KONDISI EKONOMI DI ASEAN

4.3 KONDISI EKONOMI DI ASEAN

  ASEAN adalah organisasi regional yang berada di kawasan Asia Tenggara di mana anggotanya terdiri dari sepuluh Negara yang berada di kawasan tersebut. Pembentukan organisasi regional ini di awali dengan deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di mana hal ini merupakan tonggak awal bersejarah bagi pembentukan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Deklarasi terebut merupakan dasar dari pembentukan regionalism di kawasan Asia Tenggara.pada awalnya dalam pembentukan ASEAN hanya di ikuti oleh lima anggota Negara di kawasan Asia Tenggara kelima anggota tersebut yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Salah satu tujuan paling utama dari pembentukan ASEAN yang di gagas dari ke lima Negara tersebut pada awalnya adalah berkaitan tentang perekonomian dan peningkatan kesejahteraan dari Negara yang tergabung di dalamnya. Bahkan dari sejak berdirinya ASEAN hingga saat ini, ASEAN selalu mengutamakan agenda-agenda yang berhubungan

  dengan ekonomi dalam setiap interaksinya. 54

  Salah satu tujuan dari pendirian ASEAN seperti yang terdapat dalam deklarasi Bangkok tahun 1967 yakni adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di antara anggotanya, kemajuan sosial serta memajukan pengembangan kebudayaan di kawasan ASEAN. tujuan tersebut bisa di capai melalui usaha yang di lakukan secara bersamaan dalam semangat kesamaan dan persahabatan di mana hal tersebut menjadi landasan untuk memperkokoh masyarakat bangsa-bangsa

  54 Direktorat Jendral kerjasama ASEAN Kementrian luar negeri RI 2010, ASEAN selayang pandang, edk 19.hal. 2

  Asia Tenggara demi terciptanya kesejaheraan dan kedamaian di dalamnya. 55 Deklarasi ini menjadi dasar untuk mempersatukan Negara anggota ASEAN

  sebagai usahanya untuk mengembangkan ekonomi demi kesejahteraan anggotanya di kawasan Asia Tenggara.deklarasi ini juga menjadi dasar dari semua rujukan aktifitas yang di lakukan ASEAN demi mencapai tujuannya.

  Negara di ASEAN sebenarnya telah mengalami kemajuan ekonomi yang signifikan pada era 90 an, akan tetapi krisis ekonomi tahun 1997 telah membuat ekonomi Negara di kawasan Asia Tenggara menjadi berhenti berkembang. Krisis tersebut berawal dari Thailand dan memberi efek berantai ke Negara yang berada satu kawasan dengan Thailand yakni Indonesia, Malaysia, Laos dan Filipina. Krisis ini membuktikan bahwa adanya saling keterkaitan ekonomi antara Negara di kawasan tersebut. Krisis ekonomi tahun 1997 adalah krisis ekonomi yang mana telah memukul sistem ekonomi di Asia terutama di Asia Tenggara dan Korea Selatan yang mana di sebabkan oleh tingginya pinjaman jangka pendek dari

  Negara seperti Thailand, Indonesia, dan Korea selatan terhadap dollar AS. 56 Dengan adanya krisis ini membuat nilai tukar mata uang seperti rupiah di

  Indonesia dan bath di Thailand mengalami deprisiasi terhadap dollar AS, di mana hal tersebut membuat kepercayaan para investor dan kreditor asing mencabut modal mereka dalam jumlah yang sangat besar. Dengan demikian banyak Negara Asia yang mengalami kesulitan membayar hutang karena kekurangan aset mata uang asing di Negara mereka.

  55 Prabowo , D Wardoyo, S, “AFTA Suatu Pengantar”, 1997, hal. 1 56 Sungkar, Y, “Strategi ASEAN Dalam Perluasan ASEAN+3”,2005, hal. 36

  Ketika jatuh tempo jangka waktu peminjaman hutang dan perusahaan- perusahaan di Negara-negara tersebut tidak mampu membayar karena jumlah hutang yang meningkat, akibat naiknya dollar AS.Sehingga perusahaan tersebut mengalamai kebangkrutan. Tidak hanya itu krisis ekonomi tersebut juga membuat kondisi politik di beberapa negara kawasan Asia Tenggara bergejolak seperti misalnya Indonesia.Krisis tersebut juga menunjukkan kelemahan penting perekonomian Negara-negara kawasan ASEAN yang mana dapat terlihat dari banyaknya ketergantungan Negara-negara ASEAN pada modal asing utamanya

  dari Amerika dan Jepang. 57 Sejak krisis ekonomi tersebut, anggota ASEAN berusaha keras untuk dapat segera keluar dari bayang-bayang krisis dengan

  membenahi perekonomian mereka juga meningkatkan kerja sama intra regional bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih maju. 58 Dengan adanya keterbatasan-

  keterbatasan yang di miliki oleh Negara-negara ASEAN maka dari itu di perlukan kerjasama di bidang ekonomi dengan Negara lain termasuk dengan mitra dialognya seperti Cina, Jepang, India, Korea Selatan, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

