TINJAUAN PUSTAKA

G. Penguatan kelembagaan

Pola pengembangan kelembagaan masyarakat agar semakin kuat perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu (1). Perbaikan struktur dan fungsi kelembagaan masyarakat, (2). Pemanfaatan informasi dan teknologi yang berimbang, (3) peningkatan program-program pendidikan dan pelatihan secara berkelompok, (4) meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana aktifitas kelembagaan, (5) memberdayakan dan memfasilitasi kelembagaan masyarakat informal, (6). Menciptakan pemimpin kelembagaan yang transformasional (Daryanto, 2004). Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penguatan kelembagaan menurut Saharuddin (2000) adalah mencakup pengembangan kapasitas institusi dan kapasitas sumber daya manusia.

Tidak dapat disangkal bahwa teknologi dewasa ini berkembang dengan amat pesat, bahkan pada tingkat kepesatan yang belum pernah dialami oleh umat manusia sebelumnya. Pemberdayaan kelembagaan petani dalam bentuk kelompok bertujuan untuk pemberdayaan petani dalam penerapan inovasi teknologi secara berkelanjutan. Disadari bahwa keberhasilan pengembangan inovasi teknologi pertanian tidak hanya tergantung pada faktor teknologi semata, namun juga faktor sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal sosial dan kelembagaan. Kelima faktor tersebut merupakan unsur penggerak dalam pembangunan pertanian yang sinergis, sehingga apabila salah satu faktor mengalami hambatan atau tidak sesuai maka kegiatan yang dilakukan tidak memberi hasil yang optimal. Dengan demikian penerapan teknologi saja tidak cukup untuk mengatasi permasalahan di lapang tetapi perlu diimbangi dengan pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagan kelompok serta penguatan modal (Saleh dkk., 2004).

Penerapan teknologi akan berhasil apabila kelembagaan yang ada didalamnya juga solid, sebagaimana dinyatakan Binswanger dan Ruttan dalam Syahyuti (2003) bahwa kelembagaan merupakan faktor utama yang menghasilkan teknologi. Teknologi yang baik hanya dapat dihasilkan dari suatu manajemen kelembagaan yang baik pula. Seterusnya, penerapan suatu teknologi Penerapan teknologi akan berhasil apabila kelembagaan yang ada didalamnya juga solid, sebagaimana dinyatakan Binswanger dan Ruttan dalam Syahyuti (2003) bahwa kelembagaan merupakan faktor utama yang menghasilkan teknologi. Teknologi yang baik hanya dapat dihasilkan dari suatu manajemen kelembagaan yang baik pula. Seterusnya, penerapan suatu teknologi

H. GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani)

Pengertian Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan dibentuk atas dasar (1) Kepentingan bersama antara anggota, (2) Berada pada kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara anggota, (3) Mempunyai kader pengelolaan yang berdedikasi untuk menggerakkan petani,(4) Memiliki kader atau pimpinan yang diterima oleh petani lainnya, (5) Mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya, (6) Adanya dorongan atau manfaat dari tokoh masyarakat setempat.Upaya penguatan kelembagaan Gapoktan diperlukan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pembinaan yang berkelanjutan. Proses penumbuhan dan pengembangan Gapoktan yang kuat dan mandiri diharapkan secara langsung dapat menyelesaikan permasalahan petani, pembiayaan dan pemasaran.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.273/KPTS/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peran, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan. Gapoktan merupakan kelembagaan ekonomi di pedesaan yang didalamnya bergabung kelompok-kelompok tani. Gapoktan sebagai aset kelembagaan dari Kementrian Pertanian diharapkan dapat dibina dan dikawal selamanya oleh seluruh komponen masyarakat Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.273/KPTS/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peran, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan. Gapoktan merupakan kelembagaan ekonomi di pedesaan yang didalamnya bergabung kelompok-kelompok tani. Gapoktan sebagai aset kelembagaan dari Kementrian Pertanian diharapkan dapat dibina dan dikawal selamanya oleh seluruh komponen masyarakat

Penggabungan kelompok tani ke dalam gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerja sama dalam peningkatan posisi tawar. Fungsi gapoktan antara lain :

1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan harga)

2. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya

3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/ pinjaman kepada para petani yang memerlukan

4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah

5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir.

I. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam rangka mengembalikan kedudukan indonesia sebagai produsen pengekspor karet terbesar didunia sekaligus sebagai upaya menyukseskan program MP3EI dimana koridor sumatra sebagai fokus pengembangan karet dan kelapa sawit yang sebenarnya sumatera lebih condong ke produksi karet dimana produksi nasional karet 50% lebih dihasilkan disumatra. Indonesia sebagai wilayah yang memiliki luas lahan karet terbesar didunia tetapi menjadi produsen karet terbesar kedua setelah thailand yang luas tanah lebih sempit dari Indonesia

Sebagai upaya pengembangan produktivitas karet, daerah transmigrasi di sumatera juga memiliki potensi dalam menghasilkan bahan olahan karet jika lebih dikembangkan lagi. Selain untuk meningkatkan produksi bahan olahan karet nasional pengembangan di daerah transmigrasi juga mampu menjadi daya saing daerah tersebut dan menciptakan pusat pertumbuhan baru sesuai dengan UU no 15 tahun1997 tentang ketransmigrasian dan peraturan pemerintah no 2 tahun 1990 tentang pelaksanaan transmigrasi. Permasalahan pada daerah transmigrasi berupa rendahnya kualitas bahan olahan karet karena kurangnya pengetahuan dalam pengolahan karet serta keterbatsan teknologi. Teknologi menjadi begitu penting untuk menciptakan efisiensi dan produktivitas karet. Proses difusi teknologi dan pembelajaran terhadap petani karet didaerah rambutan 1 begitu lambat dan tidak maksimal dikarnakan kelembagaan yang ada didaerah tersebut belum mampu melaksanakan beberapa fungsinya.

Diperlukan penguatan kelembagaan terdahulu supaya proses-proses selanjutnya bisa berjalan lancar seperti masuknya teknologi, saluran pemasaran melalui kemitraan. Petani akan mendapatkan keuntunggan yang lebih tinggi karena kualitas bokar lebih tinggi, petani juga bisa mendapatkan pendapatan dsecara tetap dan berkelanjutan melalui penjualan bokar ke perusahaan melalui kemitraan selain bokar yang pasti di beli oleh perusahaan mitra petani juga akan diberika pelatihan,bimbingan, tambahan modal dan Diperlukan penguatan kelembagaan terdahulu supaya proses-proses selanjutnya bisa berjalan lancar seperti masuknya teknologi, saluran pemasaran melalui kemitraan. Petani akan mendapatkan keuntunggan yang lebih tinggi karena kualitas bokar lebih tinggi, petani juga bisa mendapatkan pendapatan dsecara tetap dan berkelanjutan melalui penjualan bokar ke perusahaan melalui kemitraan selain bokar yang pasti di beli oleh perusahaan mitra petani juga akan diberika pelatihan,bimbingan, tambahan modal dan

Gambar 1. kerangka pemikiran konseptual

J. Penelitian terdahulu

Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini, meliputi : Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Najiati dkk (2012) dalam

“Difusi Teknologi Pengolahan Karet Rakyat di Kawasan Transmigrasi Mendukung Koridor Ekonomi Sumatera”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahi pengembangan hasil karet alam yang dihasilkan oleh petani di kawasan transmigrasi Sumatera Selatan tepatnya di desa Pule dan Kimtrans rambutan 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas yang dihasilkan oleh petani di kawasan tersebut masih memiliki kualitas karet yang rendah sehingga diperlukan adanya peningkatan mutu hasil karet dengan metode difusi “Difusi Teknologi Pengolahan Karet Rakyat di Kawasan Transmigrasi Mendukung Koridor Ekonomi Sumatera”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahi pengembangan hasil karet alam yang dihasilkan oleh petani di kawasan transmigrasi Sumatera Selatan tepatnya di desa Pule dan Kimtrans rambutan 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas yang dihasilkan oleh petani di kawasan tersebut masih memiliki kualitas karet yang rendah sehingga diperlukan adanya peningkatan mutu hasil karet dengan metode difusi

