Hubungan Kerjasama Ekonomi Cina

5.1 Hubungan Kerjasama Ekonomi Cina

5.1.1 Impor Bahan Baku Produksi

  Salah satu bentuk hubungan kerjasama dalam kerjasama internasional dalam yaitu dalam hal ekonomi yang berarti semua apapun yang di lakukan oleh Negara dalam hubungannya dengan lingkup internasional mengandung ranah dan tujuan yang berhubungan dengan bidang ekonomi dan pemenuhan kebutuhan ekonomi Negara. Seperti yang kita tahu ACFTA merupakan kerja sama yang terbentuk atas inisiatif dari Cina untuk bergabung dan melakukan free trade dengan Negara-negara kawasan Asia Tenggara. Kerjasama tersebut salah satunya di dorong karena pertumbuhan ekonomi Cina yang pesat dan secara terus menerus dan berkelanjutan membuat Cina harus memperoleh pasokan energi dan bahan mentah serta SDA yang lainnya untuk kebutuhan industrinya. Dalam hal ini Negara-negara di kawasan ASEAN yang kaya akan sumber daya alam di pandang oleh Cina sangat penting untuk memberikan pasokan bahan mentah dan energi bagi Cina.

  Salah satu alasan yang membuat Cina menjalin dan secara berkelanjutan meningkatkan kerjasama dengan Negara-negara anggota ASEAN adalah karena sebagian besar Negara-negara di kawasan ASEAN memiliki cadangan bahan mentah sumber daya alam yang melimpah yang dapat memenuhi kebutuhan

  konsumsi Cina guna untuk menunjang proses industrialisasinya. 73 Kebutuhan energy Cina sangat besar ini di tunjang dengan pengembangan ladang minyak

  73 Inayati, RS “ASEAN-CHINA FTA : Akselerasi Menuju East Asia Community (EAC)?” hal. 46 73 Inayati, RS “ASEAN-CHINA FTA : Akselerasi Menuju East Asia Community (EAC)?” hal. 46

  25 persen dari jumlah total minyaknya untuk menambah devisa Negara.

  Dengan berjalannya pembangunan ekonomi di Cina yang semakin cepat maka kebutuhan akan energi berupa sumber daya minyak semakin meningkat juga. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dari itu Cina menghentikan kebijakan lamanya tentang larangan untuk mengimpor minyak yang di mulai pada tahun 1986. Cina mulai mengimpor minyak mentah sebanyak 3.5 juta barel per hari di tahun 1990 dan kebutuhan akan energi ini semain meningkat sehingga pada tahun 1993 Cina menghentikan ekspor minyaknya di karenakan untuk kebutuhan dalam negerinya dan malah mengimpornya dari Negara lain. Pada saat ini kebutuhan akan energi dalam bentuk minyak di Cina telah mencapai angka 8.2 juta barel perhari ini menempatkan Cina di peringkat ke 3 dunia dalam hal kebutuhan minyak dan akan terus meningkat seiring perkembangan industrinya. Pemenuhan kebutuhan minyak di Cina tersebut 50 persen di penuhi melalui impor sebesar 4.4 juta barel perhari yang di dapatkan dari berbagai belahan Negara di

  dunia. 74

  Untuk pemenuhan kebutuhan energi ini Cina juga mengambil dari beberapa Negara kawasan ASEAN. Pada beberapa Negara di kawasan tersebut seperti Indonesia. Thailand, Malaysia dan Vietnam memiliki bahan-bahan mentah yang di butuhakan oleh Cina seperti minyak bumi , karet, agrikultur dan timah.

  74 https:www.cia.govlibrarypublicationsthe-world-factbookgeosch.html di akses pada tanggal

