PEMBENTUKAN ASEAN CINA FREE TRADE AREA

4.1 PEMBENTUKAN ASEAN CINA FREE TRADE AREA

  Hubungan Cina dengan ASEAN secara resmi di mulai setelah tahun 1990- an yakni pada tahun bulan Juli 1991 yang mana pada waktu itu menteri luar negeri Cina saat itu Qian Qichen di undang oleh ASEAN untuk menghadiri pembukaan ASEAN ministerial meeting (AMM) ke 24 di Kuala Lumpur atas undangan pemerintah Malaysia. Pada waktu bersamaan menteri luar negeri Cina menyampaikan keinginan untuk bekerjasama dengan dengan ASEAN. Tawaran yang di ajukan oleh menteri luar negeri Cina tersebut di sambut positif oleh ASEAN di tandai dengan kunjungan sekjen ASEAN ke Beijing pada September 1993 sekaligus menyepakati pembentukan dua joint committee di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan di bidang ekonomi dan perdagangan yang di

  resmikan pada tahun 1994 di Bangkok, Thailand oleh keduanya. 29

  Semakin membaiknya hubungan Cina dengan ASEAN ini di pertengahan tahun 1990-an di tandai dengan semakin dipercayanya Cina oleh ASEAN dengan peningkatan status yang awal mulanya adalah mitra konsultif menjadi mitra dialog penuh ASEAN oleh komite tetap ASEAN. perubahan status tersebut di tetapkan bersamaan dengan AMM ke 29 di Jakarta pada tahun 1996 di mana sebelumnya

  29 Wang Gungwu, “China and Southeast Asia: The Context of a New Beginning,” in David

  Shambaugh, ed., Power Shift: China and Asia’s New Dynamics, Berkeley, CA, 2005, hal, 187-204 Shambaugh, ed., Power Shift: China and Asia’s New Dynamics, Berkeley, CA, 2005, hal, 187-204

  Pada saat terjadinya krisis ekonomi Asia pada tahun 1997-1998 di mana krisis tersebut membuat sebagian besar Negara di kawasan Asia Tenggara terpuruk akan tetapi bagi Cina pada saat tersebut merupakan momentum utama untuk lebih mendekatkan hubungannya dengan Negara di kawasan Asia Tenggara dengan tidak melakukan penurunan nilai mata uangnya (devaluasi) yang mana bila di lakukan akan menjatuhkan daya saing produk dari negara-negara ASEAN, meskipun bagi Cina yang juga terkena dari efek krisis ekonomi juga mengalami kesulitan dalam perekonomiannya. Hal ini dilakukan Cina untuk meningkatkan citranya terhadap Negara di kawasan Asia Tenggara dan juga untuk mempererat hubunganya dengan Negara-negara tersebut.

  Pada pertemuan informal ASEAN+3 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun 1997 untuk lebih memperkuat hubungan antara Cina dengan ASEAN presiden Cina pada saat itu yakni presiden Jiang Zemin menyatakan suatu pernyataan tentang keinginan untuk membangun sebuah kemitraan bertetangga yang baik dan saling percaya guna menghadapi abad ke-21. Setelah diadakannya pertemuan tersebut telah di sepakati di antara kedua belah pihak untuk menekankan adanya norma-norma dasar yang mengatur keduanya sebagai usaha usaha dari Cina dan ASEAN untuk membentuk hubungan kemitraan yang baik dan berorientasi pada abad 21 sesuai dengan cara hidup bertetangga yang baik dan saling percaya antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya hal tersebut maka

  30 Ibid, hal. 187-204 30 Ibid, hal. 187-204

  melakukan pertemuan puncak ASEAN-Cina tiap tahunnya. 31

  Hubungan ASEAN dengan Cina dalam bidang politik dan keamanan juga di tandai dengan adanya niat dari Cina untuk menunjukkan kepada Negara di kawasan Asia Tenggara bahwa Cina bukanlah suatu ancaman untuk kawasan. Pembuktian ini oleh Cina dilakukan dengan besedianya Cina untuk menandatangani Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea pada tahun 2002 yang di tujukan untuk mengurangi ketegangan dan membuka jalan untuk melakukan eksplorasi bersama di wilayah laut Cina selatan antara

