Ketentuan Menjadi Bandara Internasional
Ketentuan Menjadi Bandara Internasional
Kendati mendukung sektor pariwisata dengan menjadikan bandara internasional, namun ketentuan sebuah bandara sebagai bandara internasional tetap mesti diperhatikan. Ini karena nandara internasional inilah yang menjadi pintu keluar masuknya penumpang dari luar negeri ke Indonesia maupun sebaliknya dengan segala potensi ancaman yang
menyertainya. Penetapan bandara internasional tetap melayani penerbangan dengan rute domestik. Upaya mewujudkan pelayanan bandara internasional tersebut membutuhkan proses pemenuhan kondisi yang panjang mengingat beberapa persyaratan untuk terwujudnya bandara sesuai standar internasional tidaklah mudah.
Beberapa dari persyaratan menjadi bandara internasional tersebut adalah memiliki fasilitas pelayanan kepabeanan (custom), layanan imigrasi, dan layanan karantina (quarantine). “Jadi, bukan hanya mempunyai fasilitas penerbangan seperti ukuran panjang landasan, terminal yang megah, dan memiliki landasan pesawat jet saja,” tutur Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso di Jakarta, belum lama ini.
Sejumlah bandara yang berstatus internasional di Tanah Air diantaranya Kualanamu (Deliserdang), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Balikpapan), dan Sultan Hasanuddin (Makassar).
Bandara Silangit tahun 2017 telah menjadi Bandara Internasional
Aktivitas di immigration check, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta
TRANSMEDIA / EDISI 04 / 2017 29
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memberikan sejumlah ketentuan terkait pengelolaan bandara yang berubah menjadi internasional. Hal ini dilakukan agar ada kepastian tersedianya penerbangan internasional di bandara yang berstatus internasional. Kementerian Perhubungan memberikan beberapa batasan, yakni dalam 6 bulan harus ada penerbangan terjadwal yang datang dari dan ke luar negeri.
Saat ini, lebih kurang terdapat 28 bandara internasional di Indonesia yang sebagian besar terletak di Pulau Sumatera dan Jawa. Pemerintah kini terus melakukan evaluasi terkait keberadaan bandara-bandara tersebut. Penetapan bandara internasional memiliki banyak keuntungan. Seperti peresmian Bandara Silangit di Sumatera Utara sebagai bandara internasional. Penetapan Bandara Silangit ini
sebagai bandara internasional tentu akan menunjang kegiatan pariwisata Danau Toba semakin dikenal di dunia internasional.
Jika sebuah bandara ingin mengubah statusnya dari bandara domestik menjadi bandara internasional, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Data Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menyebutkan, syarat tersebut antara lain kesiapan sarana dan prasarana serta pelayanan. Ketersediaan sarana, prasarana dan pelayanan yang dimaksud terdiri dari beberapa hal.
Pertama , Konfigurasi Landasan Pacu. Di Indonesia, kebanyakan bandara menggunakan konfigurasi landasan pacu tunggal dan konfigurasi bandaranya sejajar ambang rata. Pada landasan pacu tunggal hanya berkapasitas 50 – 100 operasi per jam pada keadaan VFR (Visual Flight
Rules), dan 50 – 70 operasi per jam pada keadaan IFR (Instrument Flight Rules).
Umumnya, bandara internasional menggunakan konfigurasi landasan pacu sejajar. Alasannya, dengan konfigurasi inilah lalu lintas pesawat terbang yang sangat padat dapat diatasi. Bandara yang menggunakan landasan pacu ini diantaranya Changi Airport dan Soekarno-Hatta Airport. Untuk panjang landasan pacu bandara internasional adalah di atas 2000 meter, sedangkan lebarnya dengan kode C2, C3, C4, D3, D4 dan E4.
Kedua, Landasan Hubung yang berfungsi untuk memberikan jalan masuk dari landasan pacu ke daerah terminal dan hangar pemeliharaan atau sebaliknya. Landasan hubung harus diatur sedemikian rupa agar pesawat yang baru mendarat tidak mengganggu gerakan pesawat yang sedang bergerak perlahan untuk lepas landas.