  8 februari 2015

  Dengan tingkat kebutuhan energy yang besar maka Cina juga melakukan investasi dalam hal untuk memperluas pasokan energi dari berbagai kawasan di ASEAN. Salah satu contohnya adalah pembelian lahan minyak Widuri di kepulauan seribu di Indonesia sebesar 585 juta dolar amerika oleh China National Offshore Oil Corporation(CNOOC). Selain itu Cina juga membuat kontrak dengan Indonesia selama 20 tahun dalam hal supply gas alam ke Fujian. Pada bulan april tahun 2005 sejalan dengan kunjungan presiden Hu Jintao ke Asia Tenggara sekaligus untuk melakukan investasi senilai 950 juta dolar amerika untuk merehabilitasi pabrik nikel di Filipina serta investasi 500 juta dolar amerika oleh CITIC untuk

  ber investasi dalam bidang perkebunan kelapa sawit di Indonesia. 75

  Bagi Cina terdapat beberapa Negara di kawasan ASEAN yang memiliki potensi besar dalam hal pemasok kebutuhan minyak di Cina dan di anggap penting karena pasokan minyaknya dapat memenuhi kecukupan dalam bidang energi seperti Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Vietnam. Negara-negara tersebut tidak dapat terlepas dari Cina baik untuk eksplorasi minyak di Negara mereka masing-masing ataupun kerja sama bersama dalam melakukan eksplorasi minyak. Salah satu Negara di kawasan ASEAN yang memiliki kerja sama yang baik dengan Cina dalam hal eksplorasi minyak adalah Brunei Darussalam. Kerja sama dalam hal energi dengan Cina di lakukan oleh perusahaan minyak bumi Cina (CNOOC) yang telah banyak peningkatan sehingga telah mendapatkan izin untuk memberikan pelayanan dalam bidang eksplorasi minyak dan gas alam.

  75 Leong HK Ku, SCY “China and Southeast Asia Global Changes and Regional Challenges, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)” hal. 137.

  Dengan produksi minyak sebanyak 200 ribu barel perhari maka Brunei telah menjadi produsen minyak yang potensial di Asia Tenggara dan menciptakan daya tarik tersendiri bagi Cina untuk meningkatkan kerjasamanya dengan Negara ini. Peningkatan kerja sama ini di lakukan oleh Cina secara sadar karena Cina melihat potensi sumber daya energi yang melimpah dari Brunei itu sendiri. Selain dari bahan mentah berupa energi dan minyak Negara-negra di kawasan Asia Tenggara juga menyediakan bahan sumber daya alam lainnya yaitu dalam hal pasokan pangan yang juga sangat penting bagi kondisi dalam negeri Cina itu sendiri. Bagi Cina kebutuhan akan pasokan di bidang pangan lebih di karenakan jumlah populasi di Cina yang besar sehingga permasalahan di bidang pangan juga melanda Negara tersebut. Untuk dapat mencukupi kebutuhan pasokan di bidang pangan yang besar maka Cina harus menemukan cara bagaimana untuk memenuhi kebutuhan dan memberi makan terhadap 20 persen (1.3 milyar jiwa) dari jumlah penduduk dunia yang semuanya berada di Cina, sementara hanya tersedia lahan

  sebanyak 7 persen di Cina yang dapat di tanami. 76

  Oleh karena itu kedekatannya dengan Negara-negara di kawasan ASEAN yang memiliki sumber daya alam yang melimpah baik dalam bidang agrikultur dan pertanian dan kerjasama yang di lakukan dengan Negara-negara tersebut utamanya dalam bidang ekonomi seperti ACFTA dengan berkurangnya hambatan tarif dalam perdagangan bebasnya maka akan dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan akan pasokan pangan bagi Cina. Ketersediaan bahan mentah di Negara-negara ASEAN ini menjadikan kawasan tersebut orientasi

  76 Hadi, S Wibowo I,”Merangkul Cina”, 2009, hal. 163 76 Hadi, S Wibowo I,”Merangkul Cina”, 2009, hal. 163

  Selain dari impor bahan mentah untuk pemenuhan kebutuhan produk industrialisasi Cina juga melakukan impor roduk di bidang manufaktur dari Negara yang lebih maju di kawasan ASEAN seperti Singapura dan Malaysia guna untuk menunjang efisiensi dari pada proses produksi dalam industrialisasi Cina. berikut daftar tabel ekspor dan impor yang di lakukan dengan Negara kawasan ASEAN

  Tabel 5. ASEAN States’ main products exported to and imported from China 2000 and 2010 (US million and share of total exportimport ()