  Cina dengan Negara kawasan Asia Tenggara. 32

  Langkah selanjutnya yang di ambil oleh Cina untuk menunjukkan bahwa Cina bukanlah ancaman di kawasan adalah dengan menandatangani treaty of amity and coopration (TAC) di mana Cina pada KTT ke 7 di Bali merupakan mitra dialog utama ASEAN yang mau menandatangani hal ini. Sedangkan dalam bidang kerjasama ekonomi hubungan antara cina dengan ASEAN di tandai dengan kerjasama free trade yang di lakukan Cina dengan ASEAN yakni penandatangan dari Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation pada November 2002 yang merupakan awal dari terbentukanya kawasan perdagangan bebas ASEAN-Cina (ACFTA) di mana Cina merupakan

  31 Zhang Haibing, “Zhongguo-Dongmeng Quyu jingji Hezuo De Xinjinzhan Yu Wenti” [“Progress and Problems in China-ASEAN Regional Economic Cooperation”], Guoji wenti luntan

  [International Review], No. 38, Spring 2005. www.siis.org.cngjwtlt2005zhanghaibin.htm.

  32 Wibowo, I Hadi. S (eds), “Merangkul Cina”, 2009, hal. 107

  Negara partner mitra dialog ASEAN pertama yang menandatangani perjanjian semacam ini dengan ASEAN. 33

  Hubungan antara ASEAN dan Cina telah berkembang lebih jauh pada abad 21 terutama dalam bidang kerjasama ekonomi. Ini di tandai dengan penandatanganan kerangka kesepakatan kerja sama dalam bidang ekonomi antara ASEAN dan Cina pada tahun 2002 dimana ini menunjukkan adanya upaya dari Cina untuk lebih mengintegrasikan dirinya ke kawasan Asia Tenggara. kesepakatan tersebut selanjutnya berkembang kearah yang lebih mendalam yaitu kesepakatan kerjasama perdagangan bebas ASEAN dan Cina (ACFTA). dalam hal ini kesepakatan tersebut merupakan sebuah keputusan di antara kedua belah pihak untuk memperluas hubungan kerjasama di antara mereka terutama dalam

  bidang ekonomi dan politik. 34 Ide dalam pembentukan ACFTA berasal dari Cina yang mana pertama kali mengajukan proposal kerjasama perdagangan bebas

  terhadap ASEAN.proposal tersebut di ajukan oleh perdana menteri Cina Zhu Rongji dalam ASEAN+3 Summit di Singapura pada November tahun 2001.

  ASEAN-Cina Free Trade Area merupakan kerjasama perdagangan bebas antara Negara-negara anggota ASEAN dengan Cina mengenai penurunan tarif, bea masuk dan pajak di bidang barang dan jasa. Kerjasama tersebut berlaku terhadap semua Negara anggota ASEAN sesuai dengan kesepakatan yang telah di tandatangani.Dalam kerjasam tersebut mengatur tentang kesepakatan penurunan

  33 Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negeri RI 2010, ASEAN Selayang Pandang, hal. 169

  34 Alexander C. Chandra, “Indonesia di Tengah Kesepakatan FTA ASEAN-China: Satu Kajian Kritis”,2009, dalam I. Wibowo dan Syamsul Hadi, Op. Cit. hal. 231-232.

  tarif dan kerjasama dalam penghapusan tarif untuk mempermudah perdagangan internasional yang digambarkan seperti yang ada pada WTO (world trade organization).Kerjasama tersebut berawal dari pengajuan proposal yang di lakukan oleh perdana menteri Cina terhadap ASEAN untuk membentuk kawasan

  perdagangan bebas di antara keduanya. 35

  Maka dari itu sebagai tindak lanjut daripada proposal yang di ajukan oleh Cina maka dari kedua belah pihak di bentuklah ASEAN-Cina Expert Group guna mempelajari kemungkinan apa saja dari terbentuknya ACFTA. temuan yang di dapatkan dari pembentukan badan tersebut pada tahun 2002 disebutkan bahwa dengan di bentuknya ACFTA dalam kurun waktu 10 tahun kedepan akan menciptakan sebuah kawasan baru dengan populasi 1,7 milyar penduduk dengan total GDP (Gross Domestic Product) regional kawasasan yang mencapai 2 triliyun dolar AS dan total perdagangan di antara ASEAN dan Cina yang

  mencapai 1,23 triliyun dolar AS. 36

  Dari hasil temuan yang di kemukakan oleh ASEAN-Cina Expert Group tersebut maka pada ASEAN–Cina Summit ke 6 di Kamboja pada tahun 2002 perdana menteri Cina Zhu Rongji dan para pemimpin di ASEAN menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Coopration. Kerangka tersebut juga menjadi acuan resmi bagi ASEAN dan Cina untuk memperkuat hubungan kerjasama di bidang ekonomi.Dalam framework yang di tandatangani oleh kedua belah pihak tersebut di sepakati penetapan pembentukan perdagangan