30 TRANSMEDIA / EDISI 04 / 2017
Ketiga, Holding Apron dan Holding Bay. Holding apron atau yang biasa disebut warm up adalah suatu sarana yang lokasinya sangat dekat dengan ujung landasan yang berguna untuk menunggu perintah lepas landas dari ATC. Apron ini dibuat dengan cukup luas (untuk menampung dua sampai empat pesawat), agar bila sebuah pesawat tidak bisa melakukan take off dapat didahului oleh pesawat lain yang antri untuk lepas landas.
Selanjutnya adalah pelayanan. Bandara internasional pasti mempunyai komponen pendukung fasilitas ini, antara lain Pertama, Curbside yang merupakan tempat yang terdiri dari ruang kendaraan berhenti menurunkan penumpang dan barang menuju ke muka pintu check-in.
Kedua, Ruang check-in dan kontrol keselamatan penerbangan menggunakan x-ray. Check-in merupakan tahapan penting yang harus dilalui dalam
pelayanan penumpang di terminal bandara. Setelah melakukan pemeriksaan di ruang check-in, penumpang kemudian melakukan kontrol bagasi yang berjarak 4-5 meter dari ruang chek-in (ukuran internasional). Jumlah mesin x-ray minimal terdapat 3 buah di dalam 1 terminal.
Ketiga, Ruang tunggu keberangkatan. Ruang ini harus luas dan dapat menampung penumpang pada jam-jam sibuk, serta harus dilengkapi dengan restoran, cafe, toilet, toko buku, dan cinderamata.
Keempat, Ruang pengambilan bagasi yang biasanya terdapat di terminal kedatangan. Bila jarak ruang pengambilan bagasi dengan pesawat lebih dari 100 meter, maka bandara internasional harus menyediakan bus untuk para penumpang. Hal yang perlu dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan secara efektif, efisien dan andal. Dengan menerapkan hal tersebut, bandara tersebut dapat sesuai kualitasnya dengan standar internasional.
Beraga persyaratan untuk menjadikan bandara internasional terus menjadi perhatian pemerintah mengingat pelayanan kepada masyarakat tak bisa diabaikan. Pemerintah terus mengawal proses mewujudkan bandara internasional agar memenuhi semua persyaratan dan diharapkan meningkatkan layanan bagi masyarakat baik operator penerbangan maupun pengguna jasa transportasi udara di masa mendatang. (*)
Aktivitas check in di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta
Apron landasan pacu Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta
TRANSMEDIA / EDISI 04 / 2017 31
Menilik Implementasi Indonesia (MP3EI). Disamping
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Jalur Kereta Perintis
itu, keberadaan kereta api perintis Aceh berguna sebagai sosialisasi
kehadiran kereta api di Aceh dan fungsionalisasi aset yang telah ada
Untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
guna mempertahankan kondisi sarana
moda transportasi kereta api, pemerintah terus berupaya
dan prasarana.
menyelenggarakan program Angkutan Kereta Api Perintis.
Kereta api perintis merupakan layanan jasa angkutan kereta api
Pada lintas Krueng Mane-Bungkah-
yang memberikan pelayanan pada daerah yang belum terlayani. Krueng Geukuh sudah terdapat
jalur sepanjang 11,35 km yang siap dioperasikan dan telah dilakukan
P uji kelayakan operasional. Satu
enyelenggaraan angkutan kereta
(Kemenhub) telah mengalokasikan
unit Kereta Rel Diesel Indonesia meningkatkan pelayanan angkutan
api perintis dilakukan guna
dana subsidi keperintisan sebesar
(KRDI) yang memiliki kapasitas 444 kereta api, menunjang perkembangan
Rp. 1,382 milyar untuk
penumpang telah siap melayani ekonomi, danmembantu mobilisasi
penyelenggaraan angkutan kereta
masyarakat. Kemenhub telah masyarakat.Keberadaan kereta
api perintis Aceh lintas pelayanan
menetapkan penugasan sebagi apiperintis dinilai akan memberikan
Krueng Mane-Bungkah-Krueng
operator kereta api perintis kepada manfaat dan dampak positif bagi
Geukuh. Angkutan kereta api perintis
PT. Kereta Api Indonesia (KAI) para calon penumpang yang belum
Aceh merupakan angkutan kereta api
perintis pertama di Indonesia.