  Pada KTT ASEAN yang di lakukan di Kuala Lumpur Malaysia pada tahun 1997 telah di sepakati bahwa diperlukan adanya kerjasama ekonomi dengan pihak lainnya selain Negara, kelompok Negara, organisasi internasional di luar ASEAN untuk menjalin hubungan yang saling bersahabat dan saling meningkatkan keuntungan bagi semua pihak. Hal ini menunjukkan bahwa ASEAN ingin sekali

  57 Yaumidin, UK, “Hubungan Kerjasama Ekonomi Antar Negara di Kawasan Asia Pasifik”, 2008. hal. 82.

  58 Ibid hal. 83 58 Ibid hal. 83

  Di dalam lingkup kawasan Asia Tenggara kerjasama ekonomi pertama kali yang terbentuk adalah preferential trading arrangements (PTA) di mana Negara pesertanya adalah Negara dalam kawasan ASEAN itu sendiri dan merupakan kerja sama awal yang di bentuk oleh ASEAN itu sendiri. Kerjasama tersebut pertama kali di bentuk tahun 1997 di mana merupakan suatu bentuk kesepakatan bersama Negara di kawasan asia tenggara untuk melakukan

  perdagangan bebas. 60 Dalam skema PTA di berlakukan sistem pengurangan tariff bagi barang-barang yang di perdagangkan dan berasal dari Negara anggota

  ASEAN.Dalam PTA ini di kenalkan sistem tarif yang di kenal sebagai MoP (margin of preference). 61 Semua barang komoditi yang terkena MoP di kenakan

  tarif lebih rendah dari tarifmost favoured nation yang berasal dari ASEAN. Jadi tarif dalam sistem ini harus lebih rendah dari segala bentuk pemotongan tarif yang berlaku di Negara anggota ASEAN.

  Sistem MoP ini penerapannya di hitung berdasarkan presentasi tertentu dari tingkat tarif yang berlaku di Negara ASEAN. 62 Dalam PTA berlaku

  keharusan untuk mengikut sertakan kandungan lokal sebanyak 50 persen, maka dari itu 50 persen ini harus benar-benar berasal dari Negara anggota ASEAN. Dalam PTA juga mempunyai daftar pengecualian (exclusion list) yaitu daftar

  59 ASEAN secretariat 1977, “Join Communiqué The Second ASEAN Heads of Government Meeting”, http:www.aseansec.org5095.htm, di akses pada tanggal 1 juni 2014

  60 Weather , DE, E mmers, R, Pangestu, M, Sebastian, LC, “International Relations in Southeast Asia The Struggle For Autonomy”, 2005, hal. 188.

  61 Prabowo, D Wardoyo,S “AFTA suatu pengantar”, 2004, hal. 9 62 Ibid 61 Prabowo, D Wardoyo,S “AFTA suatu pengantar”, 2004, hal. 9 62 Ibid

  kawasan perdagangan bebas ASEAN. 63

  Dengan di bentuknya AFTA mencerminkan perkembangan situasi ekonomi dan politik bukan hanya yang terjadi di lingkup ASEAN tetapi juga di lingkup internasional.Faktor eksternal yang juga melatarbelakangi pembentukan AFTA yakni kemajuan yang cepat dari pembentukan pasar tunggal Eropa, serta

  karena lahirnya NAFTA. 64 Karena hal tersebut di anggap tantangan yang serius bagi ASEAN dalam berlomba-lomba menarik investasi asing ke dalam lingkup

  ASEAN itu sendiri.Oleh karenanya pembentukan AFTA ini sangat penting untuk membuat daya tarik ASEAN meningkat dalam dunia perdagangan internasional utamannya.AFTA juga di jadikan sebagai acuan untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas antara Negara di kawasan Asia Tenggara dalam rangka meningkatkan ekonomi regional serta menciptakan pasar bagi 500 juta penduduk di Asia Tenggara.

  63 Singh, DA,”Asean Economic Co-operation Transition and Transformation”1997, Institude of Southeast Asian Studies,Singapura, hal. 47.

  64 Weather , DE, E mmers, R, Pangestu, M, Sebastian, LC, “International Relations in Southeast Asia The Struggle for Autonomy”, 2005, hal. 190.