  35 Ibid., hal. 238

  36 Leong, HK Ku, SCY (eds.), “China and Southeast Asia Global Changes and Regional Challenges, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)”, 2005, hal. 44 36 Leong, HK Ku, SCY (eds.), “China and Southeast Asia Global Changes and Regional Challenges, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)”, 2005, hal. 44

  Myanmar, Laos dan Vietnam). 37

  Dalam kerjasama tersebut terdapat setidaknya enam elemen penting kesepakatan kerjasama ekonomi antara ASEAN dan Cina seperti: perdagangan dengan berbagai fasilitasnya dalam area free trade seperti penurunan atau penghapusan hambatan tarif dalam distribusinya. Bantuan yang di berikan kepada Negara-negara anggota baru di ASEAN agar dapat mengikuti kerjasama free trade tersebut.Mempromosikan perdagangan secara konsisten dengan peraturan di WTO.Perluasan kerjasama yang tidak hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga dalam hal keuangan, pariwisata, pertanian, pengembangan SDM, dan hak kekayaan intelektual(HAKI). Perlakuan khusus yang diberikan secara berbeda beda terhadap Negara anggota baru ASEAN terkait dengan pembentukan ACFTA dalam jangka waktu 10 tahun. Pembentukan lembaga-lembaga yang diperlukan

  untuk menjalankan komitmen kerangka kerjasama ACFTA. 38

  Kerangka kerjasama tersebut berisi kerjasama ekonomi yang mencakup sektor prioritas kerjasama seperti pertanian, teknologi informasi dan komunikasi,

  37 Alexander C. Chandra, “Indonesia di Tengah Kesepakatan FTA ASEAN-China: Satu Kajian Kritis”, 2009, hal. 239

  38 Ibid.

  pengembangan sumber daya alam, investasi serta pembangunan kawasan lembah sungai Mekong.Selain itu kesepakatan ini juga bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi.Meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa serta investasi.Mencari area baru yang saling menguntungkan di antara kedua belah pihak serta memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efisien terhadap Negara anggota baru ASEAN dan menjembatani gap yang ada di antara kedua belah pihak. Dalam kesepakatan tersebut kedua belah pihak juga telah setuju untuk memperkuat dan meingkatkan kerjasama ekonomi dengan jalan penghapusan tarif dan hambatan non tarif dalam perdagangan barang serta meliberalisasikan perdagangan jasa di antara kedua belah pihak.

  Membangun suatu rezim investasi yang syarat akan kompetitif dan terbuka. 39

  Kerangka perjanjian ekonomi dalam ACFTA di bagi dalam tiga tahapan berdasarkan pada waktu penerapannya yakni tahapan Early Harvest Program

  (EHP), normal track (NT), sensitive track (ST). 40

  1. Early harvest program Produk dalam EHP antara lain di antaranya:binatang hidup, daging, sayuran, tumbuhan, ikan, buah dan kacang-kacangan. Penurunan tarif dalam fase ini di lakukan mulai 1 januari tahun 2004 secara bertahap hingga mencapai tarif 0 persen pada januari tahun 2006. Dalam fase EHP juga berlaku aturan tentang rules of origin (RoO) di mana aturan tersebut sama dengan aturan yang berada dalam AFTA. Dalam aturan tersebut di

  39 Ibid., hal. 240 40 Ibid.

  katakan bahwa produk-produk yang mengalami penghapusan tarif adalah produk yang setidaknya memiliki kandungan asli dari suatu Negara di kawasan ASEAN atau Cina sebesar 40 persen sedangkan aturan pengurangan tarifnya sesuai dengan aturan yang ada pada CEPT yang telah di tetapkan AFTA terlebih dahulu.

  Tabel 1.

