Pengembangan Kualitas Karet Di Kimtrans 1

A. Pengembangan Kualitas Karet Di Kimtrans 1

Penilaian terhadap kualitas bahan olahan karet meliputi kadar kotoran, kadar air, dan kekenyalan. menurut Waluyono (1981) yang diacu dalam Erwan (1994) kualitas karet ditentukan oleh kadar karet kering, kadar kotoran, kadar air, kadar abu, nilai PRI (Plastysity Ratention Index), sifat-sifat fisika lain, berat, tebal, dan ukuran lainnya serta pengemasan.Sawardin et al. (1995) juga telah melakukan penelitian kualitas bahan olah karet khususnya spesifikasi karet remah (SIR). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa parameter terpenting mengenai karakteristik mutunya adalah kadar kotoran, kadar abu, kadar bahan menguap, dan indeks katahanan plastisitas (PRI). Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional sesuai SNI-BokarNo. 06 – 2047 – 2002 tanggal 17Oktober 2002 kriteria dari kualitas bokar meliputi karet kering, ketebalan, kebersihan, dan jenis bahan bekuan dan bokar yang bermutu tinggi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis, yaitu tidak ditambahkan bahanbahan non karet, dibekukan dengan asam format/ semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat.

Peningkatan kualitas bahan olahan karet perlu dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan tidak hanya dari defernsiasi produk tetapi perbaikan kualitas dari dasarnya yaitu bahan olahan karet yang dihasilkan petani karet. Seperti yang dikatakan Haris et al. (1995) menyatakan bahwa perbaikan kualitas bahan olah karet seharusnya dimulai dari tingkat paling awal yaitu pada tingkat petani. Jika kualitas bahan olahan karet berkualitas baik maka untuk pengolahan selanjutnya akan mendapatkan hasil dan keuntungan yang meningkat.

Pengembangan karet dikawasan transmigrasi merupakan salah satu kawasan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas karet. Perkebunan karet di permukiman transmigrasi umumnya adalah perkebunan karet rakyat Pengembangan karet dikawasan transmigrasi merupakan salah satu kawasan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas karet. Perkebunan karet di permukiman transmigrasi umumnya adalah perkebunan karet rakyat

Kelembagaan yang berkembang di kimtrans berupa Gapoktan Bina Makmur didirikan tanggal 3 April 2007 dan mengkoordinasikan 10 kelompok tani namun gaptokan tersebut belum menjalankan fungsi kelembagaannya secara maksimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas bokar di daerah kimrans rambutan 1 adalah teknologi dan kelembagaan. Gaptokan bina makmur yang belum berfungsi sebagai sarana pembelajaran dan difusi teknologi budidaya maupun pengolahan karet sehingga belum mampu memberikan pembekalan dalam beberapa teknik pengolahan karet mulai dari pembibitan sampai pasca panen. Mengakibatkan petani kekurangan informasi dan keterbatasan teknologi dalam pengolahan karet yang baik masih sehingga petani masih mengggunakan bahan yang buruk dan dilarang dalam

pengolahan karet seperti TSP, tawas, dan bahan pembeku berisi H 2 SO 4 karena akan berdampak pada kualitas bokar rendah.Gaptokan juga belum mampu sebagai lembaga pemasaran dan pengontrol harga karet. Hali ini yang menjadi akar kurang berkembangnya karet dan petani di desa kimtrans 1 lembaga ekonomi yang kurang berfungsi dengan maksimal membuat teknologi dan kualitas petani dan karetnya buruk.

Produksi Bokar yang dihasilkan oleh desa kimtrans sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata produksi karet rakyat di Indonesia yaitu 717 Kg/Ha/Tahun dengan potensi produksi karet unggulan 1.500- 1800Kg/Ha/Tahun (Ditjen Perkebunan, 2011). Rendahnya produksi tersebut antara lain karena teknologi budidaya yang kurang baik seperti penggunaan bibit bukan dari klon unggul, pemeliharaan tanaman (pengendalian hama penyakit, gulma, pemupukan) kurang sesuai, dan cara penyadapan (panen) belum dipahami secara baik sehingga batang karet tidak pulihsecara Produksi Bokar yang dihasilkan oleh desa kimtrans sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata produksi karet rakyat di Indonesia yaitu 717 Kg/Ha/Tahun dengan potensi produksi karet unggulan 1.500- 1800Kg/Ha/Tahun (Ditjen Perkebunan, 2011). Rendahnya produksi tersebut antara lain karena teknologi budidaya yang kurang baik seperti penggunaan bibit bukan dari klon unggul, pemeliharaan tanaman (pengendalian hama penyakit, gulma, pemupukan) kurang sesuai, dan cara penyadapan (panen) belum dipahami secara baik sehingga batang karet tidak pulihsecara