  Sumber : An Overview of Trade Relations Between ASEAN States and China

  Dari tabel di atas dapat di lihat impor Cina dalam bidang manufaktur juga sangat tinggi pada tahun 2010 yang mana impor manufaktur terbesar berasal dari Negara maju di kawasan ASEAN yakni Singapura dan Malaysia dimana kedua negara tersebut cenderung memiliki teknologi yang lebih maju daripada Cina. Hal tersebut di lakukan Cina salah satunya sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi proses industrialisasi dalam negerinya selain di tunjang dari pasokan bahan baku industri yang diperoleh dari kawasan ASEAN lewat impor dalam kerjasama ACFTA. Sehingga dengan keberadaan bahan baku untuk proses produksi yang melimpah yang di datangkan dari kawasan ASEAN akan menekan biaya produksi terkait kelangkaan bahan baku yang tidak dimiliki oleh Cina. Selain itu pasokan produk manufaktur yang di impor oleh Cina dari Negara maju di kawasan ASEAN juga akan berdampak pada efisiensi percepatan proses industrialisasi di bidang teknologi yang di gunakan untuk proses industrialisasi.

5.1.2 Ekspor Produk Guna Memperluas Pasar

  Selain daripada pemenuhan kebutuhan dalam bidang sumber daya alam pertumbuhan ekonomi Cina yang pesat juga berimplikasi terhadap perluasan akses pasar yang ingin di capai oleh Cina guna untuk memasarkan hasil-hasil dari produksinya. Selain karena faktor sumber daya alam yang melimpah kawasan Asia Tenggara juga memiliki potensi lain yang menjadi daya tarik bagi Cina untuk melakukan kerjasama sama. Potensi daya tarik tersebut yakni kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang potensial untuk memasarkan produk-produk hasil industrialisasi Cina. Produk-produk hasil industrialisasi Cina seperti produk manufaktur juga dibutuhkan di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina meskipun di sisi lain Cina juga

  mengimpor produk manufaktur dari beberapa Negara tersebut. 77

  Jika Negara-negara di kawasana ASEAN memiliki sumber daya alam yang melimpah di mana hal tersebut menjadi keuntungan bagi Negara-negara di kawasan ASEAN dalam melakukan kerja sama dengan Cina, maka bagi Cina potensi pasarlah yang salah satunya juga membuat Cina tertarik dengan kawasan ASEAN ini. Meskipun dalam jumlah total penduduk yang hanya setengah dari total penduduk Cina yang berjumlah 1.3 milyar jiwa, akan tetapi potensi penduduk 500 juta jiwa dari total ke sepuluh Negara kawasan ASEAN tersebut juga tidak dapat di kesampingkan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi Cina. Bagi Cina kawasan Asia Tenggara menjadi pilihan untuk melakukan kerjasama karena selain menyediakan bahan baku sumber daya alam untuk industrialisasinya

  77 Pambudi, D Chandra, AC “Garuda Terbelit Naga”, 2006, hal. 32 77 Pambudi, D Chandra, AC “Garuda Terbelit Naga”, 2006, hal. 32

  mendukung kebutuhan Cina tersebut. 78

  Perluasan akses pasar yang di lakukan oleh Cina ini lebih di karenakan pertumbuhan GDP Cina terus meningkat pasca membuka diri dan mengadakan reformasi ekonomi tahun 1978 pada masa pemerintahan Deng Xiaoping dan mencapai puncaknya pada tahun 1992. Pada tahun 90 an GDP Cina tumbuh rata- rata 10,1 persen selama kurun waktu tersebut dan merupakan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia. Total perdagangan Cina 1,7 persen pada tahun 1990 dan mencapai 4,1 persen pada tahun 2000. Menurut data dari bank dunia presentase ekspor Cina ke seluruh dunia juga terus meningkat hingga 6,4 persen pada tahun 2005 dan 7,7 persen pada tahun 2007 dari jumlah total ekspor komoditas manufaktur yang ada di dunia. Hal tersebut mengindikasikan

  kemampuan Cina dalam mengekspor komoditas ke seluruh dunia. 79

  Dari struktrur ekspor Cina terhadap dunia tersebut dapat di lihat bahwa Cina bukan lagi Negara pengekspor produk-produk hasil pertanian seperti Negara berkembang lainnya. Pada awal tahun 1980 an ekspor Cina masih di dominasi oleh hasil pertanian akan tetapi pada tahun 2000 struktur ekspor Cina menjadi