  Skema penurunan tarif pada ACFTA

  Sumber : Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-Operation Between ASEAN and the People's Republic of China, 4 November 2002

  Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa produk yang semula memiliki tarif awal sebesar 20 persen pada tahun 2007 akan di turunkan menjadi

  12 persen dan selanjutnya akan turun lagi secara bertahap hingga menjadi 5 persen pada tahun 2009. Sedangkan produk yang memiliki tarif di bawah 20 persen yakni dengan tarif 15 persen akan mengalami penurunan menjadi 8 persen pada tahun 2007 dan akan turun lagi secara bertahap menjadi 5 persen pada tahun 2009. Sama halnya dengan produk-produk bertarif di bawah 15 persen yakni produk dengan dengan tarif 10 persen. Sedangkan produk yang memiliki tarif di 12 persen dan selanjutnya akan turun lagi secara bertahap hingga menjadi 5 persen pada tahun 2009. Sedangkan produk yang memiliki tarif di bawah 20 persen yakni dengan tarif 15 persen akan mengalami penurunan menjadi 8 persen pada tahun 2007 dan akan turun lagi secara bertahap menjadi 5 persen pada tahun 2009. Sama halnya dengan produk-produk bertarif di bawah 15 persen yakni produk dengan dengan tarif 10 persen. Sedangkan produk yang memiliki tarif di

  Tabel 2. Tabel harmony system

  Chapter

  Deskripsi

  01 Live animals

  02 Meat and edible meat offal

  03 Fish

  04 Dairy produce

  05 Other animals products

  06 Live trees

  07 Edible vegetables

  08 Edible fruits and nuts

  Sumber: framework ACFTA tahun 2002

  2. Tahap ke dua : Normal Track (NT) Pada tahap ini di lakukan pengurangan tarif yang akan di mulai pada tanggal 20 juli 2005 hingga menjadi 0 persen pada tahun 2010 dengan ketentuan fleksibilitasnya dan akan menjadi 0 persen semuanya pada tahun 2012. Produk yang terdapat dalam fase ini adalah semua produk yang tidak di masukkan dalam kategori produk di fase EHP kecuali produk tersebut memiliki nilai ke sensitivean akan di masukkan dalam sesnsitive track.Dalam tahap ini Negara-negara ASEAN dan Cina melakukan 2. Tahap ke dua : Normal Track (NT) Pada tahap ini di lakukan pengurangan tarif yang akan di mulai pada tanggal 20 juli 2005 hingga menjadi 0 persen pada tahun 2010 dengan ketentuan fleksibilitasnya dan akan menjadi 0 persen semuanya pada tahun 2012. Produk yang terdapat dalam fase ini adalah semua produk yang tidak di masukkan dalam kategori produk di fase EHP kecuali produk tersebut memiliki nilai ke sensitivean akan di masukkan dalam sesnsitive track.Dalam tahap ini Negara-negara ASEAN dan Cina melakukan

  ekonomi di bawah yakni CLMV dilakukan pada tahun 2005-2015. 41

  3. Tahap ke tiga : Sensitive Track Dalam kategori fase sensitive track produk-produk yang di anggap sensitive memerlukan waktu untuk penyesuaian diri sebelum di masukkan ke dalam perdagangan bebas. Produk-produk yang masuk dalam kategori ke tiga ini di bagi menjadi dua yaitu: sensitive list (SL) dan highly sensitive list (HSL). Produk dalam kategori sensitive list akan di lakukan penurunan tarif mulai tahun 2012 dengan maksimum tarif di tahun 2012 sebesar 20 persen dan akan menjadi 0-5 persen di awal 2018. Produk dalam kategori ini sebanyak 304 produk diantaranya : barang jadi kulit: dompet, tas,sepatu sport, alas kaki, casual, kacamata, kulit, alat musik : tiup, petik, gesek, mainan: boneka, alat olahraga: alat tulis, besi dan baja, sparepart, alat angkut, alkalaoid dan glokasida, senyawa organik,

  antibiotik, kaca, barang-brang plastik. 42 Sedangkan produk yang berada dalam kategori highly sensitive listakan mengalami penurunan tarif yang

  di mulai pada tahun 2015, dengan tarif yang di tentukan pada tahun 2015 sebesar 50 persen. Produk yang ada pada kategori ini sebanyak 47 produk di antaranya : produk pertanian seperti gula, jagung, beras dan kedelai,