Sabarman Damanik (2012) dalam “Pengembangan Karet (Havea brasiliensis) Berkelanjutan di Indonesia”. Penelitian ini memfokuskan pada

peningkatan pengembangan berkelanjutan di Indonesia dengan memaparkan data prospek pengembangan karet dan delapan faktor strategis yang saling berkaitan dan sangat menentukan keberlanjutan perkebunan karet yaitu : ketersediaan teknologi, tenaga pembina, pelatihan petani,dukungan kebijakan, luas perkebunan karet, produktivitas ,ketrampilan petani,dan kelembagaan ekonomi petani. dari hasil temuan faktor-faktor tersebut dirumuskan beberapa alternatif yang dapat dijalankan pemerintah meliputi kebijakan produksi dan peningkatan mutu, kebijakan perdagangan, kebijakan revitalisasi dan kebijakan perindustrian.

Penelitian yang dilakukan Kementrian Keuangan Republik Indonesia Badan Kajian Fiskal Pusat Kebij akan Ekonomi Makro (2012) dalam “Laporan kajian Nilai Tambah Produk Pertanian”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa untuk mendukung hilirarisasi karet di Sumatera Selatan perlu dilakukan peningkatan kegiatan industri terpadu dan industri inovatif karet, yang perlu didukung Pemerintah dalam sisi pendanaan dan sistem birokrasi serta regulasi yang memadai.

Penilitian serupa dilakukan Ahmad Zazali dalam “Pola Inti Plasma, Kemitraan yang “Harus” ditinjau ulang”. Hasil dari penelitian tersebut adalah

menjelaskan tentang permasalahan Pola Inti Rakyat yang terjadi dalam kemitraan yang terjalin antara petani dan stake-holder diperlukan adanya peninjauan dalam pelaksanaanya agar petani mampu mengorganisir diri dalam proses negosiasi dan mendapatkan informasi yang memadai sebelum mengadakan kesepakatan kemitraan dengan stake-holder.

Wiyanto.(2009) menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif berupa model regresi logistik biner. Sample tiga desa di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Hasil penelitianya berdasarkan Model regresi logistik biner menunjukan adanya hubungan negatif antara usia, Wiyanto.(2009) menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif berupa model regresi logistik biner. Sample tiga desa di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Hasil penelitianya berdasarkan Model regresi logistik biner menunjukan adanya hubungan negatif antara usia,

tingkat selang kepercayaan 80 persen (α=20 persen). Hasil analisis keuntungan parsial menunjukan bahwa upaya peningkatan kualitas karet berupa penggunaan asam semut sebagai pembeku menguntungkan bagi petani.

Penelitian yang dilakukan oleh Syahid (2005), tentang pengembangan ekonomi lokal melalui pengembangan kelompok tani ternak itik di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa diperlukan langkah strategis dalam pengembangan ekonomi lokal melalui pengembangan kelompok tani ternak itik. Kajian ini juga bertujuan untuk mengkonstruksikan konsep pemberdayaan yang sesuai bagi seluruh komunitas dan kelompok tani dalam pengelolaan potensi sumberdaya lokal. Kegiatan dan proses pemberdayaan yang dilakukan ternyata belum menunjukkan keberdayaan masyarakat petani. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya masalah-masalah sosial ekonomi yang dihadapi warganya .

Konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini memiliki persamaan dan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaannya adalah

mengkaji peranan kelembagaan dan teknologi dalam peningkatan kualitas bahan olahan karet yang hasil akhirnya akan menciptakan kualitas bokar yang baik dengan sistem kelembagaan yang berfungsi maksimal.