  78 Ibid. 79 Wibowo I “Belajar Dari Cina Bagaimana Cina Merebut Peluang Dalam Era

  Globalisasi”,2007, Hal. 31 Globalisasi”,2007, Hal. 31

  industrialisasi besar-besaran di Cina. 80

  Dengan adanya ACFTA peningkatan ekspor Cina semakin besar karena Negara-negara di ASEAN yang memiliki total jumlah penduduk lima ratus juta jiwa menjadi pasar yang potensial bagi produk dari Cina. Beberapa contoh berikut merupakan peningkatan ekspor Cina ke Negara di ASEAN yakni seperti di Indonesia peningkatan ekspor minyak dan gas ke Indonesia dari Cina juga terjadi pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 61.4 persen sedangkan peningkatan ekspor ke Indonesia di bidang bukan minyak dan gas juga mengalami peningkatan dari 37.34 persen menjadi 47.24 persen pada tahun 2005-2009 dan di

  tahun 2010 peningkatan ekspor Cina ke Indonesia mencapai 96 persen. 81 Di Thailand ekspor Cina juga mengalami peningkatan yang signifikan seperti pada

  tahun 2010 terjadi peningkan ekspor Cina sebesar 46 persen pada bidang produk- produk manufaktur lebih besar dari tahun sebelumnya yakni tahun 2009 sebesar

  39 persen. 82

  Peningkatan ekspor juga terjadi antara Cina dengan Malaysia dalam kerjasama ACFTA. Ekspor Cina ke Malaysia mengalami peningkatan sebesar 45

  80 Ibid hal.32 81 Keith E. Flick Kalyan M. Kemburi “ASEAN-China Free Trade Area: Challenges,

  Opportunities and the Road Ahead”.2012. S. Rajaratnam School of International Studies.Singapore. hal. 30

  82 Ibid hal. 42 82 Ibid hal. 42

  pakaian. 83 Ekspor Cina di kamboja mengalami peningkatan antara tahun 2007 sampai dengan tiga bulan di awal tahun 2010 dari 739 juta dolar menjadi 843 juta

  dolar dalam bidang manufaktur. Sedangkan dengan Singapura ekspor Cina juga mengalami peningkatan akan tetapi juga terjadi peningkatan di bidang impor dalam produk-produk elektronik

  Maka dari itu dengan pertumbuhan ekonomi Cina yang meningkat pesat dan juga perkembangan ekspornya ke seluruh dunia yang juga besar menimbulkan konsekuensi bagi Cina untuk mencari tempat perluasan akses pasarnya guna untuk memasarkan produk industrialisasinya yang di dominasi sebagian besar oleh produk dalam bidang manufaktur. Maka ASEAN dengan 500 juta populasinya menjadi tempat yang tepat untuk perluasan akses pasar Cina tersebut karena dapat menimbulkan komplementarias atau saling melengkapi di antara keduanya di mana ASEAN memiliki sumber daya alam yang di butuhkan Cina dan ASEAN juga membutuhkan produk manufaktur dari Cina.

  83 Ibid hal. 52

5.1.3 Investasi Asing Guna Menunjang Ekonomi Cina

  Hubungan Kerjasama ekonomi dari kerjasama free trade antara ASEAN dan Cina selain sebagai pemenuhan kebutuhan bahan baku material dan juga perluasan pasar juga dalam bidang investasi asing. Karena investasi asing adalah salah satu jalan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Cina itu sendiri baik itu investasi ke luar maupun investasi yang masuk ke Cina. Kerjasama ACFTA yang di ikuti oleh Cina juga mengikutsertakan free trade dalam bidang investasi yang akan berlaku pada agustus tahun 2009 sebagaimana yang tercatat dalam perjanjian ACFTA yang telah di sepakati antara kedua belah pihak. Dalam beberapa dekade terjadi peningkatan investasi dari Cina ke ASEAN secara bertahap.

  Investasi asing dari Cina ke ASEAN sebesar 0.76 milyar dolar pada tahun 2000 sebelum terjadinya kerjasama ACFTA di antara kedua belah pihak dan meningkat menjadi 10.8 milyar dolar pada tahun 2008 setelah di berlakukannya ACFTA di kedua belah pihak. Begitu juga dengan investasi dalam bidang non- financial yang di lakukan oleh Cina sebesar 1.2 milyar dolar terhadap ASEAN pada pertengahan 2010 sedangkan FDI dari ASEAN ke Cina sebesar 3.1 milyar

  dolar. 84 Grafik di bawah menunjukkan pertumbuhan dari investasi asing Cina ke ASEAN.

