Kesimpulan dari Hipotesis Penelitian
5.2 Kesimpulan dari Hipotesis Penelitian
5.2.1 Pengaruh Positif Word of mouth Terhadap Persepsi Nilai
H1: positif word of mouth mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi nilai, sehingga semakin tinggi positif word of mouth, semakin tinggi persepsi nilai.
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama, yaitu positif word of mouth berpengaruh positif terhadap persepsi nilai dapat diterima. Hipotesis tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh wangenheim (2004) yang memaparkan riset psikologi social dan pemasaran menunjukkan bahwa persepsi karakter dari sumber informasi dan persepsi tentang level produk penting untuk menjadi penentu dari pengaruh normatif dan informatif tentang suatu produk. Jika pemberi informasi menginformasikan kebaikan atau menginformasikan nilai suatu produk yang tinggi, maka penerima informasi akan mempersepsikan nilai produk pada level yang tinggi. Sehingga informasi positif tentang suatu produk dapat menimbulkan persepsi nilai yang lebih tinggi di mata konsumen. Pemberi informasi tentang PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk biasanya adalah orang terdekat calon nasabah, dimana yang dibicarakan adalah keunggulan BTPN, sehingga calon debitur mempersepsikan nilai lebih tinggi jika menjadi nasabah BTPN. Dibutuhkan evaluasi yang rasional dan penuh pertimbangan untuk mempersepsikan nilai BTPN lebih tinggi di mata sumber informasi dari word of mouth (Sweeney, 2005). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa positif word of mouth berpengaruh positif terhadap persepsi nilai calon debitur BTPN Pecangaan.
5.2.2 Pengaruh Persepsi Nilai dengan Minat Beli H2 : persepsi nilai mempunyai pengaruh positif terhadap minat beli,
sehingga semakin tinggi persepsi nilai, semakin tinggi minat beli. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis
kedua, yaitu persepsi nilai mempunyai penagruh positif terhadap minat beli, sehingga semakin tinggi persepsi nilai, semakin tinggi minat beli dapat diterima. Hipotesis diatas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Chang dan Albert (1994). Dalam penelitiannya, Chang dan Albert (1994) menyebutkan bahwa persepsi nilai merupakan factor penting yang mempengaruhi minat beli. Jika produk atau jasa dianggap mempunyai nilai yang tingggi, maka dianggap akan meningkatkan minat beli pula. Persepsi nilai tentang suatu produk mempengaruhi minat beli, hal tersebut karena semakin tinggi nilai yang dipersepsikan oleh konsumen maka semakin besar keinginan untuk membeli produk tersebut di masa yang akan dating. Calon debitur memiliki persepsi nilai tentang BTPN, seperti misalnya keramahan karyawan BTPN, kemudian pinjaman yang diberikan juga disertai dengan pelatihan, dan pembayaran angsuran bias disetor dirumah atau di tempat usaha calon debitur. Hal-hal tersebut yang membuat persepsi nilai BTPN semakin tinggi dimata calon debitur, sehingga debitur semakin berminat mengambil kredit di BTPN. Dengan demikian, dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa persepsi nilai berpengaruh positif trhadap minat mengambil kredit pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk KCP Pecangaan.
5.2.3 Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Minat Beli H3 : Kesadaran merek mempunyai pengaruh positif terhdap minat beli,
sehingga semakin tinggi kesadaran merek, semakin tinggi minat beli.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga, yaitu kesadaran merek mempunyai pengaruh positif terhadap minat beli, sehingga semakin tinggi kesadaran merek semakin tinggi minat beli dapat diterima. Hipotesis diatas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hsin Kuang, et al (2009) yang menyebutkan bahwa kesadaran merek yang tinggi akan menimbulkan minat beli yang tinggi. Dari hasil penelitian ini diketahui responden yang merupakan calon debitur dapat mengingat logo BTPN dan warna oranye BTPN. Itu artinya calon debitur sudah mengenal merek BTPN. Karena sudah mengenal merek BTPN tersebut, calon debitur sudah tidak asing lagi dan berencana akan mengambil kredit di BTPN. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Rositter dan Percy (1991) dalam Mc Donald et al (2003) yaitu tanpa kesadaran merek, tidak akan ada pengaruh komunikasi lainnya bagi konsumen, untuk membeli suatu merek mereka harus diberi tahu terleih dahulu tentang merek tersebut. Brand attitude (sikap merek) tidak dapat dibentuk dan keinginan untuk membeli tidak dapat terjadi jika kesadaran merek tidak ada. Dengan demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif terhadap minat beli.