  Dengan adanya AFTA diharapkan perekonomian akan menjadi lebih efektif, efisien, bersaing, dan menarik bagi penanaman modal di kawasan ASEAN. AFTA itu sendiri merupakan kawasan perdagangan bebas di mana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5) maupun hambatan nontarif bagi Negara anggota ASEAN melalui common effective preferential tariff scheme(CEPT)- AFTA. Program tersebut merupakan program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang di bentuk dan di sepakati oleh semua anggota ASEAN. Pada awal mulanya AFTA akan dicapai dalam kurun waktu 15 tahun pada 2008, tapi di percepat menjadi 2003, dan di percepat lagi menjadi 2002 bagi ASEAN-6. Bagi Vietnam pada 2006, bagi Laos dan Myanmar 2008

  serta Kamboja pada 2010. 65 Pengurangan tarif dalam AFTA ini juga hanya berlaku pada produk yang memiliki persyaratan kandungan muatan lokal sebesar 40

  persen dari Negara anggota. CEPT merupakan rancangan untuk mewujudkan AFTA itu sendiri sehingga isinya merupakan aturan-aturan yang telah di sepakati bersama oleh Negara ASEAN dalam melaksanakan AFTA. Produk-produk yang di atur dalam CEPT adalah seluruh produk manufaktur dan produk pertanian. Klasifikasi produk dalam CEPT dapat di kelompokkan menjadi 4 golongan,

  yaitu: 66

  1. Inclusion List (IL) Produk ini adalah produk yang harus mengalami liberalisasi dengan di kenai pengurangan tarif secepatnya secara terjadwal di bawah program

  65 Wuyandari,G “Menuju ASEAN Vision 2020: Tantangan dan Inisiaif”,2000, hal.120. 66 ASEAN Secretariat, “ ASEAN Free Trade Area (AFTA)”, 1999, www.aseansec.org19585.htm

  di akses pada tanggal 02 Maret 2015 hal. 29-32.

  CEPT, hingga harus turun maksimal 0-5 persen pada 2002 untuk ASEAN-

  6. Sedangkan untuk Negara CLMV di berikan kelonggaran waktu yang berbeda beda yakni 2006 untuk Vietnam, 2008 untuk laos dan Myanmar, serta 2010 untuk Kamboja. Sedangkan kelompok barangnya di bagi jadi dua yakni normal track dan fast track.

  2. Temporary Exclusion List (TEL) TEL adalah produk-produk yang di berikan pengecualian sementara untuk di masukkan dalam CEPT Karena ketidaksiapannya.Namun semua produk dalam TEL pada akhirnya harus di transfer ke dalam inclusion list paling lambat 1 januari 2002.

  3. Sensitive List (SL) Dalam kategori ini produk-produknya terdiri dari produk pertanian yang belum di proses atau produk pertanian bukan olahan. Sementara waktu pemasukannya dalam inclusion list juga berbeda waktunya seperti 2003 untuk ASEAN-6. Vietnam pada 2013, Laos dan Myanmar pada 2015 dan Kamboja

  ini adalah

  gula,beras,daging,gandum,cengkeh, bawang putih.

  4. General exception list (GEL) Produk dari GEL ini adalah produk yang di kecualikan secara permanen dari program CEPT oleh suatu Negara karena dianggap sangat penting demi alasan keamanan nasional,moral masyarakat, kesehatan manusia, binatang atau tumbuhan dan juga barang-barang yang mengandung nilai seni maupun sejarah. Produk dalam GEL ini misalnya sesuai yang tertera 4. General exception list (GEL) Produk dari GEL ini adalah produk yang di kecualikan secara permanen dari program CEPT oleh suatu Negara karena dianggap sangat penting demi alasan keamanan nasional,moral masyarakat, kesehatan manusia, binatang atau tumbuhan dan juga barang-barang yang mengandung nilai seni maupun sejarah. Produk dalam GEL ini misalnya sesuai yang tertera

  Dengan adanya AFTA ini sejalan dengan perkembangannya dapat meningkatkan intensitas jumlah perdagangan intra ASEAN yang di akibatkan adanya penurunan dari hambatan tarif maupun non tarif di antara anggota ASEAN.akan tetapi peningkatan tersebut masih di anggap lamban dengan kata lain perdagangan intra ASEAN kurang berarti. Jumlah volume perdagangan dalam AFTA ini masih belum bisa membuat Negara ASEAN menghentikan ketergantungan terhadap Negara di luar kawasan Asia Tenggara.

  Tabel 4.

  Perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN: 2003-2009

  (dalam juta US)

  Sumber: ASEAN statistical yearbook 2010, Jakarta: ASEAN secretariat desember 2010

  Dari tabel tersebut dapat di simpulkan bahwa perdagangan intra ASEAN mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan tersebut masih belum mampu menggeser ketergantungan perdagangan ASEAN dengan kawasan di luar Asia Tenggara. hal ini di karenakan masih adanya hambatan non tarif, perbedaan

  standar produk dan belum harmonisnya prosedur bea cukai. 67 Masalah lain seperti

  67 Luhulima, CPF, Anwar,DF, Bhakti, IN, Sungkar, Y Inayati, RS, “Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015”, 2008, hal. 122 67 Luhulima, CPF, Anwar,DF, Bhakti, IN, Sungkar, Y Inayati, RS, “Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015”, 2008, hal. 122

  Selain itu cenderung berkompetisinya perekonomian antar Negara di kawasan ASEAN juga menjadi salah satu alasan rendahnya perdagangan intra ASEAN contohnya Negara yang memiliki sumber daya alam relatif sama sehingga tidak ada usaha untuk saling melengkapi dan mengakibatkan persaingan di antara Negara tersebut seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand yang ketiganya adalah penghasil karet dunia, atau Malaysia, Singapura dan Filipina adalah memiliki kesamaan ekspor di bidang elektronik. Selain itu kecenderungan Negara di ASEAN dalam melakukan perdagangan dengan partner dari luar seperti Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa yang notabene merupakan partner utama

  pemasaran produk dan sumber investasi dari Negara-negara ASEAN. 68

  Pada KTT ASEAN ke 8 di Phnom Penh di sepakati pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) sebagai langkah selanjutnya dari integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. usulan pembentukan AEC tersebut awalnya di kemukakan oleh perdana menteri Singapura yakni Goh Chok Tong, selanjutnya pada KTT ASEAN di Bali tahun 2003, para pemimpin di ASEAN menyetujui pembentukan

  68 Ibid.

  daripada komunitas ekonomi ASEAN yang di targetkan tercapai pada tahun 2020. Sebagai hasil dari perundingan di bali ini maka mengahasilkan ketetapan Bali Concord II yang merupakan dasar dari pembentukan AEC di mana di dalamnya terdapat tujuan pembentukan sesuai dengan ASEAN vision 2020 yaitu pembentukan 3 pilar utama ASEAN yakni: ASEAN political-security community (APSC), ASEAN economic community (AEC), dan ASEAN socio-cultural

  community (ASCC). 69

  Pada pertemuan KTT ke-12 di Cebu Filipina pada januari 2007, di sepakati tentang percepatan pembentukan AEC yang awalnya di capai pada tahun 2020 menjadi tahun 2015 dengan target pencapaian yang di sesuaikan dengan kondisi ekonomi masing-masing Negara misalnya Singapura dan Brunei pada 2010, sedang Indonesia, Malaysia,Filipina, Thailand pada 2015 dan Negara CLMV dilakukan pada 2020. Dalam hal ini pertimbangan yang di ambil oleh Negara-negara di kawasan ASEAN untuk mempercepat pembentukan AC di dasarkan pada perkembangan ekonomi dunia yang semakin cepat dan di khawatirkan Asia Tenggara akan tertinggal jauh dengan pertumbuhan ekonomi dari kawasan atau Negara lain seperti Uni Eropa, Cina ataupun India. Gagasan pembentukan ini di harapkan akan memicu daya saing kawasan dan meningkatkan

  investasi asing . 70

  Pada KTT ASEAN ke 13 di Singapura pada November tahun 2007, dalam rangka untuk mewujudkan AEC para pemimpin ASEAN membentuk langkah

  69 Elisabeth, A, “Menuju Pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN : Isu-Isu Strategis”, 2009, hal. 1

  70 Ibid hal. 2 70 Ibid hal. 2

  Negara CLMV di tahun 2020. 71

  Dalam pembentukan AEC ini ASEAN sebenarnya ingin mencontoh daripada integrasi kawasan lain yang telah lebih dulu ada seperti Uni Eropa. Para pemimpin ASEAN berupaya untuk membentuk sebuah kawasan Asia Tenggara yang memiliki nilai integrasi seperti Uni Eropa. Akan tetapi mengingat banyaknya perbedaan yang ada dalam kawasan ASEAN ini baik dari segi politik, ekonomi dan budaya maupun ideologi maka akan sangat sulit dalam menyatukannya. Sebagai contoh suatu integrasi kawasan yang sudah relative stabil seperti Uni Eropa yang mana pada saat ini memiliki integrasi yang sudah pada tingkat ekonomi dan politik membutuhkan waktu 35 tahun untuk sampai ke tahap tersebut. Maka dari itu sesuai dengan hasil KTT di bali pada tahun 2003 dalam hal ini ASEAN mencoba untuk meniru integrasi Uni Eropa dengan membentuk ASEAN community dengan tiga pilar utama dalam bidang politik dan keamanan, ekonomi serta sosial dan budaya. Selain itu untuk meningkatkan perekonomian di

  71 Ibid, hal. 3 71 Ibid, hal. 3

  bebas di antara kedua belah pihak yaitu ASEAN-cina free trade area. 72

  72 Ibid, hal. 21.