sebagaimana yang digambarkan dalam firman Allah SWT. yang juga berkaitan dengan dakwah Rasulullah SAW. di zamannya yaitu Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S An-Nahl, 16: 125)

Ayat ini menjelaskan bahwa pemilihan model pembelajaran menjadi peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Model pembelajaran dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang menjadi sasaran dalam pencapaian pendidikan yang ditempuh.Guru dituntut untuk memiliki dua modal dasar dalam mengelola kegiatan belajar mengajar yaitu mendesign pembelajaran dan mengkomunikasikan pembelajaran terhadap siswa. Guru juga harus mampu memilih dan menyeleksi model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi yang akan diajarkan dengan tujuan memaksimalkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung.

1. PengertianModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme yang di dalamnya mengkondisikan Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme yang di dalamnya mengkondisikan

Model pembelajaran kooperatif saat ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Slavin yang dikutip oleh Sanjaya (2012:242), hal ini dikarenakan;

Pertama , beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Model yang dibahas di dalam penelitian ini yaitu mengenai model pembelajaran kooperatif tipe time token yang merupakan bagian dari pembelajaran cooperative learning . Pembelajaran cooperative learning merupakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang siswanya belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin.Model pembelajaran kooperatif tipe time token Arends ini adalah salah satu model yang cocok untuk menumbuhkan semangat, meningkatkan keterampilan sosial dan menghindari siswa yang lebih mendominasi pembicaraan atau siswa yang diam sama sekali (Valentina, dkk, 2012).

Time Token merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif, yaitu suatu model pembelajaran yang setiap siswa diberi kupon bicara, dalam arti bicara yang sesuai dengan materi yang dibahas. Setelah berbicara, baik berpendapat atau presentasi di depan kelas maka siswa tersebut menyerahkan kuponnya. Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi.

Time token berasal dari kata ”time” yaitu waktu dan “token” yaitu tanda. Menurut Arends yang dikutip oleh Aziz (2009), time token adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan berpartisipasi agar menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Menurut Darmawati, dkk (2011), Time Token dapat membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap siswa dan dalam proses pembelajarannya selain siswa berdiskusi sesamanya, siswa juga mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelompok. Sedangkan menurut Aqib (2013:33) model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

Dalam penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif time token ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Pendidik menyiapkan beberapa komponen yang dibutuhkan diantaranya: token atau simbol praktis dan atraktif untuk memicu tumbuhnya motivasi belajar. Yang dapat digunakan sebagai simbol penghargaan seperti stiker, guntingan kertas, simbol bintang, atau uang mainan. Token tidak selalu dalam bentuk yang berharga, namun setelah Dalam penyelenggaraan model pembelajaran kooperatif time token ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Pendidik menyiapkan beberapa komponen yang dibutuhkan diantaranya: token atau simbol praktis dan atraktif untuk memicu tumbuhnya motivasi belajar. Yang dapat digunakan sebagai simbol penghargaan seperti stiker, guntingan kertas, simbol bintang, atau uang mainan. Token tidak selalu dalam bentuk yang berharga, namun setelah

Jadi secara garis besar, model pembelajaran kooperatif tipe time token ini adalah salah satu model pembelajaran yang menuntut siswa berinteraksi dalam sebuah kelompok, namun dengan tidak menyampingkan tugas individu untuk memahami pembelajaran yang sedang berlangsung. Atau dengan kata lain, model ini menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran tanpa ada yang mendominasi di dalam kelas, sehingga semua siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan dan mengevaluasi pemahaman yang diperoleh dari proses interaksinya. Model time token ini membebaskan semua siswa untuk berpendapat, bertanya, maupun menanggapi materi yang sedang dipelajari dengan waktu dan kartu bicara yang terbatas yaitu ± 30 detik setiap kartunya dan menggunakan sebuah simbol sebagai proses memotivasi siswa ketika mereka menjawab atau menanggapi sebuah masalah dengan benar, sehingga nantinya simbol tersebut dapat ditukarkan dengan reward yang telah disediakan oleh guru.

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Adapun langkah-langkah dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token menurut Suprijono (2013: 133) adalah sebagai berikut:

1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (Cooperative Learning/ CL);

2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu dan keadaan;

3. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap berbicara satu kupon;

4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Sedangkan siswa yang masih memegang kupon harus sampai kuponnya habis, dan seterusnya.

Sedangkan menurut Indah (2013), langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe time token adalah:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD;

2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal;

3. Guru memberi tugas kepada siswa;

4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa;

5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua siswa berbicara.

6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa.