(Persero).
terhubungkan dengan kereta api.
Kereta api perintis ini akan menjamin
Berdasarkan data yang diperoleh
Implementasi Awal
dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Pada tahun anggaran 2013
keberlangsungan dan percepatan
Perkeretaapian, untuk tahun 2014 Kementerian Perhubungan
pembangunan kereta api Aceh
kedepan, terutama capaian target
selain kereta api perintis Aceh telah
32 TRANSMEDIA / EDISI 04 / 2017
Penetapan Lintas Pelayanan Perkeretaapian Angkutan Perintis
1 Lintas
Lintas Krueng
Lintas
2 Mojokerto-
Lintas
3 Purwosari- 4 Kertapati-
(11,35 km) di (31,8 km) (36,6 km) di
(25,8 km)
Nanggroe Aceh
di Jawa Timur
Jawa Tengah
di Sumatera
Darussalam (NAD)
(Jatim)
(Jateng)
Selatan (Sumsel)
5 Lintas Padang-Solok
Lintas Sukabumi-
6 Panarukan
Lintas Kalisat-
7 (120,9 km) di
Padalarang
(83,3 km) di Jawa
(69,5 km) di
Sumatera Barat (Sumbar),
Barat (Jabar), baru
Jatim, belum
belum dioperasikan, rencana
dioperasikan lintas
dioperasikan
bertahap mulai lintas Padang-
Sukabumi-Cianjur
Lubuk Alung-Kayutanam
disiapkan tiga program kereta api perintis. Adapun ketiga program tersebut adalah
1 Kereta api perintis Aceh melayani jurusan Krueng
penyelenggaraan angkutan kereta api Mane-Bungkah-Krueng Geukuh. perintis lintas pelayanan Mojokerto-Tarik-
Tulangan-Sidoarjo, Purwosari-Sukoharjo- Wonogiri, dan Bogor-Sukabumi-Cianjur- Padalarang.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
Direktur Jenderal Perkeretaapian,
159 tentang Penetapan Lintas Pelayanan
Prasetyo Boeditjahjono.
Perkeretaapian Angkutan Perintis, menetapkan tujuh lintas, yaitu: (lihat
Sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan
Trem
infografis)
Anggaran(DIPA) Tahun 2017, PT KAI
mendapat penugasan penyelenggaraan
Dimulai di Batavia sejak 1899, merupakan
Program Prioritas
kendaraan yang paling Dalam rangka menjaga pertumbuhan
Kereta Api Perintis dengan nilai kontrak
banyak dimanfaatkan oleh ekonomi tahun 2017 dan mendorong
sebesar Rp.98.805.301.170,-. Nilai kontrak
masyarakat. Sebelum trem pertumbuhan ekonomi tahun 2018,
ini meningkat 62% dari tahun 2016
listrik di Batavia, muncul maka belanja Pemerintah diprioritaskan
sebesar Rp.60.953.100.739,-.
trem kuda (1869) disusul untuk pencapaian sasaran Prioritas
dengan trem uap (1881), Nasional.Awal tahun 2017 ini, Ditjen
Kontrak Tahun Anggaran 2017 ini meliputi
tanggal 10 April 1899 trem Perkeretaapian Kemenhub dan
6 (enam) lintas pelayanan, yaitu Lintas
listrik mulai beroperasi. PT KAI menandatangani Kontrak
Pelayanan Sidoarjo - Tulangan - Tarik -
Mojokerto (KA Jenggala), diresmikan sejak
Trem pertama yang pernah beroperasi di Indonesia
adalah di Batavia (Jakarta) Perintis Tahun Anggaran 2017 di Gedung
Penyelenggaraan Angkutan Kereta Api
12 November 2014 lalu, untuk melayani
dan di Surabaya. Kementerian Perhubungan pada Senin
relasi perintis di jalur antara Stasiun
Sidoarjo sampai dengan Stasiun Tarik
(16/1/2017).
hingga Stasiun Mojokerto.