  41 “Economic Review”, No. 218.Desember 2009. 42 ibid 41 “Economic Review”, No. 218.Desember 2009. 42 ibid

  Dalam skema perjanjian kerjasama ACFTA tersebut juga di sepakati tentang peliberalisasian dalam bidang jasa dan investasi yang akan di lakukan secara bertahap pada 2007 untuk jasa dan pada 2009 dalam bidang investasi. Dengan adanya peliberalisasian dalam bidang jasa ini maka akses pasar di bidang jasa dari kedua belah pihak antara ASEAN dan Cina seperti dalam hal transportasi akan menjadi bebas seperti halnya barang. Sedangkan untuk dalam bidang peliberalisasian investasi antara kedua belah pihak maka dari pemerintah keduanya akan meningkatkan fasilitas, transparansi, perlindungan investasi dalam iklim persaingan investasi di antara keduanya, menciptakan arus investasi yang positif serta promosi untuk berinvestasi gua mendorong percepatan laju ekonomi

  di antara kedua belah pihak. 44

  Selain itu ada beberapa hal yang di lihat ASEAN tentang Cina dalam kerjasama ACFTA yang di bentuk di antara keduanya yang membuat ASEAN tertarik untuk menyepakati kerjasama tersebut. Di lihat dari segi geoekonomi yang sangat potensial yakni dari luas wilayahnya yang mencapai dua kali dari luas ASEAN itu sendiri dan memiliki penduduk yang juga kurang lebih dua kali total penduduk ASEAN yaitu 1,3 milyar. Dengan banyaknya penduduk yang ada di Cina tersebut ASEAN memandang peluang dalam kekuatan daya beli yang sangat besar dari penduduk Cina tersebut sehingga akan membuka peluang ekspor dalam

  43 ibid

  44 Leong, HK Ku, SCY (eds.), “China and Southeast Asia Global Changes and Regional Challenges, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)”, 2005, hal. 45 44 Leong, HK Ku, SCY (eds.), “China and Southeast Asia Global Changes and Regional Challenges, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)”, 2005, hal. 45

  Selain itu ekonomi Cina lebih komplementer di banding dengan ekonomi dalam intra ASEAN itu sendiri yang di tandai dengan rendahnya tingkat ekspor sesama anggota ASEAN sehingga ASEAN bisa menjadi salah satu ekonomi pelengkap bagi Cina karena dengan semakin tumbuhnya ekonomi global Cina maka akan juga membutuhkan banyak energi yang dalam hal ini akan bisa di penuhi oleh Negara-negara ASEAN yang juga kaya akan sumber energi. ASEAN juga memandang dari kaca mata masa lalu tentang kebangkitan ekonomi jepang yang dapat serta membawa kebangkitan ekonomi ASEAN sehingga kebangkitan ekonomi Cina ini juga di pandang sama oleh ASEAN di mana ASEAN bisa memanfaatkan kebangkitan ekonomi Cina dalam bidang ekspor di sisi ASEAN dan impor dari sisi Cina yang semakin banyak membutuhkan sumber daya

  produksi. 46

  Dalam kerjasama ACFTA ini juga selain melibatkan pertimbangan ekonomi juga melibatkan pertimbangan dalam aspek politik. Dari segi aspek politik kebangkitan Cina juga mempengaruhi perubahan kebijakan Negara-negara Asia Tenggara terhadap Cina seperti dalam hal penyelesaian konflik di dalam regional untuk menciptakan kawasan betetangga yang harmonis, juga perlunya kekuatan penyeimbang di kawasan Asia Tenggara yang selama ini di dominasi Amerika Serikat dan Jepang, dan juga perlunya Cina untuk membantu ASEAN

  45 Inayati, RS, “ASEAN-CHINA FTA : Akselerasi Menuju East Asia Community (EAC)?, 2006, Hal. 52

  46 Ibid.

  dalam kekuatan suara di level internasional yang mana ASEAN dan Cina banyak memiliki kesamaan pandangan dan tujuan. Dari beberapa alasan di atas yang membuat ASEAN tertarik dan menyetujui dengan baik usulan pembentukan

  ACFTA. 47 Kerjasama ACFTA ini di bentuk juga tidak terlepas dari kondisi ekonomi di kedua belah pihak yang masing-masing jg perlu di ketahui sebelum

  pembentukan ACFTA ini berlangsung.