Langkah-langkah pembelajaran ini menjadi dasar peneliti untuk melaksanakan penelitian dengan menyimpulkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe time token diatas dengan rinician:

1. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi dengan membagi siswa dalam suatu kelompok heterogen berdasarkan nilai pretest yang akan dilakukan dan jenis kelamin, yang terdiri dari 6-7 orang setiap kelompok;

2 “kartu bicara“ dengan waktu 30 detik pada masing- masing siswa;

2. Guru membagikan

3. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa sebagai bahan diskusi kelompok;

4. Guru mengkondisikan untuk melaksanakan diskusi kelas. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua siswa berbicara.

5. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Noviani (2013: 50) menyatakan beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe time token ini. Adapun kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe time token adalah:

a. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya

b. Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali

c. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran

d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya

f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik

g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain

i. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran. Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif tipe time token ini adalah:

a. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja

b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak

c. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu per satu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya

d. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.

Kekurangan-kekurangan ini dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut:

a. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memilih materi yang menuntut siswa untuk memahami konsep. Oleh karena itu, peneliti memilih materi bentuk akar.

b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak. Hal ini dapat ditanggulangi dengan penggunaan kartu bicara oleh setiap siswa selama materi bentuk akar selesai bukan setiap pertemuan, karena model ini menuntut semua siswa berbicara dan berpartisipasi. Jika siswa yang telah habis kartunya membutuhkan waktu untuk bertanya, maka dapat didiskusikan dengan anggota kelompoknya b. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak. Hal ini dapat ditanggulangi dengan penggunaan kartu bicara oleh setiap siswa selama materi bentuk akar selesai bukan setiap pertemuan, karena model ini menuntut semua siswa berbicara dan berpartisipasi. Jika siswa yang telah habis kartunya membutuhkan waktu untuk bertanya, maka dapat didiskusikan dengan anggota kelompoknya

d. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat ditanggulangi dengan diskusi kelompok. Permasalahan yang muncul dan tidak dapat dipecahkan oleh kelompok maka perwakilan kelompok yang belum menggunakan kartu bicaranya dapat bertanya pada guru.

4. Cara Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran diatas, cara pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe time tokendalam penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 siswa;

b. Guru membagikan 2 “kartu bicara“ pada masing-masing siswa pada setiap pertemuannya;

c. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada masing-masing kelompok;

d. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok dengan menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada LKS; d. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok dengan menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada LKS;

30 detik, diberi kesempatan untuk menunjuk kelompok yang belum maju. Begitu seterusnya hingga semua pertanyaan di jawab dengan benar dan tepat.

f. Selama proses diskusi kelas, guru berperan sebagai fasilitator dengan menambahkan penjelasan materi dari siswa yang telah menyelesaikan soal- soal kepada siswa lainnya.

g. Pada saat diskusi kelas berlangsung, siswa yang ingin bertanya, menjawab, dan menanggapi jawaban harus menggunakan “kartu bicara”nya.

B. Model Pembelajaran Konvensional

1. Pengertian Model Pembelajaran Konvensional

Salah satu model pembelajaran yang sejak dahulu hingga sekarang sering dipakai oleh sebagian besar pendidik adalah model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran yang sering disebut sebagai model pembelajaran tradisional atau juga metode ceramah ini menjadi awal mula terjadinya proses pembelajaran. Sejak zaman Rasulullah SAW. Model pembelajaraninitelahdigunakan, sebagaimanafirman Allah SWT.,

Artinya: “Merekaitu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka .” (Q.S An-Nisa: 63)

Dalamayatini, Allah mengungkapkanprinsip komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat diperoleh bila memperhatikan; pertama, bila dalam pembelajaran pembicara menyesuaikan dengan sifat khalayak. Artinya penyampaian pembelajaran disesuaikan dengan “bahasa”

masyarakat yang akan menerima pembelajaran. Dan yang kedua agar komunikasi dalam proses pembelajaran dapat diterima peserta didik manakala komunikator menyentuh otak atau akal juga hatinya sekaligus. Bahkan pada zaman Rasulullah SAW. tidak jarang di sela khotbahnya,Nabi berhenti untuk bertanya atau memberi kesempatan yang hadir untuk bertanya sehingga terjadilah dialog. Khutbah Nabi pendek tetapi padat penuh makna sehingga menyentuh dalam setiap sanubari pendengarnya. Dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran berkaitan erat dengan cara mengajarkannya. Model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari dan karakteristik siswa sehingga dapat memberikan kesan bagi siswa dalam menerima ilmu pengetahuan.

Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa “konvensional adalah tradisional”, selanjutnya tradisional diartikan sebagai “sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun”. Oleh karena itu, model konvensional dapat juga disebut sebagai model tradisional. Menurut Djamarah dalam Francisko (2013), model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa “konvensional adalah tradisional”, selanjutnya tradisional diartikan sebagai “sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun”. Oleh karena itu, model konvensional dapat juga disebut sebagai model tradisional. Menurut Djamarah dalam Francisko (2013), model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model konvensional adalah suatu model pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya dilakukan dengan cara tradisional yang telah lama dilakukan oleh guru, yaitu dalam

penyampaian pelajaran guru masih mengandalkan ceramah. Dalam model konvensional, guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada peserta didik. Sementara peserta didik mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok- pokok penting yang dikemukakan pengajar sehingga pada pembelajaran ini kegiatan proses belajar mengajar didominasi oleh guru. Hal ini mengakibatkan peserta bersifat pasif, karena peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, akibatnya peserta didik mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada guru. Bahan pembelajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya, karena yang menjadi tulang punggung kegiatan instruksional di sini adalah guru.

Pembelajaran dengan pendekatan konvensional menempatkan guru sebagai sumber tunggal (Subaryana, 2005:9). Guru menyajikan isi pelajaran dengan urutan model, media dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi Pembelajaran dengan pendekatan konvensional menempatkan guru sebagai sumber tunggal (Subaryana, 2005:9). Guru menyajikan isi pelajaran dengan urutan model, media dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konvensional

Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional menurut Subaryana (2005: 10) yaitu sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan; Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut.

b. Menyajikan informasi; Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap demi tahap dengan metode ceramah.

c. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; Guru mengecek keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.

d. Memberikan kesempatan latihan lanjutan; Guru memberikan tugas tambahan untuk dikerjakan di rumah.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Konvensional

Pada pembelajaran konvensional tanggung jawab pengajar dalam mengajar peserta didiknya cukup besar, serta peranan pengajar dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Menurut Subaryana (2005:9) bahwa pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan efisien tetapi hasilnya belum memuaskan. Adapun kelebihan pada model pembelajaran konvensional ini adalah sebagai berikut :

a. Efisien;

b. Tidak mahal, karena hanya menggunakan sedikit media atau bahan ajar;

c. Mudah disesuaikan dengan keadaan peserta didik Sedangkan kekurangan model pembelajaran konvensional ini adalah:

a. Kurang memperhatikan bakat dan minat peserta didik;

b. Berpusat pada guru;

c. Sulit digunakan dalam kelompok yang heterogen.

d. Gaya mengajar yang sering berubah-ubah atau perbedaan gaya mengajar dari pengajar yang satu dengan yang lain dapat membuat kegiatan instruksional tidak konsisten.

Sedangkan kelebihan model konvensional menurut (Purwoto, 2003:67) adalah sebagai berikut:

a. Dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk mendengarkan;

b. Bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan lebih urut; b. Bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan lebih urut;

d. Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik;

e. Kekurangan buku dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pengajaran dengan model ini.

Kelemahan yang terdapat pada model pembelajaran konvensional ini menurut (Purwoto, 2003:67) adalah:

a. Proses pembelajaran berjalan membosankan dan peserta didik menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan.

b. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

c. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan.

d. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar menghafal yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian

C. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika adalah salah satu pembelajaran yang dibutuhkan pada setiap kegiatan dalam kehidupan, mulai dari menghitung banyaknya benda, harga barang dalam jual beli, hingga pada hal yang sulit seperti menentukan arah kiblat dalam suatu wilayah. Jauh sebelum manusia mulai menemukan rumus-rumus dalam Matematika adalah salah satu pembelajaran yang dibutuhkan pada setiap kegiatan dalam kehidupan, mulai dari menghitung banyaknya benda, harga barang dalam jual beli, hingga pada hal yang sulit seperti menentukan arah kiblat dalam suatu wilayah. Jauh sebelum manusia mulai menemukan rumus-rumus dalam

ukuran.”(Q.S Al-Qamar, 54:49)

Artinya: “Supaya Dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. ”(Q.S Al-Jin, 72: 28)

Ayat-ayat Al- Qur’an ini menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan secara matematis. Semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan- hitungannya, ada rumusnya, atau ada persamaannya. Pada masa mutakhir ini, pemodelan-pemodelan matematika yang dilakukan manusia sebenarnya bukan membuat sesuatu yang baru. Pada hakikatnya, mereka hanya mencari persamaan- persamaan atau rumus-rumus yang berlaku pada suatu fenomena.

Menurut R. Soedjadi (1999:11) definisi matematika dapat dipandang dari berbagai sudut pandang, yaitu:

1. Matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik;

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi;

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan;

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah;

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik;

6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.