Penandatanganan kontrak
Lintas Purwosari - Wonogiri (KA Batara
Penyelenggaraan Angkutan Kereta
Kresna), mulai dioperasikan kembali pada
Api Perintis ini dilakukan oleh Direktur
Juli 2015 setelah sebelumnya sempat
Keuangan PT KAI Didiek Hartantyo
mengalami perbaikan.Lintas Sukabumi -
dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Cianjur (KA Siliwangi), diresmikan pada
Kereta Api Perintis Ditjen Perkeretaapian
19 Februari 2016, melayani relasi dari
Kemenhub Aditya serta disaksikan
Stasiun Sukabumi hingga Stasiun Cianjur.
Direktur Utama KAI Edi Sukmoro dan
Lintas Kertapati - Indralaya (KA Kertalaya),
33
TRANSMEDIA / EDISI 04 / 2017
merupakan railbus pertama di Indonesia yang diresmikan sejak 19 Februari 2009 melayani relasi Stasiun Kertapati di Kota Palembang dengan Indralaya di Kabupaten Ogan Ilir.
Lintas Lubukalung - Kayutanam (KA Lembah Anai), mulai beoperasi pada 1 November 2016 di jalur cabang yang membentang dari Stasiun Kayutanam hingga Stasiun Sicincin, danLintas Kruengmane - Bungkah - Kruenggeukeuh (KA Cut Mutia), mulai beroperasi kembali pada 3 November 2016 untuk melayani masyarakat dengan relasi Krueng Mane - Krueng Geukueh.
Pada tahun 2018, Kemenhub memiliki total Pagu Indikatif sebesar Rp.48,486 Triliun. Adapun rincian Pagu Indikatif dilingkungan Kemenhub untuk Ditjen Perkeretaapian sebesar Rp.17,59 Triliun.
Untuk itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memfokuskan Pagu Indikatif yang dimiliki pada 4 (empat) program prioritas tahun 2018.Antara lain, meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi;meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi;meningkatkan kualitas layanan umum transportasi; dan menyelenggarakan tata kelola, regulasi dan dukungan manajemen di lingkungan Kemenhub.
Oleh karena itu, Ditjen Perkeretaapian Kemenhub terus berupaya mengoptimalkan dan fokus kepada
sasaran pembangunan. Sasarannya yaitu membangun jalur kereta api yang terintegrasi dan menyeluruh termasuk reaktivasi jalur kereta api serta pelayanan dari dan ke bandar udara serta menuju pelabuhan untuk mengurangi beban jalan raya untuk angkutan peti kemas.
Selain itu, juga meningkatkan pembangunan angkutan perkotaan berbasis rel, dengan target antara lain peningkatan jalan kereta api sepanjang 730 km’sp;peningkatan dan rehabilitasi jalur kereta api sepanjang 45 km’sp; dan pembangunan bangunan khusus sebanyak 1 unit.
Menhub memaparkan mengenai sasaran output transportasi tahun 2015 - 2019 yang tertuang dalam Rencana Strategi (Renstra) Kemenhub danRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). “Kami sudah menetapkan sasaran output hingga tahun 2019, salah satunya adalah rehabilitasi jalur kereta api,” ujarnya.
Kemenhub terus berupaya agar sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai, meskipun terdapat beberapa kendala yang sulit dihindarkan khususnya terkait dengan kebutuhan anggaran, seperti halnya untuk memenuhi tercapainya sasaran pembangunan jalan kereta api.
Berdasarkan data sasaran untuk kegiatan- kegiatan utama yang telah ditetapkan, maka besaran total capaian pada tahun 2015 -2016 dan perkiraan tahun 2017,