  84 ibid hal. 31

Grafik.1 FDI inflows to ASEAN from China, 2000–2008 (US million)

  Sumber: ASEAN-China Free Trade Area: Challenges, Opportunity and The Road

  Ahead

Diagram.1 FDI flows between ASEAN and China, 2000–2009 (US million)

  Sumber: ASEAN-China Free Trade Area: Challenges,Opportunity and The Road

  Ahead

  Dari data dia atas dapat di ketahui tahun 2000 dan 2009 FDI dari ASEAN ke Cina mengalami peningkatan secara signifikan dan lebih besar daripada FDI Cina ke ASEAN sedangkan FDI Cina ke ASEAN mengalami peningkatan pada tahun 2007. Dalam kategori Negara yang lebih spesifik Negara di kawasan

  ASEAN seperti singapura adalah sumber FDI Cina terbesar dari kawasanAsia Tenggara sebesar 4.4 milyar dolar. Dari tahun 2002 sampai tahun 2008 FDI dari singapura ke Cina mengalami peningkatan hampir dua kali lipat yakni dari 2.3 milyar dolar menjadi 4.4 milyar dolar. Selain singapura terdapat juga FDI dari Malaysia sebesar 0.98 milyar dolar, Brunei 0.52 milyar dolar, Filipina sebesar

  0.50 milyar dolar, Tailand sebesar 0.41 milyar dolar dan Indonesia sebesar 0.38 milyar dolar. 85

  Pada dasarnya FDI yang di lakukan oleh Cina itu sendiri adalah sebagai salah satu Cara untuk menghilangkan gambaran buruk dari Cina yang terkenal akan produk “made in Cina”. Selain itu FDI yang di lakukan oleh Cina juga sebagai langkah Cina yang ingin mempromosikan ekspor, pencarian sumber daya alam untuk menunjang produksi, pencarian terhadap teknologi guna menunjang industri dalam negeri. Pada tahun 2008 lebih dari delapan ribu lima ratus investor Cina dan dua belas ribu perusahaan Cina melakukan investasi di seratus tujuh

  puluh empat Negara di seluruh dunia. 86

  Sedangkan di ASEAN dengan adanya ACFTA di bidang investasi pada tahun 2009 FDI di antara keduanya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. FDI ASEAN ke Cina pada tahun 2003-2009 meningkat dari 2.93 milyar dolar menjadi 4.68 milyar dolar, sedangkan FDI dari Cina ke ASEAN juga mengalami peningkatan 230 juta dolar menjadi 3 milyar dolar. Pada bulan juni

  85 Ibid hal. 32 86 ibid 85 Ibid hal. 32 86 ibid

  Dengan banyaknya investasi yang mengalir baik kedalam maupun keluar maka secara tidak langsung akan dapat meningkatkan ekonomi Cina itu sendiri guna menunjang kesejahteraan penduduk negaranya. Investasi yang masuk ke dalam Cina akan merangsang sektor-sektor produkttif dalam negeri Cina dimana dengan tetap beroprasinya sektor produktif juga akan menunjang proses industrialisasi di Cina dimana hasil akhir dari proses industrialisasi tersebut adalah peningkatan dalam bidang ekonomi Cina. Seperti di sebutkan di atas bahwa investasi asing yang mengalir ke Cina maupun yang di lakukan oleh Cina terhadap Negara-negara di kawasan ASEAN seperti dalam hal mempromosikan ekspor barang-barang produk dari Cina di mana hal tersebut di lakukan untuk mencari pasar yang potensial di kawasan ASEAN, pencarian sumber daya alam serta teknologi yang mana semua hal tersebut juga akan menunjang efisiensi dari proses industrialisasi di Cina sehingga pemenuhan kebutuhan barang-barang produk bagi rakyat Cina juga akan terpenuhi secara tidak langsung karena ketersediaan bahan baku yang melimpah dan teknologi untuk memproduksinya.

  87 Ibid. hal. 45