5.2.4 Pengaruh Persepsi Risiko Terhadap Minat Beli. H4 : persepsi risiko mempunyai pengaruh negatif terhadap minat beli,
sehingga semakin tinggi persepsi risiko, semakin rendah minat beli. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat didimpulkan bahwa hipotesis
keempat, yaitu persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat beli, sehingga semakin tinggi persepsi risiko, semakin rendah minat beli dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Engel et al (1995) yaiu semakin besar risiko persepsian semakin besar pula kemungkinan keterlibatan konsumen pada pembelian. Ketika risiko persepsian menjadi tinggi, ada motivasi apakah akan menghindari pembelian dan penggunaan atau meminimumkan risiko melalui pencarian dan evaluasi alternative pra pembelian dalam tahap pengambilan keputusan. Konsumen mungkin akan mengevaluasi merek secara detail. Dari hasil penelitian ini diketahui responden yang merupakan calon debitur BTPN menyatakan bahwa mereka memiliki ketakutan tidak dapat membayar angsuran tepat waktu kemudian dikenkan denda. Padahal dunia usaha bias saja naik dan turun sehingga kemungkinan terlambat membayar angsuran bias saja terjadi dan hal tersebut dapat membuat calon debitur mngurungkan niatnya untuk mengambil kredit di BTPN. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan definisi persepsi risiko yang dikemukakan oleh Oglethorpe (1994) yaitu persepsi risiko merupakan persepsi konsumen mengenai ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi negatif yang diterima atas pembelian suatu produk atau jasa. Dengan demikian, hasil keempat, yaitu persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat beli, sehingga semakin tinggi persepsi risiko, semakin rendah minat beli dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Engel et al (1995) yaiu semakin besar risiko persepsian semakin besar pula kemungkinan keterlibatan konsumen pada pembelian. Ketika risiko persepsian menjadi tinggi, ada motivasi apakah akan menghindari pembelian dan penggunaan atau meminimumkan risiko melalui pencarian dan evaluasi alternative pra pembelian dalam tahap pengambilan keputusan. Konsumen mungkin akan mengevaluasi merek secara detail. Dari hasil penelitian ini diketahui responden yang merupakan calon debitur BTPN menyatakan bahwa mereka memiliki ketakutan tidak dapat membayar angsuran tepat waktu kemudian dikenkan denda. Padahal dunia usaha bias saja naik dan turun sehingga kemungkinan terlambat membayar angsuran bias saja terjadi dan hal tersebut dapat membuat calon debitur mngurungkan niatnya untuk mengambil kredit di BTPN. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan definisi persepsi risiko yang dikemukakan oleh Oglethorpe (1994) yaitu persepsi risiko merupakan persepsi konsumen mengenai ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi negatif yang diterima atas pembelian suatu produk atau jasa. Dengan demikian, hasil
5.2.5 Pengaruh Negatif Word of mouth Terhadap Persepsi Risiko H5 : negatif word of mouth mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi
risiko, sehingga semakin negatif word of mouth, semakin tinggi persepsi risiko.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima, yaitu negatif word of mouth mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi risiko, sehingga semakin tinggi negatif word of mouth semakin tinggi persepsi risiko dapat diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat file et al (1994) yaitu persepsi risiko muncul secara konsisten dalam penelitian yang berkaitan dengan industri jasa dan mencari informasi memalui word of mouth adalah umum bagi konsumen yang membeli produk-produk yang beresiko. Banyak konsumen mempertimbangkan risiko ketika mereka membeli produk baru dan memperoleh informasi melalui word of mouth dapat mengurangi perasaan tidak nyaman atau mengurangi persepsi risiko yang dirasakan oleh konsumen. Apabila konsumen memperoleh pesan positif maka persepsi risiko tersebut berkurang, namun apabila informasi yang didapat dari word of mouth bersifat negatif maka akan menimbulkan persepsi risiko yang lebih tinggi. Dari penelitian ini diketahui bahwa responden mepunyai persepsi bunga di BTPN tinggi dan prosesnya lama untuk plafon yang besar. Persepi tersebut timbul dari proses word of mouth yang dilakukan oleh konsumen dengan calon debitur lain. Sehingga responden harus mencari informasi tambahan untuk mengkonfirmasi proses word of mouth yang pertama. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Huang et al (2007) yang menyebutkan pesan negatif lebih berpengaruh daripada pesan positif. Hasil penelitian Her, Kardes dan kim (1991) juga mengindikasikan bahwa informasi negatif lebih dipercaya ketika konsumen sedang mengevaluasi sebuah produk. Dengan demikian hasil penelitian ini membuktikan bahwa negatif word of mouth berpengaruh positif terhadap persepsi risiko calon debitur PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional KCP Pecangaan.