Proses koagulasi menggunakan koagulan selain asam format atau asam semut menyebabkan teradinya penurunan mutu bokar yang antara lain ditunjukkan dengan nilai plasticity retention index (PRI) yang rendah (Budiman 2000). Nilai PRI menggambarkan ketahanan karet mentah terhadap degradasi oleh oksidasi pada suhu tinggi. Kondisi petani yang belum menguasi teknologi budidaya, panen dan pengolahan karet secara baik membuat petani kurang dapat membedakan antara koagulan yang mengandung asam semut dengan bahan koagulan yangmengadung H2SO4 yang penting bagi petani adalah harga koagulan murah dan Bokar laku dijual.Diperlukanadanya teknologi yang dapat meningkatkan kualitas bokar seperti teknik budidaya, panen, dan pengolahan karet.

Peningkatan kualitas bokar erat kaitanya dengan teknologi yang dimiliki dan kemudian ditingkatkan dapat berupa penggunaan bahan dan alat yang sebelumnya tidak digunakan, melakukan suatu teknik atau aktivitas yang sebelumnya tidak dilakukan, maupun menambah pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. Teknologi menjadi tanggungjawab pemerintah daerah dalam penyelediaannya karena teknologi sebagai barang primer bagi petani karet dalam meningkatkan kualitas bokar berdasarkan (Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan Badan Usaha untuk Peningkatan Perekayasaan, Inovasi, dan DifusiTeknologi).

Menurut Balai Penelitian Sembawa (2007)Teknologi pengolahan karet yang sesuai di Kimtrans Rambutan I adalah pengolahan latek menjadi sleb. Pertimbangannya, teknologi ini relatif mudah diiplementasikan. Lum, slep, Menurut Balai Penelitian Sembawa (2007)Teknologi pengolahan karet yang sesuai di Kimtrans Rambutan I adalah pengolahan latek menjadi sleb. Pertimbangannya, teknologi ini relatif mudah diiplementasikan. Lum, slep,

Harga bahan pembeku asam semut dan Deorub memang lebih mahal untuk asam semut kisaran Rp 20.000 dan deorub Rp 16.000, dibandingkan dengan harga TSP, tawas dan asam tidak lebih dari Rp 12.000. Tetapi ketika harga karet dapat dibedakan berdasarkanmutunya, transmigran akan memperoleh keuntungan tambahan berupa kenaikan harga sesuai mutunya.Selain petani karet dapat menjualnya keperusahaan melalui kemitraan akan jauh lebih menjamin keuntungan yang akan diterima petani karet.

Perbaikan pada sistem kelembagaan akan sangat membantu petani karet didaerah kimtrans 1 mendapatkan bahan- bahan yang berkualitas untuk mendukung pengolahan karet disertai dengan pelatihan teknik pengolahan yang baik dan penerapan teknologi akan meningkatkan produktivitas petani karet didaerah kimtrans 1. Ketika gapoktan telah melakukan fungsinya dengan baik maka ada beberapa poin yang dapat mengembangkan petani karet dan menjadikan karet sebagai komoditas unggulandi rambutan 1 meliputi :

a. Pasar : kemudahan akses pasar bagi petani untuk memasarkan karetnya,mendapatkan informasi tentang jenis karet yang dibutuhkan pasar dan mudah diterima pasar.

b. Harga : petani karet akan menjualnya ke pengepul setiap dua minggu sekali dengan harga yang murah. Ketika gapoktan sudah menjalankan fungsinya sebagai pengontral harga, petani tidak perlu lagi menjualnya ke pengepul.

c. Penguasaan teknologi : melalui difusi teknologi dimana gapoktan sebagai perantara dan salura pembelajaran dalam penguasaan teknologi. perubahan teknologi dilakukansecara bertahap dan akan lebih menjamin terciptanya sisitem usahatani yangberkelanjutan. Penguasaan teknologi diperlukan untuk meningkatkan efisiensi baik.

d. Keterkaitan terhadap hilir yang kuat : ilai tambah komoditi pertanian hanyabisa diciptakan, jika komoditi tersebut mampu diolah menjadi produk yangdiperlukan konsumen. Pengembangan agroindustri di sentra produksi komoditiakan membawa dampak yang luar biasa bagi pembangunan di perdesaan. Desa akan relatif lebih cepat maju teknis maupun ekonomis, dengan demikian peluang untuk memperoleh keuntungan menjadi semakin besar.

e. Modal usaha tani : gapoktan yang mampu melaksanakan kemitraan akan sangat membantu petani karet dalam hal modal dan pelatihan serta pembimbingan supaya menghasilkan bahan olahan karet yang sesuai dengan keinginan perusahaan.